Part 3 : Canteen

44.5K 2.7K 93
                                    

Saat ini, Naufal sedang berkumpul dengan anggota komunitasnya di tempat yang dibuat khusus untuk perkumpulan komunitas FNE. Sedari tadi Naufal memang sibuk sendiri lebih tepatnya sibuk dengan ponselnya. Itu semua karena Naufal sedang chat dengan Adella di Line. Padahal hanya sebuah balasan singkat dari Adella, tapi mampu membuat Naufal tersenyum layaknya seseorang yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta.

Teman-temannya menyadari bahwa ada yang aneh dengan Naufal. Maksudnya, saat sedang kumpul seperti ini, tak biasanya Naufal sibuk memainkan ponsel. Bahkan, sedari tadi Ryan dan yang lain telah memanggilnya, namun tak dihiraukan sama sekali. Karena Ryan mulai kesal dengan Naufal, maka kali ini Ryan akan memanggil Naufal dengan cara yang tidak wajar. Tak peduli jika nanti Naufal akan marah padanya.

"Naufal!" teriak Ryan tepat di telingan kanan laki-laki itu.

Teriakan Ryan memang berhasil membuat Naufal teralihkan dari ponselnya, tapi perubahan di raut wajahnya menandakan bahwa sekarang ia sedang marah, tak ada senyuman seperti tadi saat sedang memainkan ponselnya. "Heh anjing! Biasa aja dong gak usah teriak-teriak segala!"

"Abisnya lo sih ditanya malah diem aja, jangan main handphone terus dong, Fal. Kita kumpul kan buat ngobrol bukan buat sibuk masing-masing gitu." Sejujurnya Ryan tak berani mengucapkan kata-kata itu pada Naufal, entah ada dorongan dari mana membuat Ryan berhasil mengatakan itu semua.

Sebelum menyulut vapenya, Naufal lebih dulu menjawab ucapan Ryan. "Sorry, gue gak maksud kaya gitu."

Jika tadi jantung Ryan berdetak tak karuan karena takut Naufal melayangkan sebuah pukulan secara tiba-tiba, berbeda dengan sekarang, Ryan justru bisa bernapas lega. "Gue pikir tadi lo mau nonjok gue, Fal. Sampe jantung gue aja gak karuan gini detaknya."

Ucapan Ryan berhasil membuat semuanya tertawa terbahak-bahak termasuk Naufal. Lalu, suara Dean menghentikan tawa mereka semua. "Kenapa gak tonjok dia sekarang aja, Fal? Kalau lo gak mau, biar sama gue aja."

Ryan langsung menoyor kepala Dean. "Gak usah diingetin juga goblok!"

"Siapa yang ngingetin? Perasaan lo yang ngomong duluan, gue hanya memperjelas," jawab Dean diikuti tawa dari yang lainnya.

Baru Ryan akan berbicara, Naufal sudah berjalan menghampirinya. "Fal, jangan tonjok gue dong, sayang ini muka lagi ganteng-gantengnya."

Bukannya melayangkan sebuah pukulan, Naufal justru merangkul temannya itu. "Yang mau nonjok lo tuh siapa?"

"Jadi, lo gak akan nonjok gue?" tanya Ryan dengan senyum lebar di wajahnya.

"Ngga, gue gak akan nonjok lo," jawab Naufal. "Gak tau kalau Dean," lanjutnya.

Buru-buru Ryan melepaskan lengan Naufal yang berada di pundaknya. "Gak usah ngerangkul deh, kalau ujung-ujungnya kaya gitu."

Naufal tertawa pelan. "Ngga kali, Yan, bercanda. Karena mood gue lagi bagus, jadi gue gak akan nonjok lo." Naufal mengeluarkan asap yang telah ia hisap dari vapenya. "Lo harus berterima kasih sama Callista," lanjutnya.

"Panggilnya Adel aja kenapa sih, Fal? Geli gue," celetuk Ryan.

"Wah, lo bener-bener pengen dapet tonjokan dari gue nih."

"Eh ngga kok, Fal, biasa bercanda doang. Beneran gak apa-apa kok, mau manggil Callista juga, terserah lo aja," sahut Ryan dengan cengiran lebar di wajahnya.

"Makanya gak usah macem-macem lo sama Naufal," timpal Aldo disertai tawanya.

"Berisik lo ah," balas Ryan.

**

Hari ini, Adella berangkat ke sekolah sedikit terlambat. Bayangkan saja, ia belum sampai di sekolah padahal waktu sudah menunjukkan pukul 7 kurang 15 menit. Tapi, kali ini keberuntungan seperti berpihak pada Adella karena gerbang belum ditutup saat dirinya sampai di sekolah.

Best PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang