Bab 28 - Begal

16K 1.6K 5
                                    

   Suasana pesta ulang tahun anak Galih terlihatmeriah, beberapa rekan kerja Galih juga tampak hadirmenambah kemeriahan pesta untuk anak-anak tersebut. Taman belakang rumah Galih yang digunakan untuk pesta sangat berisik dengan suara tawa dan tangis anak kecil. Semuanya bersenang-senang malam itu, dengan ditemani berbagai macam hidangan manis seperti coklat dan permen. Dekorasi yang apik dan indah penuh dengan lampu-lampu membuat taman itu terlihat sangat indah.

   “Akhirnya kalian datang juga,” sambut Galih saat Arthur, Malika dan Rere sampai.

   “Maaf kami agak terlambat karena jalan yang macet sekali,” kata Arthur sambil menyerahkan sebuah kado kepada Galih.

   “Andre! Ayo sini!” panggil Galih kepada anaknya yang sedang asik berlari-lari bersama teman-temannya.

   Andre menghampiri Ayahnya dan cukup dengan sekali perintah Andre langsung menyalami Arthur, Malika dan Rere. Dia juga mengucapkan terima kasih dan langsung kembali bermain dengan membawa kado yang diserahkan Arthur tadi.

   “Ayo kalian duduk, apa lagi Rere pasti capek berdiri,” Galih dengan sopan mempersilahkan mereka untuk duduk di tempat yang telah disediakan.

   “Tuh Mas Galih perhatian banget kan?” bisik Malika kepada Rere dengan bola matanya yang mengerling ke arah Galih.

   “Jangan aneh-aneh ya kamu Ka!” peringat Rere sambil melototkan matanya ke arah Malika.

   “Ih aku kan Cuma bilang Mas Galih perhatian, gak ada maksud apa-apa,” Malika memeletkan lidahnya ke arah Rere. Sedangkan keduanya sibuk mendebatkan hal tidak penting, Galih dan Arthur terlibat pembicaraan serius soal pekerjaan mereka.

   “Tapi Ka, ngomong-ngomong kamu sama Arthur kapan diresmiinnya?” tanya Rere yang penasaran dan juga ingin mengalihkan pembicaraan.

   “Aku sama Arthur belum bahas itu Mbak, dia kelihatannya lagi sibuk sama kerjaannya deh,” kata Malika yang berusaha cuek namun sebenarnya dia juga merasa penasaran akan hal itu.

   “Ya sudah jangan sedih gitu dong mukanya,” Rere mencubit pelan pipi Malika membuat empunya pipi meringis kecil.

   “Emang aku anak kecil apa,” cemberut Malika sambil mengusap-usap bekas cubitan Rere di pipinya.

   “Ehm! Mas Galih, toiletnya dimana ya?” tanya Malika yang terlihat menahan sesuatu.

   “Kenapa?” bisik Rere di telinga Malika.

   “Kebelet Mbak,” jawaban Malika itu cukup kuat untuk dapat didengar oleh Galih dan Arthur.

   “Ah kamu masuk aja ke dalam terus belok ke kiri di bawah tangga ada toilet,” ujar Galih menunjukkan Malika jalan menuju ke toilet. Setelah mendengar penjelasan Galih itu, Malika langsung lari ngacir masuk ke dalam rumah Galih.

   Rere yang merasa bosan karena tidak ada teman mengobrol, memilih bangkit dari duduknya dan berjalan menuju meja aneka kue. Hal itu pun disadari oleh Galih yang sedang asik mengobrol dengan Arthur. Galih mengawasi Rere dari jauh takut wanita hamil itu kesusahan atau kesulitan karena perutnya yang sudah besar.

   Galih sigap menyusul Rere begitu melihat Andre anaknya akan menabrak Rere dari belakang, sigap Galih meraih pinggang Rere dan memberikan ruang kosong untuk Andre tetap melanjutkan larinya. “Ah maaf saya tidak tahu kalau ada Andre di belakang,” ucap Rere sambil menundukkan kepalanya.

   “Bukan salah kamu tapi salah Andre, jangan minta maaf seperti itu,” Galih menatap Rere yang terlihat menunduk masih dengan posisi Rere yang berada dalam rangkulannya.

   “Ehem! Ehem! Ehem!” suara dehaman penuh godaan itu dikeluarkan oleh Malika yang melihat pemandangan romantis saat baru saja kembali dari toilet.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang