Bab 21 - Malika Bebas

20.9K 1.9K 5
                                    

  Pagi hari yang cerah itu publik telah dihebohkan dengan beredarnya berita tentang kesalahan tangkap yang dilakukan polisi atas kasus pembunugan Sarah Kusuma Ningrum beberapa waktu lalu. Warga Jakarta dan juga luar Jakarta sedang hangat-hangatnya membahas tentang kejadian tersebut, untuk memuaskan rasa penasaran masyarakat, para pemburu berita sudah siap menunggu Malika Kamilah.

   Arthur sendiri sudah menunggu di ruang tunggu, dia datang untuk menjemput Malika. Ketika itu Jeremy menemui Arthur di ruang tunggu, “maaf atas kesalah pahaman ini, mungkin kedepannya kita bisa menjadi patner yang lebih baik lagi,” kata Jeremy yang berdiri di depan pintu tanpa ada niat untuk duduk.

   “Aku tahu bahwa apa yang kalian lakukan sudah sangat maksimal, perintah atasan lah yang menjadi halangan kalian,” kata Arthur terdengar bijak dan tidak ingin menghakimi Jeremy.

   Jeremy tidak berkata-kata lagi karena Malika sudah datang diantar oleh seorang anggota polisi perempuan. “Arthur!” tanpa canggung, Malika langsung berlari menubruk Arthur dan memeluknya kuat. “Aku bebas! Terima kasih,” ucap Malika di sela pelukannya.

   “Kalau begitu kamu pamit dulu,” Jeremy mewakili rekannya yang mengantar Malika tadi pamit undur diri dan memberikan waktu Arthur dan Malika melepas rindu.

   Sepeninggal Jeremy, Arthur mengurai pelukan Malika dia tatap mata Malika yang sudah banjir oleh air mata. “Malika aku hanya ingin mengatakan, apa pun yang terjadi tetaplah bersamaku,” pinta Arthur sungguh-sungguh dengan tatapan matanya yang lembut.

   Malika mengangguk dengan pasti dan kembali memeluk Arthur lagi, dia memuaskan indra penciumannya atas wangi Arthur. Memang dia selalu bertemu Arthur setiap harinya, tetapi kemarin saat Arthur tidak datang dan dia dinyatakan bebas, Malika menjadi sangat merindukan Arthur.

   “Sebelum kita pulang, aku ingin menjelaskan kondisi di luar sana. Pertama, sekarang ini kamu sedang menjadi sorotan media dan masyarakat, jadi di luar gedung ini sudah pasti banyak sekali wartawan yang sedang menunggu. Lalu kedua, untuk sementara waktu kamu akan kembali tinggal di rumah Kakek dan aku akan tinggal di apartemen sampai kita resmi menikah,” jelas Arthur.

   “Setuju!” ujar Malika semangat.

   “Bagus! Sekarang ayo pulang,” Arthur mengulurkan tangannya untuk digandeng oleh Malika.

   “Tunggu! Aku ada satu syarat, bisakah Mbak Rere tinggal bersama kita? Aku dengar kepulangan Mbak Rere diundur satu hari, itu artinya besok Mbak Rere akan bebas,” Malika menatap Arthur dengan penuh permohonan.

   “Baiklah aku setuju,” ucap Arthur setuju dengan permintaan Malika tersebut.

   Arthur dan Malika jalan berdampingan, tadinya tangan keduanya saling bergandengan, tetapi begitu sampai di depan para wartawan Arthur melepaskan gandengan tangan mereka dan beralih merangkul pinggang ramping Malika. “Kita tidak akan memberikan keterangan apapun, jadi ikuti langkahku atau ingin aku gendong?” bisik Arthur yang sempat-sempatnya menggoda Malika.

   “Jangan menggodaku!” sungut Malika sambil memukul bahu Artur pelan.

  “Maaf kami tidak akan memberikan keterangan apapun,” ujar Arthur dengan tegas dan menghela Malika melewati wartawan dengan bantuan beberapa petugas kepolisian.

   “Nona Malika apakah Anda tidak akan mengajukan gugatan?”

   “Nona Malika tolong katakan seperti apa kondisi Anda sekarang?”

   “Nona Malika!”

   “Nona Malika!”

   Seruan-seruan dan pertanyaan yang dilontarkan untuk Malika membuat Malika semakin merapatkan tubuhnya ke arah Arthur yang membimbing jalannya. Malika tidak dapat mendengar dengan jelas perkataan para wartawan itu karena mereka berbicara dalam waktu yang bersamaan.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang