Bab 51 - Paket Misterius Lagi

9K 845 1
                                    

Bagian Lima Puluh Satu

Malika mengerjapkan matanya menyesuaikan matanya untuk menatap ruangan dengan cahaya remang-remang. Keningnya mengernyit ketika mencium bau ruangan yang lembab bercampur harum bunga mawar. Terlalu aneh untuk tempat penyekapan penculikkan dengan aroma harum parfum ruangan seperti ini. Seolah-olah orangyang menculiknya adalah orang yang sangat memperhatikan kebersihan.

Ruangan itu luas dan kosong, hanya ada Malika yang duduk terikat pada sebuah kursi kayu. Kondisi Malika pun tidak begitu baik, mulutnya tertutup lakban hitam dan keringat mengucur deras dari pori-pori kulitnya. Ruangan itu memang terasa sangat panas, seperti sedang berada di dalam sauna. Berbanding terbalik dengan bau lembab yang tercium oleh Malika.

Tidak ada orang lain selain Malika di dalam ruangan itu, tidak terlihat Lukas yang menculiknya tadi. Suara-suara di luar sana juga tidak terdengar, seperti sunyi dan sangat menakutkan bagi Malika. Dia bahkan berusaha menggerakkan tangannya yang diikat di kedua tangan kursi menggunakan tali yang sangat kuat, menimbulkan rasa sakit pada tangannya.

Beberapa menit Malika berusaha bergerak-gerak tetapi sepertinya hanya sia-sia saja. Dan hanya menimbulkan luka gesekkan pada tangan dan kakinya yang terikat. Air mata Malika sudah menggenang di pelupuk matanya, hanya suara geraman yang dapat keluar dari mulutnya. Rambut Malika yang tergerai menutupi wajahnya sebagian, rambut itu bahkan lepek karena kringat yang didapat Malika.

Pintu ruangan itu berderit, seseorang muncul dari balik pintu itu. Malika tidak tahu berapa lama sudah dia berada di sana, matanya menyipit untuk dapat melihat dengan jelas sosok yang berjalan pelan dengan suara ketak-ketuk high heels perempuan terdengar sangat nyaring pada ruangan kosong itu. Mata malika melebar saat sosok itu berdiri tepat beberapa meter di depannya, sosok yang sangat belakangan ini memang selalu mengganggu hidupnya dan Arthur.

"Hallo Malika," sapa Lola santai, dia memberikan Malika senyum manis. Mata Malika semakin melebar karena kesal dengan Lola. "Cup cup cup jangan sedih begitu, aku pasti akan segera membantumu bertemu dengan malaikat kematian," ekspresi Lola seketika berubah datar, senyum manisnya lenyap entah kemana.

Bukannya takut, Malika justru memutar bola matanya seolah-olah menantang Lola. Sekarang ketakutan yang sebelumnya Malika rasakan berganti menjadi rasa muak dan marah atas kejahatan Lola. Melihat Malika yang tidak takut terhadapnya Lola menjadi marah, dengan kasar ditariknya rambut Malika hingga kepalanya mendongak. Geraman kecil kesakitan terdengar dari balik lakban hitam yang mengunci bibir Malika.

"Jangan sok kuat kamu Malika! Nyawamu sekarang berada di tanganku," ujar Lola penuh dengan penekanan. Disentakkannya kepala Malika hingga menimbulkan geraman sekali lagi dari bibir Malika yang terlakban. "Kita akan tahu di sini siapa yang sangat mencintai Arthur dan rela melakukan apa pun untuk mendapatan cintanya," senyum sinis Lola terbit dan semakin membuat Malika muak dengan kalimat Lola tersebut.

Sementara itu, Arthur dan Bima sedang mengintai rumah Lola. Mereka juga sudah meminta bantuan pihak berwajib dan beberapa orang yang sangat ahli dalam bidang seperti ini. "Lola tidak pulang ke sini, mobilnya tidak ada. Itu artinya dia menyembunyikan Malika di tempat lain," Arthur berkata dengan menampilkan ekspresi wajahnya yang tegang dan geram.

"Kita memang harus menunggu orang suruhanku untuk melacak keberadaan Lola sekarang, kamu tahu sendiri Lola itu bukan orang bodoh," balas Bima yang sama kesal dan geramnya dengan kejahatan yang dilakukan Lola.

"Mungkin dulu aku gelap mata karena dapat menjalin hubungan dengannya," rutuk Arthur yang sangat gelisah.

Hari sudah semakin malam tetapi mereka belum juga menemukan keberadaan Lola, rasa frustasi terus menggerogoti Arthur hingga dia ingin menghubungi Lola dan menyerang perempuan ular itu dengan tangannya sendiri. "Aku harus menelpon Lola sekarang," ujar Arthur yang sudah berada ditingkat kekhawatiran yang maksimal.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang