Bab 19 - Ponsel Sarah

20.2K 1.9K 39
                                    

   Matahari sudah kembali keperadabannya tetapi Arthur sudah kedatangan tamu yang tidak diundang, tamu itu adalah Jeremy. “Jadi Bapak Inspektur berubah pikiran?” tanya Arthur kepada Jeremy yang duduk di hadapannya.

   “Jadi bisa kita mulai untuk kesepakatan ini?” Jeremy tidak menjawab pertanyaan Arthur, dia justru mengajukan pertanyaan mengani penawaran yang diajukan Arthur kemarin.

   Arthur sedikit tertawa kecil sebelum menjawab, “Tetapi sepertinya kami tidak membutuhkan informasi dari Anda,” Arthur meletakkan sebuah foto di atas meja. Foto Malika berdua dengan Sarah, pada bagian ponsel yang di genggam tangan Malika dilingkari berwarna. “Saya bahkan tahu di mana ponsel ini berada,” kata Arthur sambil tersenyum miring kepada Jeremy.

   “Jangan main-main kalian,” geram Jeremy karena merasa dipermainkan oleh Arthur.

   “Penawaran itu tetap berlaku jika saya tidak menemukan foto ini kemarin malam,” Arthur mengetuk jari telunjuknya di atas foto yang masih tergeletak di atas meja. “Keberuntungan memang berpihak kepada kami,” ujarnya lagi dengan santai menatap mata Jeremy seolah menantangnya.

   “Kalian baru menemukan foto ini, jadi jangan berbangga hati dulu mengatakan bahwa kalian mengetahui keberadaan ponsel itu,” kata Jeremy sinis.

   “Sejujurnya aku sudah menemukan ponsel ini sebelum aku melihatnya di foto ini,” ucap Arthur.

   “Tidak heran jika nanti Anda didakwa atas tuduhan kaki tangan pelaku pembunuhan, besar kemungkinan Anda yang menyimpan ponsel ini,” Jeremy tersenyum sinis dan begitu yakin dengan perkataannya.

   “Aku tidak menyimpan benda ini, tetapi ada orang lain yang menyimpannya dan Anda sudah bertemu dengan orang itu,” Arthur memberikan sedikit pencerahan kepada Jeremy. “Silahkan Anda pergi dari sini dan minta surat perintah untuk pengecekan CCTV di gedung manajemen Ivan, tepatnya di ruang manajemen artis. Terakhir aku datang beberapa hari yang lalu, ruangan itu terpasang CCTV dan Anda bisa membuktikan perkataan seorang Arthur Sujatmiko,” terang Arthur langsung.

   “Jangan coba-coba mempermainkan pihak berwajib!” sergah Jeremy langsung, dia masih tidak ingin percaya atas perkataan Arthur tersebut.

   “Ah ya! Sebenarnya kami sudah memiliki rekaman CCTV tersebut, tetapi akan lebih baik jika pihak berwajib memeriksanya sendiri dan jangan lepaskan orang itu terlalu cepat sebelum Anda membuktikannya sendiri,” Arthur merubah wajahnya menjadi sedatar mungkin, “dan silahkan Anda keluar,” usir Arthur langsung tanpa basa-basi.

   “Baik! Kita lihat siapa yang benar dan siapa yang salah di sini,” ujar Jeremy yang berdiri dari duduknya, dia melangkahkan kakinya menuju pintu.

   “Ini bukan tentang siapa yang benar dan siapa yang salah, tetapi ini tentang keadilan,” kata Arthur kepada Jeremy yang telah sampai di depan pintu. Jeremy pun sempat berhenti sesaat ketika mendengar perkataan Arthur tersebut, tetapi dia tidak berkomentar apa-apa, hanya melanjutkan langkah kakinya.

   Sepeninggal Jeremy, Arthur duduk termenung. Membayangkan apa yang teradi pada kemarin malam hingga dapat membuatnya mendapatkan CCTV tersebut dalam waktu singkat. Rasa lelah jelas mendera Arthur, dia ingin Malika cepat bebas dan kembali hidup normal.

Flashback On

   Arthur langsung menyimpan foto tersebut ke dalam galeri tabnya. Lagi-lagi Arthur memperhatikan ponsel yang penuh dengan tempelan kartun tersebut, dia merasa familiar dengan ponsel tersebut tetapi bingung pernah melihatnya dimana.

   Seperti mendapat perintah, otak Arthur memutar memori tentang Arthur datang menmui Ivan. Saat itu assiten Ivan menjatuhkan te,pat make up milik Ivan, dari sana meluncur dua buah ponsel dan salah satu ponsel itu sama sepersis dengan ponsel yang ada di foto. Untuk memastikan dugaannya, Arthur langsung men-dial nomor ponsel Bima.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang