Part 25 : Fighting

24.3K 1.6K 43
                                    

Hari Senin adalah hari yang tidak disukai oleh beberapa siswa karena malas untuk mengawali berbagai rutinitas yang sama disetiap minggunya yaitu, sekolah. Terlebih lagi, upacara bendera yang selalu diselenggarakan pada hari Senin menjadi hal buruk lainnya karena harus berdiam diri selama kurang lebih dua jam di bawah teriknya sinar matahari. Begitupun dengan Adella, berat rasanya untuk beranjak dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi.

Berbeda dengan pagi ini, Adella justru sangat bersemangat dan tidak ada kata malas sama sekali di dalam otaknya. Mungkin karena semalam Vino mengajaknya untuk berangkat bersama ke sekolah. Dan itulah yang menjadi alasan mengapa gadis itu tidak seperti biasanya.

Begitu Adella telah menghabiskan sarapannya, ia mendengar suara bel rumah berbunyi. Hal itu membuatnya buru-buru berjalan ke arah pintu rumah. Berhubung kedua orang tuanya telah pergi keluar kota, ia pun hanya pamit kepada Bi Tini sebelum bergegas ke sekolah.

Saat Adella membukakan pintu rumahnya, sosok yang ia rindukan kini berada di hadapannya dengan mengenggam sebuket bunga. Hal itu lah yang membuat Adella merasa beruntung memiliki kekasih seperti Vino. Karena laki-laki itu tau cara memperlakukan perempuan dengan baik.

"Pagi, sayang," ucap Vino dengan senyum yang sudah menghiasi wajahnya.

Gadis itu tersenyum balik pada Vino. "Pagi juga, Kak."

Vino menyerahkan bunga yang dibawanya pada Adella. "Ini buat kamu."

"Makasih, Kak," sahutnya sembari mengambil bunga dari tangan Vino.

Vino mengangguk singkat. "Berangkat sekarang?"

"Bentar, aku simpen dulu bunganya ya, Kak."

"Okay."

Setelah gadis itu menyimpan bunga pemberian Vino di kamarnya, ia segera berlari ke arah pintu untuk menghampiri Vino yang sedang menunggunya di sana.

"Kak, ayo berangkat sekarang."

Vino hanya mengangguk sebagai jawaban. Lalu, ia mengenggam lengan kekasihnya dan menuntun hingga gadis itu telah memasuki mobil hitam miliknya. Setelah keduanya berada di dalam mobil, laki-laki itu langsung saja menancapkan gasnya karena ia tak mau membuat gadis itu terlambat hanya karena ulahnya.

"Hari ini kamu pulang jam berapa?" tanya Vino sekaligus membuka pembicaraan dengan pandangan yang tetap fokus pada jalan raya.

Merasa dirinya diajak berbicara, ia pun menoleh ke arah Vino. "Kalo gak salah sekitar jam 2an, kenapa emang Kak?"

"Pulangnya Vino anter, ya?"

"Gak usah, Kak. Aku bisa pulang sendiri kok," sahut gadis itu.

"Udah gak apa-apa, Vino anterin aja."

"Tapi, aku gak mau ngerepotin Kak Arvin."

Vino terkekeh, lalu membalas ucapan kekasihnya. "Nggak lah, kamu kan pacar Vino sayang, jadi gak apa-apa."

"Yaudah deh, gimana Kakak aja."

"Okay," kata Vino. "Gimana bunganya suka, gak?"

"Suka banget," jawab Adella dengan antusias. "Makasih ya, Kak. Kakak itu selalu bisa bikin aku seneng."

"Itu kan gunanya pacar." Vino mengalihkan pandangannya sesaat ke arah Adella sebelum kembali fokus pada jalan raya. Lalu, satu tangannya digunakan untuk mengusap puncak kepala gadis itu dengan lembut. Sementara, satu tangan yang lain memegang kendali pada stir mobil.

Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu macet, keduanya pun telah sampai di tempat parkir yang berada di luar sekolah. Vino memang menyimpan mobilnya di tempat yang sama dengan Naufal. Begitu mobil telah selesai diparkirkan, keduanya turun dan berjalan bersama untuk memasuki gedung sekolah.

Best PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang