Bab 14 - Arthur VS Jeremy

19.5K 2K 40
                                    

   Hari itu langit Jakarta begitu cerah dengan kondisi jalanan yang macet, Arthur sendiri sudah keluar dari rumahnya sejak jam 6 pagi tadi menuju sebuah cafe. Arthur sudah menghubungi Jeremy dan meminta Jeremy untuk bertemu. Untuk itu Arthur menuju sebuah cafe yang tidak terlalu jauh dari kantornya.

   Saat Arthur masuk ke dalam cafe, terlihat Jeremy sudah duduk di pojok ruangan dengan seragam polisinya yang dilapisi dengan jaket denim. “Langsung ke inti permasalahan saja,” tembak Jeremy langsung saat Arthur duduk di hadapannya.

   Bukannya menjawab, Arthur mengeluarkan sebuah map yang disembunyikannya dibalik jaket kulit yang dikenakannya. Map tersebut diangsurkan Arthur ke arah Jeremy, “buka dan bacalah,” suruh Arthur.

   Raut heran tercetak jelas di wajah Jeremy, dibukanya map yang diberikan Arthur tersebut. Dengan teliti dibacanya berkas didalamnya yang menyatakan tentang status Sarah yang merupakan yatim piatu dan memiliki warisan tanah yang luar biasanya luas. Di sana juga tercantum alamat kampung halaman Sarah.

   “Aku harap itu dapat membantu,” kata Arthur ketika Jeremy menatapnya meminta penjelasan. Arthur berdiri dari duduknya, dia sudah berbalik akan pergi tetapi Jeremy mencegahnya.

   “Tunggu! Jelaskan lebih rinci darimana data ini didapat,” ujar Jeremy dengan suara yang penuh selidik, seolah tidak percaya dengan informasi yang Arthur berikan.

   “Periksa juga lebih rinci tentang transaksi tanah tersebut dan lalu periksa rekening Bank milik korban,” kata Arthur lalu berlalu dari hadapan Jeremy. Arthur sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Jeremy yang membuang-buang waktu tersebut.

   Bukannya langsung menuju kantornya, Arthur justru menjenguk Malika. Sehari kemarin dia sudah tidak bertemu dengan gadis tersebut, hanya kabar yang dia dapat dari Toni. Arthur setia menunggu Malika di ruang tunggu sambil memikirkan kata-kata apa yang pantas diucapkannya kepada Malika.

   Pertama kali ketika Malika masuk, yang tertangkap oleh indra penglihatan Malika adalah penampilan Arthur yang berbeda. Biasanya Arthur selalu berbalut jas dan kemeja mahal serta celana bahan yang licin rapi, kini Arthur mengenakan kaos biasa berwarna abu-abu dan celana lepis, tidak lupa jakt kulitnya yang tersampir di kursi kayu yang tersedia di ruang tunggu.

   “Sudah pulang dari Solo?” tanya Malika berusaha santai, waaupun sebenarnya dia sangat penasaran dengan penampilan Arthur tersebut. Arthur terlihat seperti pria yang akan pergi kencan dengan pacarnya di mall.

   “Seperti yang kamu lihat,” jawab Arthur sambil matanya memperhatikan Malika yang terlihat lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu yaitu dua hari yang lalu.

   “Penampilanmu sedikit berbeda dari biasanya,” komentar Malika sambil tersenyum kecil.

   “Hmm hari ini lebih banyak berada di luar ruangan,” kata Arthur seadanya. Lama Arthur memandang Malika dengan tatapan yang dalam, matanya sedang memuaskan rindunya atas Malika.

   “Ada apa?” tanya Malika dengan wajahnya yang sedikit malu dan rona pipi yang samar timbul.

   “Aku benar-benar tidak bisa harus melihatmu seperti ini Malika, apapun caranya akan aku lakukan untuk membebaskanmu,” kata Arthur dalam.

   “Aku percaya sepenuhnya kepadamu Arthur,” Malika memberikan senyum manisnya kepada Arthur.

   “Jika kamu tersenyum seperti sekarang rasanya aku ingin segera membawamu untuk dinikahi,” kata Arthur dengan rayuan recehnya yang jelas saja membuat Malika bersemu malu di tempat duduknya.

   “Tolong jangan menggombal disaat seperti ini,” ujar Malika dengan mimik wajah dibuat cemberut.

   “Aku tidak sedang menggombal Malika tetapi sedang mencoba merayu calon istriku,” Arthur mengedipkan sebelah matanya genit. Sontak saja Malika tertawa karena tingkah genit Arthur tersebut.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang