PART 44

1.8K 124 23
                                    

Selamat membaca🤗
Dan selamat bermalam mingguan buat kamu yang #dirumahaja❤
#Staysafe
#Stayhealty❤

👆Nb : Foto hanya pemanis. Biar semanis kamu. Iya, kamu! Yang lagi baca cerita ini😂😝

...

“Papa?”

“Kamu boleh keluar.” Ujar Raihan pada lelaki itu. Ia menghampiri Gilang dan menepuk pundaknya.

“Rey, kenapa Papaku melakukan ini? Apakah Papa belum bisa melupakan fakta bahwa kamu adalah pewaris perusahaan Widjaja?”

Gilang terpaku, ternyata kepergian Papanya dari rumah untuk merencanakan hal gila seperti ini. Ia tidak habis pikir, ketika pada kenyataannya pewaris dari perusahaan Widjaja adalah Raihan, sepupunya. Gilang tidak apa-apa dengan hal itu, ia tidak tertarik dengan urusan harta. Malah, ia sudah tahu kalau yang berhak atas itu hanyalah sepupunya.

“Kita akan pikirkan cara untuk menghadapinya.”

Ira sedang berjalan-jalan ditaman. Padahal tadi setelah dari Firma, ia ingin langsung pulang dan tidur. Namun, keinginannya dengan cepat berubah. Jadilah ia sendirian di taman dan duduk di bangku kosong yang ada disana.

Taman ini ramai jika sore hari, maka sekarang dia tidak merasa sendirian. Di tengah kegiatannya yang menselonjorkan kakinya, ia melihat seorang anak kecil berlari kearahnya. Gadis yang menggunakan gamis berwarna merah muda itu menggenggam tangannya erat. Gemas sekali rasanya. Pipi gembul itu seperti bakpao yang hampir tumpah.

“Hey, dedek sama siapa disini?” Ira mensejajarkan dirinya dengan bocah perempuan itu, Ira gemas dan terus saja mencubit pipi itu.

“Kakak cantik, jangan bilang-bilang cama Bunda kalo Nana dicini ya.”

“Kenapa gak boleh?”

“Nana ndak mau makan cayul kaka cantik. Ndak cuka.” Katanya sambil mencebikkan bibirnya.

Ira jadi berpikir, bagaimana jika nanti ia memiliki seorang anak yang selucu ini. Pasti setiap hari ia akan mencubit pipi bayi gembul. Membayangkannya saja membuat Ira tersipu dan bagaimana jadinya jika nanti anaknya akan memanggilnya dengan sebutan ‘Mama’.

“Kaka cantik, Nana cama kaka cantik, ya.” Bocah gembul itu mengedip-ngedipkan matanya, meminta persetujuan. Masya Allah, gemaaaassss sekali.

“Nana.” Seru seorang perempuan. Ia menghampiri Ira dan Nana.

“Eh, Mbak Bundanya Nana?”

“Iya, Mbak. Nana suka begini kalau diminta makan sayur. Suka ngumpet.” Kata perempuan berhijab lebar itu. Pantas saja Nana semenggemaskan itu, Bundanya saja cantik.

“Nana ndak mau, Ndaaaa. Ndak cuka cayuuull.”

Ira dan Bundanya Nana terkekeh. Kebanyakan anak kecil memang tidak suka sayur. Suka rewel seperti itu. mencari alasan agar tidak sampai memakannya.

“Nana, makan sayur itu buat sehat sayang. Biar Nana kuat.” Ira mengelus lembut pipi bocah kecil didepannya dengan sayang. Nana ternganga, kemudian berkata. “Bial Nana cepet besal dong, kaka cantik?” Ira mengangguk. Nana memeluknya erat sekali.

“Nana mau makan cayul, tapi kaka cantik yang cuapin, ya?” pintanya.

Ira meminta persetujuan dari Bundanya Nana dan mendapat anggukan. Setelah itu, Ira menyuapi Nana dengan senang hati.

Mereka berbicara banyak kali ini. Saling menceritakan kehidupan yang menyenangkan saja. Rita—Mamanya Nana terlihat bersahabat. Usia mereka hanya selisih satu tahun, Ira lebih muda tentunya.

HUMAIRA (END)√Where stories live. Discover now