[35] : Anyer with friends 1

2.1K 142 1
                                    

Ada kalanya aku merasa jenuh dengan menjadi Auditor , apalagi bila sudah memasuki peak season seperti ini. Hidupku seperti bukan lagi milikku. Rawan-rawan pulang malam bahkan mungkin dini hari, terus pagi harus balik lagi ke kantor, atau ke tempat klien dan balik ke kantor lagi. Sebenarnya aku sudah hampir terbiasa dengan suasana begini, menyita sembilan puluh persen waktu pribadiku hanya untuk bolak balik kantor-lapangan.

Tiga minggu ini contohnya, aku merasa berat badan turun drastis dengan lingkaran hitam yang semakin menonjol saja. Pernah suatu hari Lulu memergokiku tanpa make up di restroom kantor pagi-pagi sekali, dia terkaget-kaget dan menyebutku zombie. Hari itu aku memang tidak pulang, ketiduran di meja kerjaku.

Meskipun begitu ada untungnya juga waktu sibuk ini, semua laporan audit menyita sebagian besar otakku. Selama tiga minggu terakhir adalah aku harus makan saat lapar dan sebagian pekerjaan harus segera selesai sebelum tanggal tiga puluh. Sebagian? Oh my God, mungkin lebih tepatnya seperempat. Karena tahun depan pasti masih sibuk.

Lisa : Ren, Sorry gak bisa nelpon disana pasti tengah malam.

Aku menutup kembali chat room setelah membaca pesan dari Lisa yang dikirim jam tiga pagi tadi, saat aku sudah ambruk setelah sampai di rumah pukul satu. Sebenarnya mataku sudah tak sanggup melek sejak di mobil Ryo, bahkan aku sempat tertidur dalam perjalanan pulang. Pria itu juga tak banyak bicara, meski aku cuek bebek turun dari mobilnya tanpa ucapan terima kasih.

Kembali aku menyimpan Iphone ke dalam tas, dan sebelumnya sedikit menambah volume musik yang sekarang mengalun melalu earphone yang menempel di kedua telingaku. Waktunya tidur sesi kedua.

"Ye, Ren kok tidur sih? Belum juga jalan."

Mataku lantas terbuka ketika merasa sebuah tepukan di bahu. Arga menyengir, dia masih di luar sambil menghisap rokok. Menunggu yang lain datang.

Aku memang sengaja membuka jendela VW combi agar udara segar masuk, karena mobil pria itu ternyata tanpa AC. "Gua ngantuk, kapan jalan nih mobil? Keburu sore, tambah macet entar!"

"Bentar lagi, kurang satu anak. Loe gak duduk depan aja nemenin gua nyetir?"

"Enggak, makasih!"

Aku memilih memejamkan mata lagi. Tak ada sahutan dari Arga, kuanggap dia meninggalkan aku sendiri.
Beberapa saat kemudian suara-suara ramai mulai berdatangan dan masuk ke mobil, salah satunya bahkan duduk di sebelahku. Ada suara Lulu, Risma, Niken, dan Cindy.

"Ih, sanan dikit dong!" dari nada suaranya, aku bisa membayangkan Cindy merengut. Orang di sebelahku segera bergeser hingga sangat mepet padaku.

"Heh Cin, loe bawel banget sih, duduk sana depan kalo mau luas!" suara Lulu terdengar mengelegar dan mengalahkan suara Adele yang mengisi telingaku.

"Diam kali, ada Ren tidur tuh!" sekarang giliran Risma yang berkomentar.

Lalu seseorang terdengar mendengus.

Aku harap perjalan tiga jam menuju anyer ini akan sunyi senyap tanpa ada paduan suara dari mereka, hingga aku bisa benar-benar terlelap. Tapi sepertinya ekspektasi-ku terlalu tinggi. Suara mereka naik turun bersahut-sahutan, bahkan pekikan riang terdengar saat mobil mulai berjalan. Terik panas tengah hari mulai menerpa pipiku yang berada di samping jendela terbuka. Aku berusaha tak menghiraukan dan lebih tertarik memejamkan mata.

Arga and the gank akhirnya on the way pantai Anyer, setelah rencana ke pulau bidadari gagal total. Karena memang waktu yang terbatas juga kebanyakan penginapan yang sold out, tujuan pindah ke pingiran Jakarta saja.

Aku terseret ikut liburan ini setelah mengetahui Lisa yang ternyata harus berangkat ke Belanda. Selain untuk pekerjaan, dia juga diminta mengunjungi oma-nya yang memang stay di negara Ratu Elisabeth itu. Tentu saja menyebalkan, siapa yang mau merayakan tahun baru sendirian? Dan tidak mungkin juga memenuhi permintaan Claudy yang ingin aku tahun baruan di rumahnya, a.k.a Aussy.

Last Love (END)Where stories live. Discover now