Bab 48 - Perang Dua Kubu

10.3K 938 5
                                    

Bagian Empat Puluh Delapan

Setelah kejadian semalam, Arthur dan Malika tetap melanjutkan kegiatan mereka. Arthur yang pergi ke kantor dan Malika yang pergi ke toko. Hanya saja kali ini Arthur meminta Agung untuk menunggui Malika, tidak meninggalkan Malika di toko saja seperti biasanya. "Aku bukan anak TK yang harus ditunggui," protes Malika saat mendengar titah Arthur kepada Agung.

"Sayang jangan buat aku khawatir, nanti kamu pulang duluan saja dengan Agung. Aku, Bima dan Galih akan berangkat ke acara reuni," jelas Arthur yang tentu saja tidak ingin dibantah oleh Malika.

"Pergi sama Bima dan Galih atau sama Lola?" sindir Malika yang sebbenarnya cemburu dan memikirkan masalah undangan reuni itu.

"Kamu tahu Sayang, kalau kita berantem karena masalah undangan itu. Maka orang yang merencanakan penulisan nama undangan itu sukses besar," kata Arthur dengan nada suaranya tetap tenang. Arthur merupakan mantan pengacara yang tentu saja sangat paham dalam mengendalikan emosi.

Malika tidak menjawab perkataan Arthur, dia justru membuat gerakan mencibir dengan bibirnya yang berlapis lipstick pink rose. Saat ini keduanya sedang berada di dalam mobil yng disupirin oleh Agung. Arthur yang sebenarnya tahu bahwa istrinya itu kesal justru malah tertawa kecil karena lucu melihat tingkah Malika.

"Aku hanya sebentar di acara reuni nanti, tidak akan lama," Arthur mengambil tangan Malika yang berada di atas pangkuan dan menggenggam jemari hangat Malika, seolah-olah meminta Malika untuk tetap percaya kepadanya.

"Aku takut, gimana kalau orang itu datang lagi?" Malika menolehkan kepalanya ke arah Arthur, wajahnya terlihat sangat menggambarkan betapa cemasnya hati wanita itu.

"Percayalah aku akan selalu menjagamu," Arthur menenangkan istrinya yang mulai terlihat cemas berlebihan. Mungkin ini akibat dari serentetan masalah yang mereka hadapi.

Arthur diturunkan Agung di depan lobi, sementara itu Agung akan menjaga Malika di toko. Agenda Arthur hari itu sebenarnya tidak banyak dan bisa saja dikerjakan di rumah, tetapi dia harus membahas masalah tentang terror yang menimpanya dan Malika bersama Bima dan Galih yang akan datang ke kantornya. Wajah Arthur hari itu terlihat penuh dengan jambang halus yang justru membuatnya bertambah keren di mata para wanita. Matanya sayu karena kurang tidur, dia harus bergadang semalaman karena kejadian tadi malam.

"Jangan ada yang masuk selain Bima dan Galih," pesan Arthur sambil lalu kepada sekertarisnya Cecil. Saat Arthur masuk ke dalam ruangannya dia langsung membaringkan tubuhnya di sofa panjang, mencoba memejamkan matanya sesaat.

Sekitar setengah jam Arthur menutup matanya, walaupun sebenarnya dia tidak tidur. Dia hanya mengistirahatkan badannya yang lelah untuk sejenak. Ketika Bima dan Galih datang pun dia masih pada posisinya yang berbaring di sofa dengan mata terpejam. Seruan Bima yang tertangkap indra pendengarannya lah yang membuatnya bangun dari tidur-tidurannya dan mempersilahkan Bima dan Galih untuk duduk.

"Jadi kita akan tetap datang ke acara reuni?" tanya Bima memastikan sekali lagi tentang keputusan Arthur. Galih sendiri hanya diam memperhatikan wajah Arthur yang terlihat letih dan kurang tidur, bibirnya ingin bertanya tetapi diurungkannya niat tersebut.

"Iya lagi pula jika memang benar itu hanya untuk memancing rasa cemburu Malika sebenarnya undangan itu berhasil," jawab Arthur saat teringat kejadian di mobil tadi.

Galih tetap membiarkan Bima dan Arthur bercakap-cakap mengenai analisis mereka soal persoalan paket terror beberapa waktu lalu. Mata Galih tetap memicing heran dengan kondisi Arthur yang sebenarnya terlihat cemas. Instingnya mengatakan bahwa Arthur menyembunyikan satu kejadian yang tidak diketahuinya. Arthur yang diperhatikan Galih akhirnya sadar dan menatap Galih dengan menaikkan sebelah alisnya.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang