[56] : Arti seseorang

2.3K 129 0
                                    

Pertama-tama yang aku seperti merasakan adanya semilir dingin yang menyentuh lengan. Aku tak mengingat apapun kecuali mimpi yang baru saja hilang. Seperti mengulang klip yang terus menerus diputar, aku tidak terkejut bagaimana alurnya.

Tetap mimpi yang sama, saat satu orang mendorongku di tepi tebing, saat wajahku terlihat kotor dan ketakutan.

Sebenarnya aku tak mengingat wajahnya, namun secara perlahan rupa itu terbentuk dengan sendirinya.

Rasa takut menghinggapiku perlahan demi perlahan. Lebih lagi ketika wanita itu menyeringai, seakan dia menikmati bagaimana aku mati secara bertahap.

Buka mata, Tak!

Seseorang memerintahku.

Please, bangun!

Aku berusaha menuruti suara itu, hanya saja sekuat apapun aku memulai, kelopak mata ini tak bergeming. Yang ada kepalaku spontanitas menjadi berat.

Aku menyerah...

Kembali aku melihat di dalam pikiran ini, bagaimana wanita itu menatapku penuh kebencian.

Berhentilah, aku mohon! Bisikku dalan hati.

Kali ini dengan sangat bersungguh-sungguh aku mencoba mengendalikan arus pikiranku, mengenyahkan bayangan wanita itu.

Tapi suatu hal merusak konsentrasiku. Tanganku terasa berbeban karena sentuhan.

Tak, kamu tau? Selama ini hanya tiga kali aku benar-benar merasa sangat ketakutan. Pertama, setelah kamu kecelakaan sebelas tahun yang lalu. Saat kamu tidak bangun sampai aku pergi ke Jepang. Kedua, saat mama divonis tidak bisa bertahan lebih lama. Dan, sekarang kamu membuat ketakutan ini datang lagi. Aku bisa mengendalikan semuanya Tak, tapi tidak untuk kematian. Jadi, aku mohon... mohon kembali!

Suara yang sangat familiar itu seperti mengawang di langit malam yang gelap.

Bhe...

Dadaku seakan di tumpuki bebatuan. Menyesakkan.

Suster... suster... suster! Pasien memberi respon!

Aku mendengar teriakan dari kejauhan. Tidak lama kemudian beberapa derap langkah.

Dia menangis

Sejenak aku melihat cahaya yang menyilaukan sebelum kembali gelap.

Pasien mulai mengalami kemajuan, tapi dia masih waktu untuk sadar.

Lalu langkah-langkah terdengar lagi, namun menjauh.

Thanks god, Tak... please kamu harus kuat.

Brakkk

Masih berani ya loe kesini? Semua ini gara-gara loe. Renata gak bakal kayak gini kalo loe gak egois, Bar.

Tenang, Yo. Loe gak seharusnya datang marah-marah gini. Ini rumah sakit.

Tenang disaat tunangan gue hampir mati? Udah berapa kali loe bahayain nyawa Ren? Kalo loe beneran cinta seharusnya loe tinggalin dia.

Uh!Brengsek. Kita selesain di luar...

Loe yang keluar, karena gue gak biarin loe ada di sekitar cewek gue lagi.

Okey, gue akan keluar sekarang. Tapi bukan berarti gue gak datang lagi!! Dan... tinjuan barusan, loe tunggu balasannya.

Drama itu selesai dengan sendirinya. Entah apa yang terjadi. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan diluar. Bhe jarang menggunakan kepalan tangannya untuk menyalurkan emosi, dia selalu bisa mengontrol diri.

Dan,sekarang keadaan apa yang terjadi yang tidak aku ketahui. Siapa laki-laki yang memukul Bhe? Aku harap Bhe baik-baik saja.

.

Ren, maafin aku. Semua gara-gara aku. Seharusnya aku lebih bisa jaga kamu. Sebagai saudara Rinda, aku gak akan memaksa kamu untuk maafin dia. Karena aku dan dia sama, kami berusaha memperjuangkan orang yang kami cintai. Terlepas kamu mencintai aku atau nggak, i am fine... aku akan tetap memperjuangkan itu.

Mungkin Bara mempunyai arti yang lebih karena masa lalu kalian--jujur aku gak ingin kamu mengingat itu lagi. Tapi, aku juga udah sangat menyukai kamu lebih lama dari yang kamu tahu.

Aku salah karena aku tidak pernah jujur. Aku menakuti kamu di awal-awal pertemanan kita. Aku hanya mencoba jaga kamu dari jauh, karena Rinda yang tidak stabil bisa bertindak lebih nekat. Aku tidak ingin dia menemukan kamu lebih dulu.

Ren, aku mohon cepat bangun... dan bilang kalo tindakanku sudah benar untuk menjaga kamu. Karena aku gak bisa memaafkan diriku kalo kamu gak ingin bertahan.

Suara yang berbeda ini hadir setelah perkelahian barusan. I dont know who? Otakku terlalu buntu untuk mengira-kira.

Namun yang jelas sekali adalah, dia menyebutkan namaku dibalik helaian napasnya.

Dan aku ingin bangun

Last Love (END)Where stories live. Discover now