Bab 39 - Kisah Kelam Alena

10.4K 1K 7
                                    

Bagian Tiga Puluh Sembilan

Begitu sampai di Jogja, Arthur dan Malika langsung menyambangi akamat yang diberikan Alena. Dari luar terlihat bangunan rumah bertingkat tiga dengan di depan pagar rumah terdapat tulisan 'Kosan Ibu Haji' dengan tukisan besar. Sekali lagi Arthur memastikan bahwa tempat yang ditujunya sudah benar.

"Permisi Mbak," sapa Malika pada seorang Mbak-Mbak yang sedang menyapu di halaman depan kos-kosan.

"Iya cari siapa ya Mbak?" tanya Mbak itu langsung kepada Malika, mungkin dia heran melihat Malika dan Arthur yang seperti orang asing itu berdiri di depan pagar sambil celingukkan.

"Kami mencari Alena, apa benar Alena ngekos di sini?" kali ini Arthur yang mengeluarkan suara untuk bertanya. Dia juga menunjukkan ponselnya yang terdapat foto Alena di layarnya.

"Wah Mbak sama Mas-nya ini telat, baru semalam Alena pindah. Katanya mau melanjutkan perjalanan," ujar si Mbak-Mbak itu.

"Apa dia meninggalkan sesuatu? Atau Mbak tahu Alena pergi kemana?" tanya Arthur beruntun.

"Mas dan Mbak-nya ini siapa memangnya?" si Mbak-Mbak itu memperhatikan Malika dan Arthur dengan pandangan menyipit dan terdapat pancaran curiga di sana.

"Saya Arthur Sujatmiko, saya sepupunya Alena," jawab Arthur cepat tidak ingin membuat Mbak itu berburuk sangka padanya. Dia juga menyerahan KTPnya sebagai bukti.

"Kalau soal Mbak Alena saya kurang tahu, tapi Mbak dan Mas bisa bertanya sama Ibu Haji," kata si Mbak-Mbak saat selesai memeriksa KTP milik Arthur.

"Bisa antar kami bertemu Ibu Haji?" pinta Malika.

"Bisa kok, mari Mbak-Mas saya antar," Mbak itu menyetujui permintaan Malika.

Arthur dan Malika mengikuti si Mbak-Mbak dengan berjalan kaki, memasuki gang yang berada di sebelah kosan. Malika yang merasa butuh berkaca akhirnya mengangkat ponselnya untuk berkaca melihat raut wajahnya sambil berjalan. Saat itu lah dia melihat sosok laki-laki yang berdiri di depan gang tempat mereka masuk tadi dengan jaket hitam dan terlihat mencurigakan. Orang itu terus memperhatikan Malika an Arthur, dari balik tudung jaketnya.

"Arthur coba kamu lihat deh wajah kamu itu," Malika memberi kode kepada Arthur dengan delikkan mata agar Arthur melihat ke layar ponsel Malika.

"Sialan ternyata kita sudah ditunggu, aku rasa kita tidak akan mendapatkan apa-apa dari Ibu Haji," bisik Arthur pelan.

"Mbak saya mau tanya, kira-kira gang ini tembus kemana ya?" tanya Malika kepada si Mbak-Mbak yang berjalan santai di depannya.

"Tembus ke jalan ...." si Mbak-Mbak itu menyebutkan nama jalan yang menjadi tembusan gang itu.

"Trima kasih Mbak," Malika langsung mengetik pesan singkat kepada Agung untuk meminta Agung menunggu Malika dan Arthur di jalan tembusan.

"Kamu memang pintar," puji Arthur saat Malika memperlihatkan isi pesan singkatnya untuk Agung.

Tidak berapa lama mereka sampai di rumah Ibu Haji, rumah besar yang berdiri di dalam lorong yang hanya masuk untuk satu mobil. Keadaan dalam gang pun terlihat sepi, seperti penghuninya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Hanya beberapa anak-anak pulang sekolah yang lewat di gang tersebut.

"Mbak Mas saya tinggal ya, nanti pulangnya bisa kan?" ucap si Mbak-Mbak yang mengantar Malika dan Arthur tadi.

"Ehmm Mbak, kalau mau ke jalan yang di ujung sana itu jalannya lewat mana aja ya?" tanya Malika sebelum si Mbak-Mbak pergi.

"Mbak tinggal lurus saja nanti ketemu persimpangan Mbak ke kanan," jelas si Mbak-Mbak.

"Oh iya trima kasih ya Mbak," lalu setelahnya Mbak-Mbak itu meninggalkan Malika dan Arthur di rumah Ibu Haji.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang