BAB 06 - About Steven

16.9K 693 9
                                    

Sandra merutuk pada dirinya sendiri karena ia sudah kalah lagi oleh lelaki itu.

Kenapa bisa-bisanya ia membiarkan lelaki itu datang kembali padanya? Kenapa ia membiarkan lelaki itu berbicara padanya? Kenapa ia membiarkan lelaki itu masuk ke dalam apartementnya?

Padahal ia sudah menguatkan hatinya untuk tidak jatuh kembali dalam pesonanya. Ia juga yakin hatinya sudah kuat, tapi tidak ketika ia kembali melihat senyum dari bibir lelaki itu.

Astaga, ia harus apa sekarang? Apakah ia harus mengusirnya? Atau mendiamkannya? Atau berbicara dengan jarak 5 meter atau melarangnya untuk tersenyum?

Oh my god, ini membuat kepalaku pusing saja.

"Bisakah kita duduk? Apa kau ingin kita berbicara dengan keadaan berdiri?" pertanyaan itu membuat Sandra kembali ke dunia nyata.

Ia berdeham lalu mendudukan dirinya di sofa "Duduk saja."

Steven mengangguk lalu ia duduk disebelah Sandra seakan ia merasa tak memiliki kesalahan.

Sandra benar-benar merutuk dirinya ketika mencium aroma Steven yang ia rindukan. Oh tuhan, ku mohon jangan..

"Bisakah kau sedikit menjauh?"

"Kenapa? Apakah aku bau?" tanya Steven sambil mencium kaos yang dipakai.

"Tidak, hanya saja aku sedang tidak enak badan. Dan aku merasa mual ketika mencium parfum." elak Sandra.

Dengan pengertian Steven menjauhkan dirinya dari Sandra, hanya satu jengkal saja. Oh pengertian sekali...

"Kau sudah minum obat?"

"Hm, sudah."

Steven mengangguk lalu ia memiringkan tubuhnya menghadap ke Sandra "Ada suatu hal yang ingin ku jelaskan padamu",

"Jelaskan saja."

"Kau tahu jika aku sedang berbicara, aku tidak suka jika lawan bicaraku tidak menatapku," kalimat Steven dengan penuh penekanan.

Sandra meneguk ludahnya lalu dengan berani ia juga memutar tubuhnya hingga sekarang mereka berdua bertatapan.

"Good girl," ucap Steven sambil tersenyum. "Oke, seperti katamu aku hanya memiliki waktu 15 menit. Dan aku akan menjelaskan semuanya padamu, mulai dari sekarang."

"Aku akan mendengarkan."

Steven kembali tersenyum mendengar jawaban dari Sandra. Meskipun suara Sandra tidak bisa dibilang besar tapi ia mampu mendengar dengan baik.

"Kau ingin mengetahui tentangku yang mana?" tanya Steven sambil menatap bola mata biru milik Sandra

"Semuanya."

"Tidak semua tentangku kau boleh tau. Kecuali kau mau menjadi istriku."

Kening Sandra menyengrit "Tadi kau berkata jika kau ingin menjelaskan semuanya!? Lagipula aku tidak mau menjadi istri dari seorang pria yang selalu bermain dengan banyak wanita."

Gelak tawa dari Steven terdengar lalu ia menghela napasnya lelah "Baiklah, aku juga tidak berniat untuk menikah sekarang. Kita bisa bahas pernikahan ini nanti saja."

"Aku sudah bilang, aku tidak mau menikah dengan pria sepertimu!"

"Kau tidak akan bisa menolakku, sayang. Ah ya, kau pasti ingin bertanya kenapa aku bermain dengan wanita dibelakangmu kan?"

Sandra memutar bola matanya jengah, lalu ia kembali memutar tubuhnya enggan untuk menatap pria yang tingkat kepercayaan dirinya sangat tinggi.

Memangnya siapa yang ingin menikah dengan pria brengsek seperti dia huh?!

"Begini, kau tahu kan tingkat nafsu seorang pria dewasa?"

"Tidak."

"Kau tidak tahu? Baiklah, aku akan menjelaskan. Seks itu kebutuhan ya--"

"Kau salah! Seks itu nafsu bukan kebutuhan!" jelas Sandra dengan cara memotong pembicaraan Steven.

"Seks itu kebutuhan. Kebutuhan pria dewasa dan juga kebutuhan wanita dewasa. Hidupmu akan hampa jika kau tidak pernah melakukan seks,--"

"Teori gila macam apa itu? Siapa yang memberikanmu teori bodoh itu huh?!" potong Sandra lagi, tapi Steven tidak mempedulikan itu.

"Itu teoriku. Tapi memang benar adanya kan?"

"Tidak!" Jawab Sandra dengan penuh penekanan.

"Seks itu seperti nikotin, Sandra. Jika kau mencobanya sekali saja, kau akan merasa ketagihan. Tapi jika kau tidak mencobanya didalam hidupmu, aku yakin hidupmu akan berbeda dari yang lainnya," jedanya "Kau tahu tidak perbedaan seseorang sesudah melakukan seks?"

"Tidak."

"Perubahannya sangat mudah ditebak. Seperti misalkan kau habis melakukan seks dengan orang meskipun itu hanya sebatas one night stand saja tapi kau menikmatinya maka kau akan merasakan bahagia sesudah itu. Wajahmu terus berbinar dan kau bersemangat menjalani hidupmu."

Sandra menarik napasnya lalu membuangnya dengan pelan ketika sadar jika ucapan Steven semakin menjadi jika dibiarkan "Jadi, maksud dari teori bodohmu itu apa?!"

"Aku ini pria dewasa yang membutuhkan sebuah kenikmatan dari wanita. Aku akan merasa bosan dengan wanita jika wanita itu tidak memberiku sebuah kenikmatan. Kau mengerti maksudku?"

Sandra menggigit bibir bawahnya menahan rasa sesak yang terasa di hatinya "Ya, aku mengerti..." jawab Sandra setelah beberapa detik ia menenangkan hatinya.

"Maafkan aku, Sandra. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu" Steven menggenggam tangan Sandra lalu dibawanya ke bibirnya.

"Aku mencintaimu, tapi aku tidak bisa menahan gejolak nafsuku setiap aku bersamamu. Setiap aku ingin menyentuhmu kau selalu melarangku, dan kau selalu meminta aku untuk menikahimu. Tapi kau tahu kan jika saat ini aku juga sedang bekerja untuk hubungan kita. Aku bekerja agar aku dapat mengabulkan permintaanmu untuk menikahimu."

Air mata Sandra sudah terkumpul dikedua kelopak matanya, jika ia terkedip sekali maka air mata tersebut akan mengalir dipipi putihnya.

Astaga, apa yang dilakukan pria itu?

"Dan aku mengakhiri hubungan kita karena aku tidak mau jika suatu saat nanti aku akan lepas kendali dan menerkanmu."

Sandra mengangguk pelan lalu menarik tangannya dari bibir Steven "Kau sudah melewati batas waktumu."

Mata Steven melirik arloji hitam di lengan kirinya, ia menatap Sandra yang kini enggan untuk menatapnya "Terima kasih untuk waktu berharga yang kau berikan." setelah mengatakan itu Steven bangkit dan berjalan menuju pintu keluar.

Saat akan memutar kenop pintu, ia merasakan ada tangan mungil yang melingkar di perutnya.

"Maafkan aku, maafkan aku karena aku egois, aku hanya memikirkan diriku saja, aku tidak pernah memikirkan perasaanmu." racau Sandra dengan pipi kanannya yang menempel di pundak kokoh milik Steven.

Steven melepaskan kedua tangan Sandra yang melingkar diperutnya lalu ia membalikkan tubuhnya, dan menangkup kedua pipi Sandra dengan lembut.

"I want you to kiss me" ucap Sandra dengan pelan tapi Steven benar-benar dapat mendengar dengan baik.

"Kau serius?"

Kepala Sandra mengangguk cepat "Ya."

Tentu saja Steven tak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia tersenyum sebelum bibirnya bertemu dengan bibir Sandra.

Steven membalikan tubuh mereka hingga sekarang posisi Sandra yang kini bersender di pintu, Steven membimbing Sandra dalam ciuman mereka karena ia tahu jika wanitanya ini belum pandai berciuman dan ini pertama kali untuknya.

Mereka terus memagut dalam posisi berdiri apalagi ketika bibir Steven menekan bibir miliknya hingga Sandra merasa jika tubuhnya melayang begitu saja tapi ia tidak peduli karena sekarang otaknya sudah tidak bisa berpikir jernih lagi karena ciuman Steven yang bisa dibilang sangat liar.

---

Me and Mr. Billionaire✓ (Open PO)Where stories live. Discover now