Bab 56 - Isi Paket

9.4K 849 3
                                    

Bagian Lima Puluh Enam

Langit siang itu sangat mendung, seolah-olah mendukung perasaan Arthur yang sedang dirundung kesedihan karena tidak juga menemukan Malika. Dia juga harus tetap bertanggung jawab atas pekerjaannya dan tidak dapat membantu Bima dan Agung mencari Malika. Dia harus pergi ke kantor dan bekerja walaupun pikirannya berkelana sangat jauh.

Belum lagi saat sampai tadi pagi banyak para wartawan yang menunggunya, ingin menanyai dirinya tentang Malika dan Lola. Arthur hanya diam saja tanpa sedikit pun membuka suara, dia tidak ingin media memperburuk situasi yang sudah ada. Ditambah suasana hatinya memang sedang sangat ancur dan tidak ingin membuat hal itu menjadi konsumsi publik.

Takdir seolah-olah seperti sedang mempermainkan Arthur, membuat dirinya masuk kedalam labirin yang panjang tidak berujung serta penuh dengan lika-liku. Kekuatan cintanya dan Malika lah yang hanya mampu membuat dirinya dan Malika tetap hidup hingga sekarang, tetap bersama walaupun ada banyak pihak yang menginginkan mereka berpisah. Terlalu banyak kesakitan dan kepahitan yang sudah mereka lalui bersama, beberapa diantaranya terdapat kesenangan yang tidak terkira saat mereka menghadapi berbagai macam permasalahan bersama.

Mata Arthur memandang sebuah paket kecil yang terletak di atas meja kerjanya, paket yang sedari kemarin tidak kunjung dibukanya. Dia takut apa yang diterimanya hanya akan mempermainkan emosinya sehingga tidak fokus pada Malika. Meski begitu, rasa penasaran tetap menghantui Arthur. Hingga timbul pemikiran bahwa mungkin saja benda itu dapat membawanya bertemu dengan orang yang menculik Malika.

"Huh!" Arthur menghembuskan napasnya berat, kepalanya juga terasa berat memikirkan banyak hal terutama istrinya. Dia yakin tidak akan bertahan lebih lama lagi jika terus-terusan seperti ini, kehilangan Malika dan cemas dalam waktu yang bersamaan.

Malika masih berada di tempat yang sama saat dia dibawa oleh Lukas, dia bahkan sudah terlihat lemas karena tidak makan-makan atau pun minum. Dirinya terlalu takut untuk makan dan minum dari apa yang diberikan Lukas, begitu pun sebelumnya saat dia di sekap oleh Lola. Bukan takut diracuni, tetapi terlalu takut dengan kondisi dan keadaannya sekarang. Belum lagi bayang-bayang menakutkan film pembunuhan Lola selalu menghantuinya saat ruangan ini lebih gelap pada malam hari.

Trauma yang diterimanya pasti sangat luar biasa, apa yang sudah dilaluinya benar-benar membuat dirinya seperti berada di jurang kematian. Dirinya sibuk memikirkan Arthur dan juga mencari cara untuk kabur dari sana. Dia sudah muak dengan semua yang menimpanya dan membuat dirinya menjadi lemah tidak berdaya.

Tak! Tak! Tak!

Suara hentakan kursi yang dibuat Malika karena bergerak-gerak memecah kesunyian. Dirinya masih berupaya keras untuk dapat melepaskan diri dari ikatan yang masih tetap kuat seperti awal mula. Sepertinya tali tambang yang mengikatnya sudah terikat janji dengan Lukas untuk tidak akan melepaskan Malika. Rasa sakit dan perih karena luka lecet di sekitar tangannya yang timbul dari gesekan tali tambang dan kulitnya terus mendera Malika.

"Kamu jangan nakal sayang, aku mau pergi keluar dulu sebentar. Ingat jangan buat keributan atau nyawa suamimu akan melayang!" ancam Lukas dari ambang pintu. Malika menatap marah Lukas yang mengancamnya, dia tahu Lukas memang pasti akan melaksanakan ancamannya itu segera jika Malika tetap keras kepala seperti itu.

Lukas pergi menuju penjara untuk menjenguk Josh Sujatmiko, dia ingin menampakkan wajahnya yang masih hidup itu pada gurunya. Pada orang yang menjadi panutannya yang kini mendekam di penjara akibat Arthur. Bukan hanya untuk mendapatkan Malika, semua yang dilakukannya juga untuk membalaskan dendamnya karena telah membuat dirinya sebatang kara. Bagi Lukas, gurunya adalah orang yang dia miliki di dunia ini.

Wajah Josh langsung terkejut saat melihat Lukas yang diketahuinya telah mati dalam kecelakaan di Jogja, matanya melebar kaget dan bibirnya bergetar karena terlalu bingung. "Hallo guru," sapa Lukas santai tanpa beban, dia bahkan tersenyum manis kepada Josh Sujatmiko.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang