Bab 53 - Rumah Berpatung Dewi

9K 817 2
                                    

Bagian Lima Puluh Tiga

"Arthur!" teriak Bima masuk ke dalam rumah Arthur, menggedor-gedor pintu kamar Arthur. "Arthur!" teriak Bima sekali lagi, tetapi tidak kunjung juga Arthur menjawab sapaan Bima. Saat Bima akan berteriak sekali lagi, pintu kamar Arthur terbuka.

"Ada apa?" tanya Arthur dengan suaranya yang terdengarserak seperti menahan tangis. Mungkin Arthur bisa dibilang sangat emosional saat kehilangan Malika seperti ini. Terlebih lagi saat di rumah dia tidak melihat sosok istrinya itu.

"Aku sudah dapat kabar tempat Malika disekap, anak buahku sudah menemukan lokasinya," ujar Bima sambil memberikkan anggukkan pasti kepada Arthur.

"Ayo kita jalan sekarang," Arthur langsung berjalan duluan diikuti Bima di belakangnya. Sekali lagi mereka melupakan keberadaan paket misterius yang dipindahkan Mbok Salmi ke meja kecil dekat telepon rumah.

Arthur dan Bima menuju kawasan perumahan tepat dimana anak buah Bima menunggu, mereka bersama-sama masuk ke dalam perumahan dan berhenti tidak jauh dari sebuah rumah besar yang terdapat patuh dewi di depan rumahnya. Patuh dewi itu terlihat seperti penjaga rumah, patung itu bukan hanya patung biasa tetapi patung itu juga mengeluarkan air mancur yang tidak terlalu lembab.

"Kamu yakin ini tempatnya?" tanya Bima kepada anak buahnya.

"Yakin Boss," jawab si anak buah sangat yakin. "Boss saya permisi dulu ada kerjaan berikutnya," lanjut anak buah Bima berpamitan dan disetujui oleh Bima.

"Kita langsung masuk saja," tutur Arthur yang wajah benar-benar terlihat sangat datar dan penuh amarah yang tersimpan.

"Kita tidak bisa bergerak sekarang dan memaksa masuk ke sana, itu pelanggaran undang-undang. Lebih baik kita minta tolong Jeremy untuk hal seperti ini," usul Bima yang tidak setuju dengan rencana Arthur yang ingin langsung masuk ke dalam rumah berpatung dewi itu.

Mereka masih asik menyusun rencana dan tidak sadar bahwa ada seseorang yang menangkap keberadaan mereka dari dalam rumah, dia mengintip dari balik tirai jendela. Senyum sinis orang itu terbit dan hatinya berkata bahwa sekarang adalah gilirannya untuk bertindak. Orang itu adalah Lukas, psikopat yang sangat tergila-gila pada Malika. Ketertarikkannya kepada Malika begitu kuat karena Malika terlihat sangat anggun di matanya.

Kondisi rumah saat itu hanya ada Lukas dan Malika yang disekap, sedangkan Lola sedang ada urusan pekerjaan di luar. Situasi itu sangat mendukung Lukas untuk menjalankan rencanya dan menjebak Lola. Mengerjakan hal kotor seperti ini sudah menjadi kebiasaan Lukas, apa lagi demi rasa obsesinya memiliki Malika.

Keputusan Bima dan Arthur akhirnya membawa mereka menemui Jeremy yang sedang bertugas di hotel tempat reuni beberapa waktu lalu. Mereka sudah menelpon Jeremy bahwa akan mampir kesana. Untuk kasus pembunuhan Sindy sendiri Lola belum tertangkap, tetapi ini bisa menjadi umpan untuk Bima dan Arthur membujuk Jeremy membantu mereka. Ini pasti akan sangat membantu Jeremy dalam menyelesaikan kasus Sindy dan beberapa kasus lain yang mungkin saja melibatkan Lola.

Saat sampai di hotel, Arthur dan Bima melihat Jeremy sedang berbicara dengan seorang karyawan hotel. Mereka sengaja menunggu Jeremy di tempat yang sedikit jauh, mata keduanya memandang sekitar lobi hotel. Memastikan bahwa tidak ada Lola di sana, masalah pelik lainnya yaitu meyakinkan Jeremy bahwa Lola yang notabenenya adalah anggota tim forensik kasus Sindy adalah tersangka utamanya. Mungkin ini yang menjadi faktor susahnya Lola tertangkap, karena dia sangat menguasai medan TKP pembunuhan.

"Maaf membuat kalian menunggu," ujar Jeremy yang menghampiri Bima dan Arthur. "Bagaimana kalau kita berbicara di kantorku saja? Kebetulan tidak jauh dari sini bukan?" tawar Jeremy saat melihat suasana lobi hotel kurang private untuk pembicaraan mereka.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang