Bab 38 - Pesan Dari Alena

11K 1K 18
                                    

Bagian Tiga Puluh Delapan

Pagi hari di Bogor begitu sejuk, Malika sendiri sedang duduk-duduk di pelataran villa bersama istri penjaga villa. Malika memperhatikan burung-burung yang bertengger di ranting-ranting pohon. Udara yang begitu sejuk, sangat menyegarkan pikiran Malika yang sekarang penuh dengan berbagai macam masalah.

Malika sengaja tidak membangunkan Arthur karena waktuyang msih sangat pagi, yaiutu jam 6 pagi. Ibu Sumarni -istri penjaga villa- baru saja selesai menghidangkan sarapan di atas meja makan. Awalnya Ibu Sumarni menghampiri Malika untuk memberitahu sarapan sudah siap, tetapi Malika justru meminta ditemani duduk di depan bersama.

"Tenang sekali ya Bu di sini," ujar Malika sambil matanya terpejam menikmati ketenangan dan kesejukkan yang tersedia di sana.

"Iya Non dari dulu di sini memang tenang seperti ini, makanya banyak orang kota yang membuat villa di sekita sini," jelas Ibu Sumarni.

"Ibu orang asli sini?" Malika memperhatikan Ibu Sumarni yang berpakaian seadanya, hanya mengenakan rok lusuh panjang dan baju kemeja yang sama lusuhnya dengan rok si Ibu serta rambutnya yang terlihat panjang dicepol rapih.

"Iya Non saya asli sini," Ibu Sumarni memberikan senyum terbaiknya kepada Malika.

"Kalau kerja sama keluarga Sujatmiko sudah lama juga?" Malika bangun dari duduknya dan berjalan menuju ke tanaman bunga mawar yang rapi terurus.

"Iya Non sudah lama, sekitar 10 tahun semenjak villa dibangun," ujar Ibu Sumarni yang mengikuti Malika melihat-lihat bunga mawar yang sedang mekar merona di pelataran villa itu.

Obrolan keduanya terus berlanjut, Malika yang memang mudah akrab dengan orang seketika menjadi dekat dengan Ibu Sumarni. Mereka juga sempat berjalan-jalan ke sekitar villa melihat-lihat rumah penduduk juga kebun-kebun sayur yang masih di sekitar villa. Bertegur sapa dengan penduduk yang sangat jarang dapat dilakukan di Jakartadengan penduduk yang super sibuk.

Ketika Arthur bangun, dia mendapati kondisi villa yang sepi. Semakin panik ketika tidak menemukan sosok Malika di seluruh penjuru villa. Sampai Agung pun terbangun karena mendengar suara Arthur yang panik memanggil-manggil Malika. Pak Cecep penjaga villa juga lari pontang-panting dari kebun belakang saat mendengar suara Arthur.

"Malika kemana?" tanya Arthur langsung, keringat dingin membanjiri wajah Arthur. Rasa takut menjalas hingga ke dalam darah Arthur.

"Masih tidur mungkin Den," jawab Agung berusaha menenangkan Arthur yang mulai panik.

"Kamarnya kosong, saya juga sudah cari ke seluruh penjuru villa tidak ada. Apa Pak Cecep lihat Malika kemana?" Arthur beralih bertanya ke Pak cecep karena Agung sudah pasti tidak tahu kemana Malika.

"Saya terakhir lihat Non Malika duduk di pelataran depan sama istri saya Den," jawab Pak Cecep.

Belum lagi Arthur akan membuka suaranya kembali tiba-tiba Agung berseru, "nah itu Non Malika!"

Terlihat Malika muncul dari depan bersama Ibu Sumarni, melihat itu Arthur menghembuskan napas lega. Rasa panik dan takut seketika menguap entah kemana, bukannya menghampiri Malika, Arthur justru masuk kembali ke kamarnya. Agung dan Pak Cecep yang melihat tingkah Arthur hanya geleng-geleng kepala.

Setelah sarapan, Arthur bersama Malika dan Agung pergi ke suatu tempat di daerah Bogor. Mereka menyambangi rumah kontrakkan yang menurut info dari teman Alena, terakhir mereka berkirim surat lewat alamat rumah tersebut. Rumah kontrakkan yang mungkin hanya berisi sebuah kamar dan kamar mandi itu terlihat sepi tak berpenghuni.

"Permisi!" seru Arthur dari luar pagar kayu rumah kontrakkan itu.

"Permisi!" sekali lagi Arthur berseru dengan nada suara yang dinaikkan.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang