PART 14

3.2K 179 3
                                    



Selamat Membaca🤗

🍃🍃🍃

Pagi ini Ira mendapat kabar dari Ayu kalau Ayahnya masuk rumah sakit karena kondisi kesehatannya yang semakin memburuk.

Pak Joni---Ayah Ayu mengidap penyakit stroke, entah kenapa perasaan Ira jadi tidak enak dan Ia segera keluar dari apartemen itu dengan bantuan penjaga di luar.

Saat sampai di rumah sakit Ira melihat Ayu, Bu Tyas, dan Bastian. Tunggu, Bastian kenapa bisa ada disini? Ira menepis pikiran itu dan segera menghampiri mereka.

“Mbak Ayu” panggil Ira dan langsung mendekap tubuh Ayu.

“Iraa, hiks” suara Ayu yang menangis langsung mengiris perasaan Ira, Ia tahu bagaimana rasanya ketika orang yang dikasihi berada dalam keadaan seperti itu. Ira jadi memikirkan Ayahnya sekarang, Ayahnya pasti sangat merindukannya.

Ira terus menenangkan Ayu hingga berhenti menangis. Seorang berpakaian serba putih keluar dari ruangan tempat Ayah Ayu di tangani.

“Dok, bagaimana keadaan Ayah saya?” tanya Ayu.

“Ayah mbak tidak apa-apa, hanya butuh istirahat dan pemulihan beberapa hari saja. Jangan buat beliau banyak pikiran juga ya mbak, saya permisi” jelas dokter itu kemudian pergi.

Setelah kepergian dokter itu, merekapun masuk. Ayu langsung berlari dan menghampiri Ayahnya yang belum sadarkan diri, begitupun Ira, Bu Tyas, dan Bastian.

“Bas, kok kamu bisa ada disini?” tanya Ira sedikit berbisik pada Bastian, mereka berada tidak jauh dari brankar Pak Joni.

“Tadi aku di telpon sama Ayu, katanya Ayahnya masuk rumah sakit” kata Bastian yang juga sedikit dengan suara berbisik.

Ira hanya ber Oh ria saja, tidak mau ikut campur dengan urusan itu. Keheningan terjadi di antara mereka, tidak ada yang membuka suara hingga Ira memutuskan untuk berpamitan ke toilet.

Saat sedang berjalan ke arah toilet, Ia melihat seseorang yang tidak asing baginya.

“Orang itu, sepertinya aku pernah bertemu dengannya. Tapi dimana?” Ira mencoba mengingat orang kini berada di meja resepsionis. Lelaki yang menggunakan kemeja hitam itu seperti pernah Ira temui sebelumnya, tapi dimana?

Gadis itu masih mengingat-ngingat orang itu sambil memperhatikan apa yang sedang orang itu lakukan.

Beberapa saat kemudian orang itu berjalan menuju sebuah kamar dan Ira masih membuntutinya dengan hati-hati. Pintu kamar inap itu tidak dikunci, Ira dengan mudah mengintip apa yang sedang orang itu lakukan. Bukan seorang penguntit, hanya saja Ia penasaran dan entah kenapa juga Ia berani mengikutinya sampai sini.

“Kau bisa pulang hari ini, tapi nanti jam 2 siang saat aku menyelesaikan pekerjaanku. Aku yang akan menjemputmu” kata lelaki itu.

Ada orang lain didepan lelaki yang barusan gadis itu ikuti tapi Ia tidak bisa melihat orangnya. Ia celingak-celinguk karena penasaran dengan orang yang ada di depan lelaki itu. Ia berusaha menajamkan penglihatannya.Hingga matanya membulat sempurna saat melihat Raihan terbaring di blankar rumah sakit tepat di depan lelaki bertubuh tegap itu.

Sekarang Ira mengerti kenapa lelaki itu tidak pulang dua malam ke apartemen, ternyata dia di rumah sakit.

“Kapan dia kesini? Dengan siapa? Apakah separah itu sakitnya?” batin Ira.

Kini pikirannya bercabang dengan berbagai pertanyaan yang harus segera dijawab.

“Apa aku harus masuk dan menanyakannya langusng? Ahh, tidak-tidak, aku tidak akan melakukannya. Nanti pasti di kira aku mencarinya sampai kesini” kini batinnya beradu argument lagi. Huft, jangan sampai ceroboh lagi Humaira Khanza Abraham.

HUMAIRA (END)√Where stories live. Discover now