Bab 20 - Berpacu Dengan Waktu

Start from the beginning
                                    

   “Pak! Rekaman CCTV telah didapat,” informasi anggota polisi yang lainnya.

   “Bagus! Bereskan segera dan kembali ke kantor!” perintah Jeremy kepada anggotanya.

   Hari sudah sore ketika Jeremy sampai ke kantornya, dia langsung bergegas menuju ruang rapat, di dalam beberapa anggota yang ditugaskan untuk menyelidiki CCTV sudah menunggu Jeremy. Rasa gelisah sudah pasti mendominasi Jeremy, dia harus bergerak cepat, karena kuran dari dua belas jam lagi dia harus menangkap pelaku sebenarnya.

   “Bagaimana hasilnya?” tanya Jeremy langsung kepada para anggotanya.

   Dengan sigap salah satu anggota polisi memutar rekaman CCTV di mana bagian Arthur datang menemui Ivan, semua orang di dalam ruangan itu dengan fokus menonton rekaman CCTV tersebut. Tiba pada bagian asisten Ivan menjatuhkan perlengkapan make up Ivan rekaman CCTV langsung dipasue dan diperbesar pada bagian ponsel yang tergeletak di lantai ubin tersebut.

   “Ponsel ini sama persis dengan milik korban,” jelas anggota polisi yang menyetel rekaman CCTV itu.

   “Dapatkan surat perintah penangkapan Ivan Handoko sekarang!” ujar Jeremy dengan nada suaranya yang meninggi.

   “Lalu bagaimana dengan Ibrahim Pak?” tanya salah seorang anggota kepada Jeremy.

   “Tetapkan dia sebagai saksi, ada kemungkinan bahwa dia merupakan kaki tangan Ivan Handoko,” jelas Jeremy final.

   Di dalam penjara Malika duduk termenung, dia bingung kenapa hari ini Arthur tidak mengunjunginya. Biasanya Arthur selalu mengunjunginya setiap hari, jika dia keluar kota pun Arthrur pasti akan meminta rekannya untuk mengunjunginya. Perasaan Malika jelas gelisah akan hal itu, pikiran buruk tentang Arthur yang menyerah menyeruak begitu saja di pikirannya.

   “Malika kamu kenapa?” tanya Rere yang bingung melihat Malika seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat, dia belum pernah melihat Malika seperti ini. “Malika tenaglah, kamu pasti akan segera keluar dari sini,” hibur Rere kepada Malika.

   “Aku tidak takut jika aku memang harus mendekam di sini Mbak, tetapi aku takut kehilangan seseorang,” ujar Malika lirih.

   “Yakinlah bahwa semuanya akan baik-baik saja Malika,” Rere menenangkan Malika yang terlihat sangat sedih.

   Malika dengan sigap memeluk Rere dari samping, dia begitu menikmati kehangatan pelukan yang diberikan Rere. Sedangkan Rere dia berusaha membuat Malika lebih baik sambil menepuk-nepuk pundak Malika lembut.

   “Besok Mbak Rere resmi keluar ya?” tanya Malika dengan nada suara yang dibuat ceria.

   “Mbak pasti akan mengunjungimu Malika, kamu harus segera susul Mbak keluar dari sini,” kata Rere meyakinkan Malika.

   Matahari sudah mulai tenggelam, tetapi Jeremy juga belum berhasil mendapatkan surat penangkapan Ivan. Emosi Jeremy naik karena ada halangan yang menghadangnya untuk menjalankan tugasnya.

   “Maaf Pak! Proses sedikit lambat karena atasan masih memeriksa bukti-buktinya,” lapor salah satu anggota polisi.

   “Berapa lama kita harus menunggu!” teriak Jeremy kesal.

   BRAK!

   Jeremy menggebrak meja dan keluar dari ruangannya untuk mencari udara segar. Jeremy berjalan mundar-mandir di depan pintu masuk kantor polisi. Tidak ada yang dapat dilakukan Jeremy lagi selain menunggu, dia tidak punya kekuasaan untuk mendesak.

   “Lapor Pak! Ivan Handoko telah meninggalkan Indonesia beberapa waktu lalu!” tiba-tiba salah satu anggota polisi datang memberikan laporan yang membuat Jeremy ingin meledak saat itu juga.

   “Apa? Bagaimana bisa?!” teriak Jeremy kesal bukan main.

   Ternyata berita kaburnya Ivan sudah sampai ke telinga Arthur, Bima dengan cepat dapat mengetahui kaburnya Ivan melalui informannya. “Jadi apa aku harus bergerak?” tanya Bima meminta persetujuan pada Arthur.

   “Kita tunggu saja, jangan ikut campur masalah kaburnya Ivan,” jawab Arthur tenang, dia bahkan sudah mengontak para pencari berita untuk bersiap menerima berita besar darinya.

   “Sudah pasti akan susah untuk menangkap Ivan, tetapi kemungkinan besar Malika akan dibebaskan besok,” ujar Bima yang sibuk mengunyah buah yang terdapat di atas meja tamu.

   “Kita akan tetap menyebarkan bukti Malika tidak bersalah ke media, ini jalan satu-satunya untuk membersihkan nama Malika,” ucap Arthur dengan matanya yang menerawang ke depan.

   “Apa tidak meminta pendapat Malika dulu?” tanya Bima sedikit sanksi bahwa Malika akan menerima jalan Arthur tersebut.

   “Tidak perlu, Malika pasti setuju. Jika Malika tidak setuju aku yang akan meyakinkannya, dia perlu membersihkan nama baiknya,” beber Arthur dengan yakin.

   “Lalu langkah selanjutnya?” tanya Bima lagi.

   “Kamu dampingi Malika untuk tuntutan pencemaran nama baik,” tukas Arthur.

   “Kenapa bukan kamu yang menangani kasus ini?” Bima benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Arthur.

   “Aku akan menangani kasus pembunuhan anak-anak dibawah umur yang masuk dalam kasus pembunuhan berantai, kamu bisa bergabung setelah selesai mendampingi Malika,” kata Arthur sambil menyerahkan berkas kasus yang dimaksud Arthur kepada Bima.

   “Jadi kita akan menjadi pengacara untuk para korban?” tanya Bima setelah membaca berkas yang diberikan Arthur.

   “Iya, ini putusan akhir keluarga korban dengan memberikan kepercayaan kepada team kita,” Arthur memberikan Bima sejumlah foto-foto mayat korban kepada Bima.

   “Jadi tolong dampingi Malika selagi aku menangani kasus itu,” pinta Arthur sekali lagi kepada Bima.

   “Baiklah, jangan khawatir aku pasti akan memastikan nama Malika benar-benar bersih,” Bima menyanggupi permintaan Arthur tersebut.

   Jam sepuuh malam dan Jeremy masih belum bisa menangkap Ivan Handoko, surat penangkapan masih dalam proses. Sekitar setengah jam lagi surat penangkapan akan segera keluar. Tetapi dia sadar tetap saja dia kalah dari Arthur, dia sudah tahu pasti Arthur akan menyebarkan bukti-bukti bahwa Malika tidak bersalah ke media.

   “Dia kabur ke Hongkong, sudah pasti saat surat penangkapan keluar tersangka sudah meninggalkan bandara,” kata Jeremy kepada anggotanya, dia sedang mencari cara untuk dengan segera menangkap Ivan.

   “Setelah surat penangkapan keluar kita akan segera menghubungi pihak KBRI Hongkong,” ucap salah satu anggota polisi.

   “Saya baru saja mendapat info bahwa surat penangkapan sudah keluar,” lapor anggota polisi lainnya.

   “Bagus! Sekarang cepat bergerak!” perintah Jeremy kepada anggotanya. “Urus juga pembebasan Nona Malika,” kata Jeremy sebelum benar-benar pergi.

   Sudah jam sebelas malam dan Arthur belum mendapat terbaru. Seharian ini Arthur berada di kantornya saja, dia memang sengaja hanya menyaksikan aksi para polisi yang dipimpin oleh Jeremy. “Satu jam lagi Indonesia akan heboh atas kasus pembunuhan Sarah,” ujar Bima begitu melihat jam di pergelangan tangannya.

   “Ini memang sesuai harapan,” komentar Arthur santai.

   “Kinerja polisi benar-benar akan menjadi sorotan masyarakat atas kasus ini, apa lagi kenyataan bahwa polisi kehilangan tersangka hingga sampai ke Hongkong,” Bima kembali berujar sambil tangannya bergerak lincah memainkan layar tablet miliknya.

   “Bukankah itu bagus? Polisi akan menjadi lebih bekerja keras dalam kasus lain,” Arthur menaikkan kedua bahunya santai.

   “Jika seperti ini, Arthur Sujatmiko lebih terlihat seperti mafia dari pada seorang pengacara,” sindir Bima terang-terangan.

   “Aku akan melakukan apapun untuk mengembalikan kehidupan Malika dan senyumnya, itu janjiku,” ucap Arthur pelan.

Bersambung

Stay With MeWhere stories live. Discover now