Bab 20 - Berpacu Dengan Waktu

20.7K 2K 24
                                    

  Pagi hari Arthur sudah siap dengan pkaian rapi, dia dan anggota team A sudah siap untuk memberikan hasil insvetigasi mereka kepada pihak berwajib jika Ivan tetap tidak ditangkap dan Malika dibebaskan. Arthur memutuskan untuk menunggu kabar di kantornya, dia bahkan dengan sengaja tidak mengunjungi Malika hari ini. Karena Arthur yakin bahwa besok Malika akan segera bebas.

   “Kita harus menunggu sampai jam berapa?” tanya Bima yang baru saja masuk ke dalam ruangan Arthur.

   “Sampai jam dua belas nanti malam,” jawab Arthur dengan tegas. “Ah ya bagaimana hasil investigasi tentang motif Ivan? Soal Ibrahim kaki tangannya bagaimana?” Arthur bertanya dengan mimik wajahnya yang serius.

   “Semua sudah beres, kemungkinan besar motif berkaitan dengan harta sudah pasti Ibrahim terlibat sebagai kaki tangan karena Ibrahim mendapat komisi atas penjualan tanah,” kata Bima dengan yakin.

   Arthur menganggukkan kepalanya tanda dia mengerti dengan penjelasan Bima, Arthur kembali sibuk berkutat dengan pekerjaannya yang sudah menumpuk. Banyak kasus yang ditolaknya karena dia terlalu fokus untuk membela Malika. Bima pun meninggalkan Arthur sendirian, dia tidak ingin menganggu Arthur.

   Baru beberapa menit Bima meninggalkan Arthur sendirian, tiba-tiba Lola masuk ke dalam ruangan Arthur. Memang saat itu sekertaris Arthur sedang pergi menemui klien mereka untuk negosiasi. Arthur hanya memandang Lola malas, apa lagi wajah Lola yang terlihat penuh dengan amarah.

   “Jadi kamu menolak aku hanya untuk pembunuh?!” teriak Lola langsung sambil melempar tabloid ke atas meja kerja Arthur.

   “Malika bukan pembunuh!” emosi Arthur langsung naik atas tudingan Lola yang mengatakan Malika seorang pembunuh.

   “Bukan pembunuh?! Di sana sudah jelas dikatakan bahwa dia tersangka pembunuhan!” kata Lola tidak terima masih dengan nada suaranya yang meninggi.

   “Dia akan segera keluar dari sana dan pembunuh sebenarnya akan tertangkap, sebaiknya kamu pergi dari sini!” Arthur dengan tegas mengusir Lola, dia benar-benar merasa marah kepada Lola.

   “Aku tidak akan melepaskan kamu dengan mudah Arthur!” ancam Lola sebelum dia pergi meninggalkan ruangan Arthur.

   Arthur benar-benar merasa otaknya akan pecah, dia bingung dengan situasi ini. Lola yang pergi meninggalkannya dan kini dia yang ingin kembali. Arthur menghela napasnya berat, kepalanya terasa berputar, mungkin ini efek kurangnya Arthur beristirahat.

   Sementara itu, Jeremy dan anggotanya sedang sibuk melakukan penyelidikan mendetail di kamar kost Malika dulu. “Cari dengan detail!” kata Jeremy yang sedikit gelisah. “Kamu! Apa sudah ada kabar tentang rekaman CCTV?” tanya Jeremy kepada anggotanya yang lewat.

   Jeremy sedang berpacu dengan waktu, tentunya sebelum tengah malam dia harus segera menemukan tersangka sebenarnya. Tadi pagi dia sudah menerima pesan singkat dari Arthur tentang pernyataan perang jika Jeremy tidak melakukan tugasnya dengan benar.

   Arthur: Jika lewat tengah malam tersangka sebenarnya belum tertangkap, aku akan menyebarkan bukti pada media. Jadi, tangkap pembunuhnya dan selamatkan harga diri polisi!

   “Bagaimana? Apa hasilnya sudah keluar?” tanya Jeremy mendekatkan team forensik yang sedang mengidentifikasi sidik jari yang di dapatnya di kamar Malika.

   “Sidik jarinya cocok dengan salah satu orang di dalam daftar, tentunya selain Nona Malika,” jelas anggota yang sedang bekerja, dia membalik layar laptopnya menunjukkan hasil verifikasinya kepada Jeremy.

   “Sial! Kalian segera awasi pergerakan Ivan hingga kita mendapatkan surat penangkapannya!” perintah Jeremy kepada anggotanya yang langsung bergerak.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang