Bab 44 - Kencannya Arthur dan Malika

12K 1K 5
                                    

Bagian Empat Puluh Empat

Arthur yang merasa cemas karena mendengar perkataan Lola tadi langsung pergi menuju toko Malika setelah Bima meninggalkan kantornya. Dia juga paham bahwa Lola pasti akan berbuat nekad. Untuk itu, Arthur baru akan tenang setelah memastikan sendiri bahwa Malika baik-baik saja. Dia tidak perduli dengan pekerjaannya yang menumpuk yang harus ditinggalkannya begitu saja.

"Malika ada?" tanya Arthur kepada salah satu karyawan toko yang berjaga di depan.

"Ada Pak di dalam," ujar karyawan toko yang mengenali Arthur sebagai suami atasannya.

Bergegas Arthur masuk ke dalam, tepatnya ke ruangan yang dijadikan Malika uebagai tempat mengerjakan krajinan. Arthur bernapas lega saat mendapati Malika yang sedang focus merajut tas bersama dengan karyawannya. Cukup lama Arthur hanya melihat Malika dari luar pintu yang terbuat dari kaca tersebut.

Saat Arthur melihat Malika berdiri dan berniat akan keluar ruangan, dia menyingkir dari depan pintu. "Astaga!" pekik Malika saat Arthur iseng mencegat tangannya.

"Hai ini aku Sayang," ujar Arthur lembut dan membalik badan Malika untuk menghadapnya.

"Kamu tuh ngagetin banget sih," kata Malika sambil dengan mukanya yang terlihat sedikit merah mungkin karena kaget.

"Memang tujuannya ingin kasih kejutan," Arthur merangkul Malika dan mengajak istrinya itu menuju ruang tunggu untuk tamu.

"Kalau mau ngasih kejutan ya bawa bunga atau cokelat gitu," balas Malika sambil pura-pura cemberut. Arthur pun terkekeh melihat Malika yang terlihat menggemaskan jika menampilkan ekspresi pra-pura cemberut seperti saat ini.

"Tolong jangan buat aku menculikmu pulang sekarang juga," bisik Arthur lembut di telinga Malika yang sukses membuat Malika merinding. Malika yang paham maksud kata-kata Arthur yang penuh godaan itu memukul bahu Arthur pelan.

"Malu tau ini di toko jangan aneh-aneh deh," ucap Malika sambil berusaha menjauhkan wajahnya dari wajah Arthur yang sangat dekat. "Kamu kok di sini? Pulang kerjanya cepet banget," ucap Malika lagi sambil mengerutkan dahinya pertanda dia sedang bingung.

"Aku kangen sama istriku ini, kangennya udah gak bias ditahan lagi," Arthur masih menggoda Malika, dia sengaja tidak mengatakan bahwa dia datang karena Lola. Arthur ingin Malika sendiri yang bercerita, atau dia bisa menanyakannya nanti di rumah.

"Dih modus banget kamu," Malika memutar bola matanya malas. "Mau balik lagi ke kantor? Aku rencananya mau pulang sih emang," Malika melepaskan rangkulan Arthur dan berjalan menuju meja kecil tempat tas Malika diletakkan.

Arthur terlihat berpikir sebentar sambil memeriksa ponselnya jika ada panggilan darurat, "ya udah ayo pulang, aku gak ke kantor lagi," kata Arthur saat dia sudah memastikan tidak ada hal darurat yang harus dikerjakannya. "Tapi terlalu sore deh buat pulang, kita pergi kencan aja yuk," usul Arthur yang terlihat mengecek jam di pergelangan tangannya.

"Kamu yakin gak ada hal yang harus dikerjain di rumah? Mungkin ada kerjaan kantor yang harus dikerjain gitu?" tanya Malika heran. Dia heran karena suaminya itu tiba-tiba saja mengajak pergi kencan.

"Gak ada kok, gimana mau gak?" Arthur mengikuti Malika yang sudah mulai berjalan menuju bagian depan toko.

"Ya udah ayok," setuju Malika. "Saya pulang duluan ya, nanti jangan lupa tokonya kamu kunci," pesan Malika kepada karyawan yang sudah dipercayanya untuk memegang kunci toko.

Malika dan Arthur memilih makan sore untuk mengawali kencan mereka, Arthur membawa Malika ke café tempat dimana Malika bekerja dulu. Tentu saja keputusan untuk ke sana sudah disetujui oleh Malika sendiri. Suasana café saat itu terlihat sepi, banyak meja yang masih kosong. Keduanya memilih untuk duduk di spot yang sering menjadi tempat langganan Kakek Rafael.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang