Part 42 : Let It Be

12.7K 1.1K 89
                                    

Setelah hampir seharian menghabiskan waktu bersama teman-temannya, tepat pukul 10 malam laki-laki itu baru tiba di rumahnya. Biasanya Naufal akan pulang lebih malam lagi, namun kali ini dirinya sedang malas mampir ke bar ataupun club. Naufal memang lebih suka berada di luar rumah, tak heran jika laki-laki itu pulang ke rumah sekedar untuk tidur saja. Bahkan, tak jarang juga dirinya lebih memilih untuk tidak pulang dan menginap di rumah temannya. Selain sudah menjadi kebiasan, pikirannya yang sedang tak karuan pun mempengaruhi Naufal untuk lebih menyibukkan diri dengan teman-temannya. Itu semua agar pikiran Naufal menjadi sedikit teralihkan untuk tidak memikirkan ataupun galau pada Adella.

Kini laki-laki itu sudah berada di atas tempat tidurnya, berniat untuk memejamkan matanya setelah seharian beraktifitas di luar rumah. Belum sempat Naufal merealisasikan niatnya, ponsel berwarna hitam itu tiba-tiba saja berdering.

"Siapa sih? Nelepon malam-malam gini, gak bisa besok lagi apa? Ganggu orang aja," gerutu Naufal pada seseorang yang telah menggagalkan niatnya untuk tidur.

Tangan Naufal bergerak mengambil ponselnya. Sebelum menggeser layar untuk menerima panggilan, ia sempat mengerutkan dahinya karena yang muncul pada layar hanya lah sederetan nomor yang tidak dikenal. Setelah menimbang-nimbang, dirinya memutuskan untuk menerima panggilan tersebut.

"Hallo?"

"Hallo? Ini bener sama Naufal Baskara kan?"

Lagi-lagi Naufal mengerutkan dahinya, bagaimana bisa sang penelepon mengetahui dirinya?

"Iya, bener. Lo siapa?" tanya Naufal to the point.

"Gue Leon," balas laki-laki dari seberang sana.

"Leon siapa? Gue gak punya tuh temen yang namanya Leon."

"Gue emang bukan temen lo, tapi gue sahabatnya Adel."

Ternyata seseorang yang telah menggagalkan niatnya untuk tidur itu merupakan sahabat dari Adella. Pantas saja saat laki-laki dari seberang sana menyebutkan namanya, Naufal seperti pernah mendengar dan sudah tidak asing dengan nama itu.

"Ada urusan apa lo nelepon gue?" Naufal bertanya to the point.

Leon berdeham sebelum mulai berbicara. "Gue cuma mau kasih tau aja kalo lo salah paham. Lo gak seharusnya marah yang berlebihan sama Adel."

"Lo gak berhak ngatur gue," tegas Naufal.

"Iya, gue tau. Gue emang cuma orang asing yang sama sekali gak ada hak buat atur-atur lo. Gue cuma gak tega aja liat Adel nangis gara-gara lo," jelas Leon. Lalu, ia kembali mengeluarkan suaranya. "Gue ngomong gini karena gue tau lo suka atau mungkin sayang sama Adel, jadi gue pikir gak seharusnya lo bikin dia sedih."

"Kalo dia sedih, apa kabar gue? Lo juga cowo, gue pikir lo tau gimana kecewanya gue sekarang." Naufal diam sesaat, mencari kata-kata yang pas untuk kalimat selanjutnya yang akan ia ucapkan. "Lo harus tau satu hal, sedih yang dia rasain sekarang gak ada apa-apanya sama rasa kecewa dan sakit hati gue."

"Iya, gue tau, gue juga paham banget sama perasaan lo. Tapi disini gue cuma mau ngasih tau sekalian ngingetin lo aja. Adel itu suka sama lo, pikirin baik-baik kalo mau ngambil keputusan sebelum lo nyesel dan kehilangan dia."

Belum sempat Naufal berbicara lebih banyak lagi, Leon sudah lebih dulu memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Hal itu cukup membuat Naufal kesal, namun ia berusaha untuk meredam amarahnya dan berencana untuk kembali merealisasikan niatnya yang sempat tertunda.

Best PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang