Bab 46 - Duo Psikopat

10.2K 925 7
                                    

Bagian Empat Puluh Enam

Arthur, Malika dan Bima sedang duduk bersama di ruang tamu. Di atas meja yang ada di tengah-tengah mereka terdapat dua buah paket yang terbuka. "Aku akan urus ini segera ke pihak berwajib, selagi menunggu polisi bergerak aku akan meminta orang untuk menyelidiki paket ini," jelas Bima setelah selesai mendengar penjelasan dari Malika.

"Aku benar-benar mengandalkanmu untuk hal ini Bim, kamu tahu sendiri aku bukalah lagi pengacara," kata Arthur yang menaruh kepercayaan begitu besar kepada Bima.

"Kalian tenang saja, untuk sekarang kalian harus tetap berhati-hati jangan gampang lengah," pesan Bima kepada Arthur dan Malika.

Malika menganggukkan kepalanya mengerti dengan pesan Bima itu, Malika percaya bahwa Arthur pasti bisa menjaga dirinya. "Bima aku yakin bahwa pelakunya adalah orang yang membunuh Alena," ujar Malika menyuarakan isi pikirannya. Tetapi, dia menahan untuk melontarkan nama Lola sebagai orang yang paling dicurigainya.

"Kalian tenang saja, aku pasti akan menangkap pelakunya. Jika ada petunjuk lain tolong kalian cepat kabari aku," Bima berdiri dari duduknya, dia akan segera mengurus semua pelaporan kejadian ini bersama Arthur.

"Aku akan pergi bersama Bima, kamu di rumah saja jangan kemana-mana. Aku sudah pesan kepada Agung untuk tetap berjaga di pos depan," pamit Arthur sambil memberikan pesan-pesan kepada Malika sebelum dia benar-benar pergi.

"Kamu tenang saja, aku di rumah bersama Agung dan Mbok Salmi. Kalian hati-hati di jalan," Malika mengantar Arthur dan Bima sampai depan pintu.

Baru beberapa saat pintu tertutup dan mobil Arthur dan Bima sudah melaju meninggalkan rumah, bel rumah kembali berbunyi. Agung yang berjaga di pos sedang ke toilet saat ada yang bertamu. Malika pun membuka pintu rumah tanpa memgintip terlebih dahulu siapa yang datang bertamu.

Di depan pintu berdiri Lola dengan senyumnya yang dibuat semanis mungkin, rasa muak Malika begitu mengingat kejadian terror paket tadi. Tetapi Malika hanya diam saja, dia tidak ingin membuat Lola berbuat nekat lagi pula belum ada bukti yang menunjukkan bahwa Lola adalah dalang pembunuhan Alena.

"Mau apa kamu kemari?" tanya Malika langsung, dia bahkan tidak mau berbasa-basi mempersilahkan tamunya itu untuk masuk.

"Jadi begini cara Nyonya Sujatmiko menyambut tamu?" sindir Lola atas sikap Malika, dia bahkan menampilkan senyum sok manis miliknya.

"Jika tamunya adalah kamu, ya aku akan menyambut tamu itu seperti ini," balas Malika, dia tidak ingin terlihat lemah di depan Lola.

"Perempuan lemah seperti kamu mau sok-sokan melawan saya," cibir Lola terang-terangan, wajah dengan senyum manisnya pun perlahan-lahan berubah menjadi wajah penuh kebencian terhadap Malika.

"Aku sedang tidak ingin ribut denganmu, sekali lagi aku tanya apa maumu kemari?" Malika tetap saja tidak ingin melunakkan sifatnya pada Lola.

"Aku kemari hanya ingin bertemu Arthur, tadi aku ke kantornya dan sekertarisnya bilang dia sudah pulang," ujar Lola berpra-pura menjadi anjing jinak.

"Ada keperluan apa ingin bertemu suamiku?" tanya Malika dan dengan sengaja menekan kata bagian 'suamiku' untuk menyindir Lola.

Lola tersenyum sinis saat paham dengan penekanan kata yang dilakukan oleh Malika, "kamu pikir aku akan terpengaruh dengan sindiran recehmu itu," ujar Lola dengan nada suara yang jelas menantang Malika.

"Kamu merasa tersindir? Wah padahal aku tidak berniat menyindir," Malika sengaja membuat nada suaranya terdengar sangat meledek Lola. "Sebaiknya kamu pulang karena Arthur tidak ada di rumah," lanjut Malika lagi mengusir Lola.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang