[57] : Kembali

2.4K 122 0
                                    

Tak, i am here... aku bawakan jus wortel kesukaan kamu juga bunga bakung. Kamu ingat, dulu setiap sore kamu selalu merengek minta antar ke taman kota, padahal kita baru satu minggu pacaran. Aku bilang, dia cewek gak tahu malu, kemarin aja sok-sok nolak aku!

Tapi, aku senang, karena kita tidak canggung lagi. Dan sambil lalu kamu bilang kalau kamu suka bunga bakung yang berderet sepanjang trotoar taman.

Kalimat itu selalu tersimpan sampai sekarang.

Tak, i miss you so... kamu tahu, betapa aku ingin katakan ini sejak pertama kali kita bertemu lagi. Ketika aku gendong kamu saat mabuk waktu itu.

Apa terlalu jahat bila aku meminta cinta kam lagi, Tak? Disaat aku penyebab semua ini. Karena keegoisan perasaanku. Bila sedikit saja aku bisa memalingkan diri pada Rinda. Kamu pasti akan baik-baik saja.

Jangan maafkan aku Tak! Asal kamu bangun, kamu boleh benci aku. Kamu boleh buang aku, seperti aku membuangmu.

Aku kembali merasakan nyeri. Bahkan aku ingin sekali berteriak. Barusaja aku mengulang kenangan sore hari kami di taman kota, tapi kemudian dia memintaku untuk membuangnya.

Bhe...

Seperti apa cerita kita sebenarnya. Siapa Rinda yang kamu sebut tadi. Aku seperti baru datang dari masa yang lain, dimana setiap kalimat terasa asing.

Hai, Ren... ini gue Lisa dan Claudy ada di luar. Dia gak berhenti menangis sejak kemarin. Ren, kami semua ingin loe bangun, kita kangen mabuk bareng loe lagi. Ini sudah hampir satu minggu... dan gue sangat takut hari semakin bertambah tanpa ada perubahan seperti ini.

Gue dan Claudy janji Ren,kita gak bakal bawelin loe lagi. Claudy bahkan janji bakal beliin loe handbag limited adition gucci kalo loe besok bangun. Jadi, please... loe masih sayangkan sama kita berdua.

Pada apapun yang sekarang ini terjadi, aku seperti singgah di tempat yang tak kuketahui. Isi kepalaku selalu berputar, tanpa cahaya dan aku hanya bisa membayangkannya.

Satu wajah yang kuingat adalah Bhe. Laki-laki ceking berseragam putih abu-abu, dengan mata yang sedikit sipit dan selalu hilang ketika tersenyum. Suaranya selalu membuatku hangat dan tenang. Seperti ayah ketika pulang ke rumah. Rasa aman karena keberadaan.

Selebihnya adalah wajah baru, wanita itu.

============

Sepanjang waktu aku mulai terbiasa dengan perhelatan drama di luar sana. Sedikit demi sedikit setiap orang yang datang mulai memiliki warna yang berbeda, terutama dari suara mereka.

Lisa, Claudy, Ryo, para dokter dan suster... orang-orang asing itu mulai menjadi biasa di telinga ku.

Di balik semua aktivitas mereka yang entah apa, aku masih dipengaruhi oleh petualangan yang tak kunjung usai. Mengintip begitu banyak memori,merasakan lagi pedih dan bahagianya.

Kadang sebuah genggaman yang melingkupi jemariku, selalu memberi rasa hangat. Walau aku tidak tahu siapa yang melakukannya.

Aku menduga-duga apa itu orang tuaku. Aku menunggu-nunggu suara mereka.

Tapi tak ada yang datang satu pun.

Hei, apa yang buat kamu sedih, Tak? Kenapa menangis? Disini ada aku, semua akan baik-baik aja.

Tiba-tiba saja hembusan napasku terasa lebih nyata. Bahkan silau cahaya bisa kurasakan ketika kelopak mata masih tertutup. Juga belaian tangan  yang mengusap pipiku.

Ada grasak-grusuk tidak jelas, lalu tubuh ini terasa diangkat, dan di turunkan kembali bersamaan dengan pelukan di pinggangku juga hembusan  teratur di atas kepala.

Semua baik-baik aja. Aku disini... jangan pikirkan apapun.

Secara spontan mataku terbuka sedikit demi sedikit, melawan pandangan kabur karena terlalu lama terpejam.

Meskipun tidak begitu jelas, aku menyadari bahwa sedang dalam dekapan seseorang. Dia menyandarkan dadanya di sisi kepalaku.


Last Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang