Bab 22 - Acara Makan Malam Yang Kacau

20.2K 2K 9
                                    

   “Apa kau pikir 4 tahun yang lalu aku akan melarangmu mengejar cita-citamu jika kau jujur? Tidak Lola! Jawabannya tidak, aku justru akan mendukungmu bukan melarangmu. Aku tahu kau punya alasan lain dibalik kepergianmu itu,” ucap Arthur langsung.

   “Arthur ...” Lola tidak dapat berkata-kata karena apa yang dikatakan Arthur memang benar adanya.

   “Malika ...” saat itu juga Arthur sadar akan keberadaan Malika yang berdiri kaku seperti patung.

   “Ah maaf aku mengganggu kalian,” ujar Malika dan langsung pergi dari sana dengan terburu-buru. Arthur pun tidak sempat untuk mencegah Malika, sejujurnya Arthur takut Malika salah paham atas dirinya dan Lola.

   Malika juga kaget saat mendapati ruang tengah penuh dengan anggota team A, dari semua orang yang ada di sana hanya Toni yang pernah bertemu dengannya. Malika meringis malu ketika seluruh orang yang berada di ruang tengah melihat ke arahnya. “Maaf,” ujar Malika sambil membungkuk dan langsung pergi dari sana. Dia menyusul Mbok Salmi ke dapur.

   “Sini Mbok biar Malika bantu,” Malika membantu Mbok Salmi membawa berbagai macam makanan yang sudah mereka masak menuju meja makan.

   “Non Malika duduk saja, biar Mbok yang kerjakan,” ujar Mbok Salmi tidak enak hati dengan Malika yang notabenenya adalah calon istri majikannya.

   “Hmm Mbok Salmi panggil Arthur sama teman-temannya saja, biar Malika yang selesaiin ini. Tinggal sayurnya ajakan yang belum,” kata Malika yang mendorong Mbok Salmi keluar dari dapur.

   “Aduh! Iya iya Non,” Mbok Salmi pun akhirnya mau menuruti perkataan Malika untuk memanggil Arthur dan teman-temannya.

   Sambil menunggu Mbok Salmi memanggil yang lainnya, Malika menyiapkan sayur soup di atas meja makan. Lalu dia kembali ke dapur dan berdiri di dekat kulkas dengan perasaan bingung, “aduh kenapa tadi sampai nguping sih,” rutuk Malika begitu mengingat kejadian tadi.

   “Gimana kalau Arthur marah ya,” ujar Malika lagi sambil mengintip ke arah ruang makan. Dia benar-benar terlihat bingung dan gelisah, apalagi ketika terdengar suara-suara yang mulai mendekat.

   “Tenang Malika tenang, itu tadi kamu tidak sengaja. Jadi jangan panik,” Malika berusaha mensugesti dirinya sendiri untuk tidak panik dan berbuat ceroboh.

   “Non Malika ngapain di sini? Itu sana ikut makan bareng,” tegur Mbok Salmi yang melihat Malika berdiri di samping kulkas sambil komat-kamit tidak jelas.

   “Aku makan sama Mbok ajalah di dapur,” jawab Malika dengan keringat dingin yang sudah mulai keluar. “Hmm Mbok, Arthur kalau marah nyeremin gak?” tanya Malika takut-takut.

   “Kenapa emangnya Non?” tanya Mbok Salmi balik.

   “Jawab aja sih Mbok,” Malika terlihat tidak sabaran dan di dalam hatinya dia berharap jawaban Mbok Salmi adalah tidak.

   “Aden itu jarang marah Non, tapi kalau sekali marah. Aduh nyeremin banget Non,” ucap Mbok Salmi sambil bergidik ngeri. Malika hanya dapat menelan ludahnya mendengar ucapan Mbok Salmi tersebut, keringat dingin tambah banyak keluar dari pori-pori kulitnya.

   “Malika!”

   “Mati aku!” latah Malika ketika mendengar namanya dipanggil oleh Arthur, dia sekarang dengan posisi membelakangi Arthur dan menghadap Mbok Salmi.

   “Siapa yang mati?” tanya Arthur heran atas ucapan Malika tadi.

   “Itu tadi kucing tetangga mati,” jawab Malika asal dengan posisi masih membelakangi Arthur.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang