PART 18

3.2K 175 5
                                    


Selamat Membaca🤗

🍃🍃🍃

Suara sirene ambulans terdengar begitu nyaring, beberapa suster berlarian saat mendengar suara itu tiba di depan rumah sakit. Dengan cepat mereka mendorong brankar yang sudah ada seorang gadis yang tidak sadarkan diri disana. Wajahnya masih pucat dan darah yang ada di gamisnya sudah mengering sedari tadi.

"Polisi sudah mengatasi kasus ini, Anton akan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya" ujar lelaki yang sedang berbicara dengan seseorang di telepon.

"Bas? Aku takut Ira kenapa-kenapa" lirih Ayu pada Bastian. Sekarang mereka sudah berada di rumah sakit kota.

"Dia gadis yang kuat, aku percaya itu" ujar Bastian menenangkan Ayu yang terlihat syok.

Setelah kejadian penembakan tadi, Bastian segera menelpon rumah sakit dan disinilah mereka sekarang. Kejadian tadi membuat Bastian khawatir hingga Ia ingin menghabisi Anton saat itu juga.

Tadi lelaki itu sempat menghujam Anton dengan pukulan yang bertubi-tubi. Saking marahnya, dia sampai membuat polisi itu ikut tersungkur akibat perbuatannya. Anton di pukul secara brutal.

Lelaki itu menghela nafas berat, "Aku percaya kalau kau tidak selemah itu Ira" lirihnya.

...

Dalam ruangan yang serba putih itu, seorang gadis berhijab abu-abu masih terbaring dalam brankar rumah sakit. Bibirnya kering dan pucat pasi,  tangannya sudah di gips karena kata dokter peluru itu mengenai tulangnya dan luka pada keningnya sudah di obati dan di tutup dengan perban.

Di dalam ruangan itu ada Bastian, Ayu, dan juga kelurga dari Ayu. Mereka merasa bersalah kepada Ira terlebih Ayu, sedari tadi Ia bolak-balik melihat keadaan Ira.

“Aku merasa bersalah padamu Ira, kau gadis yang baik. Terimakasih sudah memberikan keadilan itu padaku” lirih Ayu ketika berada di ruangan yang penuh dengan bau alkohol dan obat-obatan itu.

“Shh..” Ayu kaget mendengar suara itu, setelah beberapa jam Ira akhirnya siuman.

Gadis yang sedari tadi pingsan itu mengerjapkan matanya, menyesuaikan nya dengan cahaya lampu.

“Aku dimana?” lirihnya dengan suara yang parau.

“Ira... Kau sudah sadar? Jangan banyak gerak ya. Tangan kamu masih sakit, istirahat aja ya” ujar Ayu dengan penuh kelembutan dan membantu Ira berbaring lagi.

“Aku merepotkan mbak ya? Maafkan aku ya mbak” lirihnya dengan suara yang masih tertahan.

Ayu terharu dengan ucapan Ira barusan, padahal disini Ira lah yang sudah menyelamatkan nyawanya dan kehormatannya, tapi gadis ini masih saja mengatakan bahwa Ayu merepotkannya. Bahkan Ia tidak menyalahkan Ayu akan kejadian tadi.

“Aku tidak keberatan Ra, kamu juga sudah banyak membantuku dan bahkan kamu juga yang sudah menyelamatkan nyawaku” Ayu mencium pipi Ira dengan penuh kasih sayang, gadis itu sudah seperti adiknya. Ia berjanji akan merawat Ira hingga sembuh dan terus berada bersama gadis manis ini.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, Raihan sesekali mengetuk-ngetuk jam tangannya melihat apakah jamnya mati atau tidak. Tapi nihil, jamnya bergerak seperti biasa.

Kali ini perasaannya tidak tenang dan bercampur aduk, istrinya sampai sekarang belum pulang. Ingin menghubungi tapi Ia tidak punya kontaknya, suami macam apa ini? Tapi bukankah sedari awal jika mereka bertemu selalu saja bertengkar?

HUMAIRA (END)√Where stories live. Discover now