Bab 34 - Bayangan Hitam

12.9K 1.3K 4
                                    

   “Apa maksud kamu Malika dalam bahaya?!” Bima jelas-jelas sangat kaget. Arthur pun menyerahkan sebuah amplop cokelat kecil kepada Bima.

Bima membuka amplop cokelat tersebut, di dalam amplop itu terdapat foto Malika saat di rumah sakit. Di balik foto ada tulisan yang ditulis dengan sangat rapi yang berisi, SAYANG SEKALI SUPIR ITU DATANG TEPAT WAKTU JIKA TIDAK DIA PASTI SUDAH MASUK SURGA.

   “Amplop itu dikirimkan seseorang saat aku sedang mencari Alena, karena amplop dan foto itu aku memutuskan untuk kembali ke Indonesia lebih cepat,” jelas Arthur.

   “Lalu kenapa kamu tidak menghubungi Malika?” tanya Bima yang masih kurang paham dengan kondisi saat ini.

   “Nomor ponselku ntah bagaimana bisa tiba-tiba saja tidak dapat digunakan,” Arthur memperlihatkan ponselnya yang masih terdapat nomor ponsel yang seperti biasa di dalamnya tetapi bertuliskan no service.

   “Sejak kapan nomornya seperti ini?” Bima terlihat memeriksa ponsel Arthur, dia juga mengeluarkan kartu nomor ponsel Arthur.

   “Sejak aku sampai di Paris, aku mencoba menghubungimu di Indonesia lewat telepon umum. Tetapi, selalu gagal,” cerita Arthur.

   “Seperti ada yang sedang memata-mataimu,” kata Bima. Karena penasaran, Bima mencoba memasukkan kartu miliknya ke ponsel Arthur. “Ponselnya baik-baik saja,” Bima memperlihatkan ponsel Arthur yang langsung bekerja saat Bima memasukkan kartunya.

   “Berarti nomor ponsel milikku yang bermasalah,” yakin Arthur. “Padahal, saat Lola menghubungiku saat di bandara semua masih baik-baik saja,” ingat Arthur yakin.

   “Untuk apa Lola menghubungimu?” tanya Bima yang mulai curiga.

   “Dia meminta bekerjasama untuk kasus perdagangan organ tubuh manusia,” setelah mengetakan hal itu, Arthur memandang Bima dengan mtanya yang terbelalak besar. “Kemarin Lola datang kemari dan menawarkan bantuan kepadaku, apa ini tidak terlalu kebetuan?” wajah Arthur jelas curga kepada Lola.

   “Benar, besar kemungkinan Lola turut andil dalam hal ini. Nomormu dikirimkan virus melalui panggilan dari Lola dan sepertinya ada pelacak yang disisipkan ke dalam ponselmu melalui ini,” Bima memperlihatkan email yang diterima Arthur beberapa hari yang lalu saat masih di Indonesia.

   “Sialan!” geram Arthur marah.

   “Sekarang lebih baik kita kembali ke Indonesia secepanya,” ujar Bima yang langsung diaetujui oleh Arthur.

   Hari sudah sore, tetapi Mbok Salmi dan Agung belum juga kembali. Hujan lebat turun membasahi Jakarta sejak satu jam yang lalu, disusul dengan pemadaman listrik. Keadaan rumah terlihat gelap, hanya pencahayaan dari lampu baterai di ruang tamu.

   KLAK

   KLAK

   KLAK

   Terdengar suara saklar lampu yang dimainkan, suara saklar terdengar menyeramkan di tengah sunyinya suasana yang tengah hujan lebat. “Siapa itu?” teriak Malika, dia berjalan menggapai lampu cas dan membawanya menuju tempat asal suara.

   KLAK

   KLAK

   KLAK

   Sekali lagi suara saklar lampu dimainkan, rasa penasaran dan takut mendominasi Malika. Pasalnya Malika adalah orang yang tidak percaya dengan hantu, baginya hantu tidak akan mudah mengganggu dengan menyentuh barang-barang.

   “Agung? Mbok Salmi?” suara Malika terdengar bercampur dengan suara derasnya hujan. Langkahnya hati-hati menuju asal suara saklar yang dimainkan tadi.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang