Part 37 : Somebody Else

25.8K 1.6K 50
                                    

Naufal telah pamit untuk pulang ke rumahnya dari setengah jam yang lalu. Suasana kamar yang didominasi oleh warna biru itu kembali sepi karena di dalamnya hanya dihuni oleh seorang gadis. Seorang gadis yang tidak lain merupakan sang pemilik kamar tersebut. Waktu telah menunjukkan pukul 9 malam, namun ia belum ada hasrat untuk memejamkan matanya. Maka ia memutuskan untuk menonton vlog; suatu bentuk kegiatan blogging dengan menggunakan medium video di atas penggunaan teks atau audio sebagai sumber media utama dari Macbook Pronya.

Di saat Adella tengah asyik menonton vlog milik salah satu vlogger terkenal di Indonesia, suara pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Hal itu membuat ia perlu menekan tanda pause untuk menghentikan vlog yang sedang ditonton olehnya dalam sementara waktu. Lalu, ia mengesampingkan Macbook Pro yang berada di hadapannya, memberi sedikit ruang bagi gadis itu untuk bisa turun dari atas tempat tidurnya.

Tangan kanannya bergerak untuk membuka pintu kamar. Pintu berbahan dasar kayu itu telah terbuka dengan lebar hingga dapat menunjukkan sesosok laki-laki yang sedang tersenyum manis ke arahnya. Tubuh Adella sedikit tersentak seakan tidak percaya dengan laki-laki yang berada di hadapannya saat ini. Pandangannya meneliti laki-laki itu mulai dari rambut hingga ujung kaki. Berusaha memastikan bahwa apa yang dilihatnya memang lah laki-laki yang kurang lebih sudah satu tahun tidak berjumpa secara langsung. Keduanya biasa berhubungan menggunakan media sosial semenjak laki-laki itu yang memutuskan untuk pindah ke Jakarta.

"Lo gak kangen gitu sama gue?" Suara berat milik Leon berusaha menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

"Kangen lah," jawab Adella. "Kangen banget malah," lanjutnya.

Leon maju beberapa langkah, lalu merengkuh tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. "Gue juga kangen banget sama lo."

Keduanya terhanyut ke dalam pelukan tersebut selama beberapa menit. Baik Adella maupun Leon sama-sama diam, tidak mengucapkan sepatah katapun seakan membiarkan keheningan menyelimuti rasa rindu yang sedang melanda dalam diri masing-masing. Ketika rasa rindu keduanya sudah terobati, gadis itu lah yang pertama melepaskan pelukan tersebut.

Adella mendongakkan sedikit kepalanya untuk bisa menatap laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya itu. "Lo sih sombong, padahal jarak jakarta-bandung itu kan deket."

"Kalo tau deket, kenapa gak lo aja yang main ke jakarta?"

"Lah kok jadi gue? Dulu siapa sih yang janji bakal sering-sering main ke bandung?" Adella menaikkan sebelah alisnya.

Leon menampilkan cengiran lebar di wajahnya. "Emang iya gue ngomong gitu? Perasaan nggak deh."

"Dih najis, pake gak ngaku segala lagi," ujar gadis itu sambil berdecak pelan. "Lo pasti terlalu sibuk sama cewe-cewe lo, jadinya lupa sama gue."

Leon menatap gadis itu lekat-lekat. "Mana mungkin gue lupa sama lo? Lo itu cewe yang paling penting di hidup gue setelah nyokap."

Adella memutar bola matanya setelah mendengar ucapan laki-laki itu. "Mana bisa gue pegang omongan lo? Cowo itu kan full of bullshit."

"Kecuali gue, ya kan?"

"Nggak lah, lo aja gak bisa pegang janji lo."

"Janji yang mana?"

"Yang lo janji pas sebelum pindah bakalan sering ke bandung, tapi kenyataannya kan nggak. Itu apa namanya kalo bukan bullshit?"

"Yah di bahas lagi, iya deh gue yang salah. Gue harus lakuin apa nih biar lo maafin gue?"

"Hm apa ya.." Adella terdiam sesaat, memberikan waktu bagi otaknya untuk berpikir. "Lo harus temenin gue movie marathon, gimana?"

"Ah, itu doang sih gampang. Yaudah ayo." Leon menarik lengan kecil milik Adella yang membawanya masuk ke dalam kamar bernuansa biru itu.

Best PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang