Bab 1 - Pertemuan Pertama

100K 4.6K 83
                                    

   Sebuah rumah kos di daerah Mampang JakartaSelatan terlihat ramai oleh warga setempat yangpenasaran dan beberapa petugas kepolisian yang mengamankan tempat kejadian. Di kos tersebut telah terjadi pembunuhan terhadap perempuan berumur 25 tahun bernama Sarah. Sorak-sorai suara warga terdengar menggema begitu Malika keluar dari TKP (Tempat Kejadian Perkara). Sorak-sorai tersbut dipicu oleh beredarnya kabar burung yang mengatakan bahwa ada yang melihat Malika membuang senjata pembunuhan di semak-semak dekat kos tersebut. Malika saat ini berstatus sebagai saksi untuk dimintai keterangan, maka Malika akan dibawa ke Polsek Mampang.

   Ditengah kerumunan warga tersebut seseorang memperhatikan Malika yang dibawa Polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Begitu melihat mobil yang membawa Malika meninggalkan TKP, orang tersebut yang adalah Arthur Sujatmiko melajukan mobilnya menuju Polsek Mampang. Arthur dengan sabar menunggu Malika, walaupun dia harus membuang waktunya selama berjam-jam. Ketika Arthur melihat Malika keluar dari ruangan penyidik Arthur langsung berdiri.

   “Nona Malika Kamila!” seru Arthur begitu melihat Malika melewatinya begitu saja. Ketika Malika membalikkan badannya dan memandang Arthur dengan bingung Arthur dengan cepat berkata, “saya Arthur Sujatmiko, bisa kita bicara sebentar?”

   Disinilah Malika dan Arthur sekarang duduk berhadapan di cafe yang tidak terlalu jauh dari Polsek Mampang. “Jadi apa yang ingin Mas ini bicarakan?” Malika membuka suaranya begitu melihat Arthur yang hanya diam saja. Sejujurnya Malika sedikit heran dengan laki-laki di depannya itu. Heran kenapa lelaki itu bisa sampai mengikutinya ke Polsek Mampang.

   Arthur tidak langsung menjawab pertanyaannya tentang pertanyaan Malika, dia justru mengangsurkan kartu namanya kepada Malika. Walaupun bingung, tetapi Malika tetap menerima uluran kartu nama tersebut. Malika membaca nama laki-laki yang di hadapannya itu yang ternyata bernama Arthur Sujatmiko serta profesi Arthur yang seorang pengacara.

   “Saya berniat membantu Nona Malika,” ujar Arthur begitu melihat raut tanya dari muka Malika setelah membaca kartu namanya.

   “Terus terang saya tidak punya uang untuk membayar Anda,” Malika mengangsurkan kembali kartu nama tersebut tetapi ditolak oleh Arthur.

   “Saya tidak butuh uang untuk bayarannya,” Arthur menatap mata Malika yang berwarna cokelat madu dan terlihat sangat jernih.

   “Lalu?” Malika menaikkan sebelah alisnya bingung dengan apa maunya laki-laki itu. Terbesit pemikiran tentang Arthur yang akan menjadi superman untuknya, yang membantu tanpa imbalan dan tanpa perkenalan. Tetapi, Malika menepis khayalan konyolnya itu. Bagi Malika tak ada hal seperti itu di dunia semodern ini.

   “Sebagai imbalannya Anda bersedia menikah dengan saya,” ujar Arthur dengan ekspresinya yang datar-datar saja. Sedangkan Malika, matanya membulat sempurna dan bibirnya sedikit terbuka. Malika menepuk-nepuk telinganya takut dia salah pendengaran atas apa yang telah diucapkan oleh lawan bicaranya itu.

   “Apa motivasi Anda sebenarnya?!” Malika menaikkan sedikit nada suaranya karena geram dengan laki-laki yang dengan seenaknya membuat lelucon seperti ini. “Tolong Anda jangan bercanda,” tambah Malika kembali.

   “Saya tidak sedang bercanda Nona, saya menerima wasiat untuk menikahi Anda atas permintaan Almarhum kakek saya Rafael Sujatmiko,” jelas Arthur. Malika mengerutkan keningnya dalam, dia sedang mengingat nama Rafael Sujatmiko yang sepertinya tidak asing lagi baginya. “Dia kakek-kakek yang sering Anda temani duduk di pojok cafe tempat Anda bekerja,” Arthur membantu Malika mengingat memorinya tentang kakek Rafael.

   Tiba-tiba saja Malika menjentikkan jarinya begitu mengingat sosok kakek Rafael yang memang menjadi langganan di cafe tempatnya bekerja. “Kakek Rafael meninggal?!” Malika bertanya dengan raut wajah tidak percaya dan bercampur sedih, kira-kira itu lah yang ditangkap indra penglihatan Arthur.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang