PART 4

3.5K 165 0
                                    

Selamat Membaca🤗

🍃🍃🍃

Sampai di dalam ruangan yang minimalis namun rapi itu, Raihan di persilakan duduk di meja makan. Bu Mirna dan Ira berdiri melihat gerak-gerik orang yang saat ini sedang menatap makanan didepannya yang begitu sederhana. Matanya menengok ke arah Ira dan juga wanita penjaga panti itu, ia merasa ada yang salah disini.

“Kenapa hanya berdiri saja bu? Mari ikut makan dengan saya” ucapan Raihan membuat Bu Mirna kaget, ia pikir Raihan tidak akan mengatakan hal itu.

“Tapi tuan...”

“Tidak ada penolakan” Raihan tersenyum pada wanita paruh baya itu. Bu Mirna mengambil duduk di samping Raihan.

“Kau juga, cepatlah duduk” Raihan mengatakan itu karena Ira tidak kunjung duduk saat Raihan memintanya untuk duduk.

Ira duduk berhadapan dengan Raihan. Sepasang mata tajam itu terus saja memandangnya intes.

Memperhatikan dengan detail gadis yang saat ini berada didepannya. Ada yang aneh saat dirinya menatap gadis itu, seperti ada yang berdegung kencang dalam dirinya.

“Wihh, udah pada mulai makan ternyata” kata Hasya yang tiba-tiba datang dari arah dapur.

“Ayo duduk Sya, kamu pasti lapar” ujar Bu Mirna.

Hasya duduk di dekat Ira. Sesekali matanya jahil menatap Raihan. Lumayan, dapat pemandangan gratis dan itu tidak akan disia-siakan. Kesempatan tidak datang dua kali, pikirnya.

Tidak ada suara saat mereka makan, hanya dentingan sendok yang beradu. Biasanya jika mereka makan pasti ada saja yang dibicarakan, namun ini tidak karena ada Raihan jadinya mereka canggung pada lelaki itu. Mengetahui ada sesuatu yang aneh disana, Raihan langsung angkat bicara.

“Ehem... Sayur ini enak sekali Bu, rasanya sama seperti masakan Ibu saya” jujur Raihan pada ketiga wanita yang berada satu meja makan dengannya.

Hasya menoleh ke arah Ira dan tersenyum. “Itu buatan Ira, dia memang pandai memasak” sahut Hasya dan Ira hanya tersenyum ragu pada Raihan.

Lagi-lagi ada rasa yang berbeda dalam hati lelaki itu. Ia merasa senang ketika mengetahui bahwa gadis yang berada didepannya itu yang memasak untuknya. Matanya tak henti memandang gadis itu, namun gadis itu seperti tak peduli. Ira tetap melanjutkan makannya.

Drrrrttttt....

Suara handphone Raihan berbunyi dan itu adalah telepon dari anak buahnya. Ia permisi pada Bu Mirna untuk mengangkat telepon.

"Permisi sebentar, ada telepon" ujar Raihan dengan nada yang lembut dan membuat Hasya semakin klepek-klepek.

“Ada apa?” tanya Raihan ketika sudah berada di luar panti.

“Bos, kami mendapat kabar dari tuan Gilang bahwa keluarga Permana akan mengadakan pernikahan dua minggu lagi dengan putri dari Dika bos” ujar suara diseberang sana.

Raihan menyeringai. “Luar biasa, kerahkan semua anak buah yang sudah terlatih. Aku tidak mau ada kesalahan sedikitpun nantinya” jelas Raihan.

“Siap bos” suara itu menjadi akhir dari perbincangan mereka.

“Sekali tepuk, dua tiga nyamuk mati” ujar Raihan sambil tersenyum tipis. Yah, senyum yang langka dan manis seperti gulali.

Sementara di meja makan Hasya tak henti-hentinya memuji ketampanan Raihan.

"Bu, ganteng banget diaaaaa" jerit Hasya dengan suara yang kecil namun penuh dengan kegregetan atau saking senangnya bertemu dengan orang tampan.

"Huss, dasar jomblo.." kata Ira.

HUMAIRA (END)√Where stories live. Discover now