Bab 30 - Mayat Terapung

15.4K 1.6K 12
                                    

   Pagi-pagi sekali Malika sudah bangun, dia duduk di depan televisi sambil merajut syal berwarna abu-abu. Dia sengaja bangun pagi karena nanti siang akan pergi dengan Agung untuk membeli keramik. Sesekali bibir Malika akan mengeluarkan senandung merdu dan matanya akan sesekali menatap layar televisi ketika pemberitaan selebriti tanah air dibahas.

   “May Thompson? Seharusnya namanya bukan pakai Thompson lagi dong, kan sudah cerai,” komentar Malika saat nama May disebut-sebut oleh presenter gosip. “Mengajukan tuntutan kepada Black Thompson melalui adik sepupu tiri Blck Thompson,” Malika membaca kalimat yang tertulis di layar televisi dengan dahi berkerut.

   Malika mengambil remote televisi dan menaikkan volume suaranya saat berita tentang May ditayangkan, “May Thompson diduga kuat menjalin hubungan asmara dengan pengacaranya Arthur Sujatmiko ...” suara televisi terdengar jelas di telinga Malika, apa lagi saat nama Arthur disebut.

   Di layar televisi sekarang terpampang tayangan yang menunjukkan Arthur keluar bersama sang artis papan atas; May Thompson dengan kawalan security restaurant. Malika hanya dapat diam terpaku saat melihat Arthur dengan santainya merangkul May melewati para awak media. Tidak ada sepatah-kata yang keluar dari Arthur maupun May, hanya kerubunan wartawan yang saling meminta kejelasan tentang hubungan mereka.

   “Tenang Malika tenang,” ujar Malika yang langsung menuutup kedua matanya untuk menenangkan perasaannya yang tidak karuan.

   “Nonton apa sih kok suara televisinya kenceng banget?” tanya Rere yang baru keluar dari kamarnya menghampiri Malika. Mata Rere memandang heran Malika yang hanya diam saja dan masih memejamkan kedua matanya. Rasa penasaran Rere pun menjadi, dia menatap ke arah layar televisi yang masih memberitakan tentang kedekatan Arthur dan May serta tayangan keduanya di depan restauran yang selalu diulang-ulang.

   “Loh itu kan Arthur ...” Rere langsung berhenti berbicara dan menutup mulutnya yang sempat keceplosan membahas tayangan televsi itu, dia yang paham bahwa Malika sedang cemburu langsung mengambil remote dan mematikan benda layar datar tersebut.

   Malika bangkit dari duduknya dan membereskan semua alat rajutnya, masih dengan bibir terkatup rapat. Rere sendiri bingung harus bertanya apa, dia merasa Malika mungkin butuh waktu untuk menenangkan pikirannya. Untuk itu Rere membiarkan saja Malika pergi masuk ke kamarnya dengan membawa semua alat rajutnya.

   Lima menit kemudian Malika keluar dengan membawa tas kecil dan dia juga terlihat sudah berganti pakaian. “Mau kemana?” tanya Rere yang sedikit cemas dengan Malika.

   “Aku mau pergi beli sesuatu sama Agung,” jawab Malika pelan.

“Mbak ikut ya?” pinta Rere yang sebenarnya khawatir dengan Malika.

   “Mbak di rumah saja, nanti capek lumayan jauh soalnya,” tolak Malika langsung. Rere pun mengantar Malika hingga ke pintu depan.

   “Agung jaga Malika ya,” pesan Rere saat Agung akan masuk ke dalam mobil.

   “Siap Non,” ucap Agung.

   Di dalam mobil Malika hanya duduk diam saja, dia sibuk memperhatikan jalanan Jakarta yang cukup padat saat itu. Mood Malika benar-benar sedang terjun payung saat itu, Malika bahkan membiarkan saja ponselnya yang terus berbunyi. Dia tahu bahwa yang menelponnya adalah Arthur dan sekarang Malika sedang tidak ingin berbicara dengan Arthur.

   “Agung kamu jangan laporan sama Arthur ya,” pesan Malika yang sebenarnya sulit untuk dituruti oleh Agung. “Aku tidak terima penolakkan Gung,” kata Malika lagi saat dia melihat Agung akan membantahnya.

   Mau tidak mau Agung hanya pasrah saja, untuk saat ini dia tidak akan laporan. Tetapi, untuk besok dia akan laporan kepada Arthur tentang kemana Malika pergi hari ini. agung sendiri bahkan tidak berani mengajak Malika mengobrol saat melihat raut wajah Malika yang masam.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang