Bab 58 - Face to Face

11.2K 940 3
                                    

Bagian Lima Puluh Delapan

Arthur memutuskan untuk pulang ke rumah terlebih dahulu, dia akan berganti pakaian yang nyaman saat ikut bersama para anggota kepolisian mencari Malika. Sedangkan Bima sudah terlebih dahulu pergi bersama para detektif, dia hanya pulang ditemani Agung yang juga bersiap untuk ikut mencari Malika. Kondisi rumah Arthur terlihat sepi setelah sebelumnya tadi pagi ramai oleh wartawan yang penasaran dengan masalah yang tengah dihadapinya.

Kondisi rumah Arthur sepi, hanya lampu luar saja yang dihidupkan serta lampu kamar Arthur dan Agung yang hidup. Dari luar Lukas sudah mengintai rumah Arthur sejak tadi, dia masuk menyelinap ke dalam rumah lengkap dengan bajunya yang serba hitam yang menyamarkannya di dalam gelapnya rumah Arthur.

Lukas naik ke kamar Arthur, dia melihat keadaan yang aman. Kemungkinan dia akan menang besar, begitulah perkiraan Lukas. sementara itu Arthur baru selesai memakai celana jeansnya masih dengan bertelanjang dada dia merasa ada seseorang yang sedang mengawasinya. Dengan gerakan yang tidak mencurigakan Arthur tetap melanjutkan kegiatannya yaitu mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil.

Terkecoh dengan Arthur, Lukas maju ke depan dan bersiap menyerang Arthur. Tetapi sayang, Arthur lebih cepat menghindar. Kini keduanya bertatapan di dalam kamar Arthur yang terang oleh lampu. Tatapan matanya tajam saling menilai, apa lagi Arthur yang baru pertama kali berhadapan dengan Lukas.

"Lawan yang cukup tangguh ternyata," komentar Lukas santai dengan seringai sombong miliknya. Arthur hanya diam saja mengamati Lukas yang menurut Arthur memang tangguh dalam bela diri. Meskipun begitu, Arthur tidak takut sama sekali, dia justru sudah menunggu-nunggu momen seperti ini.

"Aku sudah sangat menunggu momen face to face bersamamu Lukas," kata Arthur tenang dan tetap waspada jika saja Lukas membuat gerakan mendadak.

"Kamu mengenalku rupanya," Luka terlihat tidak kaget jika Arthur mengenalnya. "Apa kalian berhasil membuka mulut Guruku itu?" tambahnya lagi dengan nada sangat meremehkan.

Senyum sinis Arthur terbit karena melihat kesombongan Lukas, "sebenarnya tanpa dia membuka mulut pun kami akan tahu siapa yang telah merencanakan semua ini. Hanya penjahat goblok yang menjenguk temannya di penjara dengan nama asli," cibir Arthur tidak tanggung-tanggung.

"Cukup pintar juga rupanya kamu membaca kode dariku pada kartu ucapan itu," Lukas tidak bereaksi lebih dengan cibiran Arthur, dia dapat mengendalikan dirinya dengan mudah. Itu artinya Lukas bukanlah lawan yang bisa dianggap remeh oleh Arthur.

"Dimana Malika?" Arthur sengaja menanyakan Malika, dia ingin Lukas bergerak duluan bukan dirinya yang menyerang duluan. Arthur dia tipe pengamat yang luar biasa, dengan begitu dia ingin tahu dimana kelemahan Lukas yang berdiri dengan angkuhnya di hadapannya itu.

"Dia berada di tempat yang aman dan tidak akan kamu temukan dengan mudah," jawab Lukas sombong. Arthur menangkap pancaran bola mata yang lain saat Lukas menyebut nama Malika. Lalu pahamlah Arthur bahwa Lukas tengah tergila-gila oleh istrinya itu.

"Kamu pikir kamu bisa mengambil Malika dariku? Jangan mimpi jika aku masih hidup Bung!" ejek Arthur yang paham bagaimana cara menaikkan emosi Lukas yang sebenarnya labil tetapi berusaha ditekannya sestabil mungkin.

Benar saja, Lukas maju menyerang Arthur dengan sebilah pisau yang cukup panjang di tangannya. Refleks Arthur yang bagus menyelamatkannya dari sabetan pisau, dia sengaja semakin mepet menuju pojok ruangan dekat dengan lemari pakaian. Di sana terdapat tongkat satu tongkat besi miliknya yang akan digunakannya sebagai senjata.

Ting!

Suara benturan pisau Lukas dengan tongkat besi beradu, Arthur terus menghindar tanpa sedikitpun memberikan perlawanan kepada Lukas. gerakan Arthur sangat leluasa karena dirinya belum mengenakan baju alias masih bertelanjang dada. Gerakan-gerakan Lukas yang semakin cepat tetapi konsisten tidak membuat Arthur kalah begitu saja.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang