Bab 52 - Film Dokumenter

8.9K 827 4
                                    

Bagian Lima Puluh Dua

Lola masuk ke dalam ruang sekap Malika, dia mendorong sebuah meja kecil yang di atasnya terdapat sebuah laptop dan infocus. Peralatan itu diletakkan Lola menghadap ke dinding yang di dekatnya juga terdapat colokan listrik. Malika memperhatikan Lola yang memasang alat itu dengan rasa heran, dalam hati dia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh Lola kali ini.

Setelah memasang semua peralatan tersebut, Lola berjalan mendekat ke arah Malika. Dia tersenyum senang menatap Malika yang juga menatapnya. "Aku akan memberikanmu hiburan yang menyenangkan, sebuah film pendek yang aku buat sendiri," ujar Lola kepada Malika. Dia juga menggerakkan tangannya membelai rambut Malika, bertambah membuat Malika jijik dan muak.

"Selamat menikmati," bisik Lola sebelum dia pergi meninggalkan ruangan itu.

Pada dinding polos di depan Malika dengan volume yang besar karena ditambah speaker, Malika melihat sebuah film mulai terputar. Pertama kali yang muncul adalah wajah Lola, terlihat seperti Lola yang membawa kamera di tangannya dengan posisi dia berjalan mundur. "Hai ini film luar biasa yang wajib ditonton," suara Lola terdengar jelas hingga ke penjuru ruangan.

Mata Malika fokus menatap adegan selanjutnya saat Lola mengatur letak posisi kamera sehingga menampilkan tempat ruangan yang sama persis dengan Malika berada sekarang. Seorang perempuan duduk terikat di kursi di tengah-tengah ruangan. Kondisinya lebih mengenaskan dari Malika sekarang. Mata Malika terbelalak besar, kepalanya menggeleng pertanda dia tidak mau menonton film dokumenter Lola tersebut.

Kondisi perempuan itu, mukanya penuh lebam dan ada beberapa goresan yang cukup dalam. Rambutnya yang pendek sebahu berwarna pirang tergerai, terlihat rambut itu dipangkas dengan paksa karena panjangnya yang tidak beraturan. Saat perempuan itu menggerakkan sedikit kepalanya, pada bagian lehernya akan terlihat goresan-goresan yang hampir serupa pada bagian pipinya. Wajah perempuan itu sebenarnya sangat cantik, dia perempuan blasteran Indonesia-Jerman.

"Judulnya filmnya SI CANTIK CAROLIN," suara Lola terdengar sangat dingin, wajahnya yang muncul di layar tersenyum senang seolah-olah menemukan mainan baru.

"Hmmmm!!!" geraman keluar dari bibir Malika saat Lola memperlihatkan sebilah pisau yang terlihat sangat tajam ke arah kamera. Sementara itu perempuan di belakangnya tidak mengetahui apa yang sedang ditunjukkan Lola pada kamera.

Adegan selanjutnya adalah saat Lola berjalan mendekat dengan membawa sebilah pisau itu, reaksi yang dikeluarkan Malika sama dengan reaksi yang diperlihatkan perempuan bernama Carolin itu. Dia menggeleng takut dengan bola mata yang melebar besar serta meronta-ronta pada kursi yang didudukinya, begitu juga dengan posisi Malika sekarang.

"Oh jangan takut seperti itu manis," Lola berujar dengan santai, dia bahkan sudah berdiri di belakang Carolin dengan memainkan pisau tersebut di dekat muka Carolin.

"Hmmmmm!!" Malika berusaha berteriak tetapi tak kuasa karena lakban yang menempel di mulutnya menghalangi suaranya. Malika memejamkan matanya saat Lola mengayunkan pisaunya ke arah muka Carolin.

"Wow rambutmu terpangkas lagi," kata Lola dengan tidak bersalahnya. Yah benar sekali, Lola hanya memangkas rambut pendek Carolin semakin pendek dan tidak beraturan. Air mata mulai berjatuhan dari mata indah Carolin. Kepalanya menggeleng pelan dan menatap Lola penuh permohonan. "Oh lihat mata itu, kamu memohon kepadaku untuk membuka lakban itu hmm?" tanya Lola yang berusaha melucu dengan mengedipkan sebelah matanya menggoda Carolin.

SRAK!

Dalam sekali tarikkan lakban itu terlepas dari mulut Carolin, terdengar suara rintihan sakit Carolin akibat Lola menarik lakbannya dengan sangat kencang. "Jadi kamu mau bicara apa Carolin sahabatku tersayang?" suara Lola terdengar sangat lantang hingga mampu membuat bulu kuduk Malika merinding mendengarnya.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang