Bab 35 - Apa Lagi Ini?

Start from the beginning
                                    

   “Karena foto-foto ini kepercayaan masyarakat terhadap Arthur Sujatmiko mulai pudar, kasus lain yang sedang ditangani oleh Firma Hukum milik Arthur sampai sekarang belum berhasil membela para korban pembunuhan anak di bawah umur,” lalu layar televisi berganti menjadi tayangan wawancara dengan salah satu istri konglomerat yang anaknya menjadi korban pembunuhan.

   “Awalnya yang menangani kasus ini Bapak Arthur, tetapi tiba-tiba saya dapat informasi perubahan pengacara. Pas lihat di televisi ternyata dia memilih membela artis ternama itu,” ujar si ibu-ibu dengan berapi-api.

   Begitu melihat Arthur dan Malika keluar dari kamar, Bima langsung buru-buru mematikan televisi dan pura-pura sedang membaca majalah yang berada di dekatnya. Menurut Bima sekarang bukan saat yang tepat memberi tahu Arthur bahwa keadaan sedang genting. Karier Arthur teracam runtuh jika para konglomerat yang menjadi klien Firma Hukum milik Arthur memboikot Arthur.

   “Bim makan dulu yuk,” ajak Arthur kepada Bima yang masih berpikir jauh dengan tameng majalah di tangannya.

   “Kayaknya Mbok Salmi belum kelar deh masaknya,” ucap Bima sambil melihat ke arah meja makan yang masih kosong.

   “Oh iya, kalau gitu aku bantuin Mbok Salmi dehbiar cepet kelar masaknya,” Malika akan melangkah ke dapur, akan tetapi Bima menghentika langkah Malika.

   “Tadi Mbok Salmi bilang kamu ketakutan sekali karena kejadian tadi malam, memangnya tadi malam ada apa?” tanya Bima dengan raut penasaran. Mau tidak mau Malika pun duduk di sofa yang bersebrangan dengan Bima. Arthur pun juga ikut duduk di sebelah Bima.

   Malika mulai menceritakan semua apa yang dialaminya, tentang awa mula dia sendirian di rumah dan suara saklar lampu yang seolah-olah mempermainkannya dan bayangan orang yang berada di dalam rumah. Dia juga menceritakn tentang pintu rumah yang tiba-tiba tidak terkunci, padahal Malika ingat sekali dia mengunci pintu rumah saat sendirian di rumah.

   “Sepertinya di sini sudah tidak aman lagi,” Arthur jelas menatap Malika dengan khawatir. “Lalu dimana Agung sekarang?” tanya Arthur yang sejak tadi sudah heran melihat pos yang kosong.

   “Agung sedang istirahat, aku minta dia begadang tadi malam karena parno banget,” jawab Malika.

   “Ya sudah untuk sekarang Malika sebaiknya kita pindahkan ke villa yang di Bogor saja,” usul Bima yang juga sama khawatirnya.

   “Tapi aku gak mau tinggal sendirian,” kata Malika dengan mukanya yang memelas.

   “Untuk sementara waktu Mbok Salmi dan Agung yang akan menemani, sesekali aku akan mampir ke villa. Bagaimana?” ujar Arthur memberikan opsi kepada Malika.

   “Tapi gimana kalau orang itu tetap ngikutin sampai ke Bogor?” tanya Malika dengan raut wajah yang jelas ketakutan.

   “Tenang Malika kamu jangan panik, kamu percaya sama Arthur. Dia pasti bakal menjaga dan melindungi kamu,” kata Bima menenangkan Malika yang mulai parno lagi.

   “Aku selalu percaya bahwa Arthur pasti akan melindungiku, hanya saja aku penasaran kenapa ada orang yang ingin berniat jahat seperti ini? Lagi pula ini pertama kalinya, apa tidak sebaiknya jangan terburu-buru pindah,” ujar Malika yang mulai mempertimbangkan bahwa kejadian semalam mungkin saja memang halusinasinya saja seperti kata Agung.

   “Ini bukan yang pertama kalinya,” kata Arthur dengan ekspresi wajahnya yang sudah terlihat geram. “Tunggu sebentar, aku akan tunjukkan sesuatu,” Arthurbangkit dari duduknya dan berjalan menuju mobil untuk mengambil sesuatu di dalam tas yang tadi dibawanya.

   Malika menatap Bima bingung dengan maksud pembicaraan Arthur tadi, sedangkan Bima yang ditatap seperti itu oleh Malika hanya bisa bilang, “biar Arthur yang menjelaskan semuanya.”

   Tidak berapa lama kemudian Arthur kembali dengan amplop cokelat ditangannya. Dia menyerahkan amplop cokelat itu kepada Malika, meminta Malika untuk membukanya. Lalu Arthur kembali duduk di tempatnya semula dan menunggu reaksi Malika.

   Malika membuka amplop yang berisi banyak foto-foto dirinya, di balik foto-foto itu juga tedapat kata-kata ancaman yang semakin membuat Malika bingung dan juga takut, “apa maksudnya ini?” tanya Malika kepada Arthur meminta penjelasan.

   “Iya selama ini ada orang yang selalu mengintimu, makanya aku pekerjakan Agung di rumah ini. Aku juga yang minta Agung untuk tidak memberitahu kamu soal ini dan mungkin itu alasannya dia mengatakan bahwa kamu hanya berhalusinasi saja tadi malam,” jelas Arthur.

   “Lalu bagaimana soal ancaman ini? Kenapa orang ini tidak ingin kita menikah? Sebenarnya siapa dia?” tanya Malika beruntun penuh dengan tuntutan. Malika merasa kepalanya pusing menerima begitu banyak informasi baru.

   “Hal ini pasti berkaitan dengan harta warisan itu dan hanya ada satu orang yang pasti menginginkan harta warisan Kakek,” Arthur sengaja berhenti bicara untuk membuarkan Malika menyerap informasi tersebut.

   ”Siapa?” suara Malika terdengar tercekat saat bertanya.

   “Josh Sujatmiko,” ucap Arthur dan Bima bersamaan.

   Malika terdiam, dia tidak tahu harus berkata apa saking bingungnya dengan kondisi saat ini. “Sujatmiko,” gumam Malika pelan.

   “Iya, dia Paman aku. Dia anak angkat Kakek Rafael dan dia orang yang gila harta, itu sudah cukup menjadi alasan untuk Kakek tidak mempercayai hartanya pada Paman Josh,” jelas Arthur lebih rinci lagi.

   “Jadi itu alasan kamu ingin menikahiku? Karena kamu tidak ingin harta itu jatuh ke tangan Paman kamu itu?” Malika bertanya dengan perasaannya yang terasa gamang.

   “Itu salah satu alasan dari beberapa alasan,” ungkap Arthur sambil menatap mata Malika dalam, mencoba menyelami perasaan Malika saat itu.

   “Tolong katakan apa yang kamu sembunyikan dari aku Arthur,” pinta Malika kepada Arthur.

   Arthur telihat diam dan memperyimbangkan permintaan tersebut, sedangkan Bima membiarkan keduanya terlibat obrolan serius dan beresiko untuk hubungan keduanya. Bima sendiri sudah tahu apa inti permasalahan antara Arthur dan Malika.

   “Sebenarnya ini bukan saat yang tepat untuk aku mengatakan semuanya,” Arthur kembali memandang Malika tepat di bola matanya dan mencari jawaban atas apa yang kemungkinan terjadi jika Malika mengetahui semuanya.

   “Baik sekarang atau pun nanti tidak akan ada waktu yang tepat Arthur,” ujar Malika terlihat sangat tidak sabaran dan emosinya mulai terpancing dengan sikap keras kepala Arthur.

   “Malika apa yang dikatakan Arthur benar, ini bukan saat yang tepat,” Bima mencoba membantu Arthur untuk memberikan Malika pengertian.

   “Harus berapa kali aku katakan bahwa aku benar-benar ingin mengetahui semuanya sekarang juga!” seru Malika yang mulai kehilngan kesabarannya, “baik jika kalian tidak mau mengatakannya aku tidak akan pergi dari sini. Aku akan membiarkan orang itu membunuhku kapan pun dia datang lagi!” lanjut Malika lagi dengan suaranya yang mengeras.

   “Malika tenang lah, aku aka enceritakan dan menjelaskan semuanya. Tapi aku mohon tenangkan dulu dirimu,” ujar Arthur yang terlihat tidak dapat membantah Malika lagi, “kamu benar, kamu memang harus tahu kebenaran surat wasiat itu karena kamu terlibat di dalamnya,” kata Arthur sambil menghela apasnya dalam dan menghembuskannya pelan.

Bersambung

Jangan lupa vote dan komentarnya

Stay With MeWhere stories live. Discover now