Part 11 : Little Things

29.3K 2K 229
                                    

Berbeda dari biasanya, kali ini Naufal justru ingin menghabiskan hari minggunya dengan berdiam diri di rumah. Hal itu karena dirinya ingin memanfaatkan waktu luang bersama Nino dan Sarah sebelum keduanya pergi meninggalkan rumah lagi. Maka, ia memutuskan untuk ikut pulang ke rumah bersama Papanya setelah bermain golf di daerah Bandung Utara.

Sesampainya di kamar, pikiran laki-laki itu melayang pada kejadian tadi siang, di mana dirinya begitu dekat dengan Adella. Di saat semua orang hanya dapat memandang Naufal dari sisi negatifnya, gadis itu justru bisa memandang dari sisi yang berbeda. Dan hanya karena hal kecil seperti itu, namun mampu membuat Naufal semakin mengangumi sosok Adella.

Andai saja, Adella telah melupakan mantannya, mungkin Naufal akan memutuskan Viola sekarang juga dan menjadikan Adella sebagai kekasihnya. Untuk saat ini, laki-laki itu hanya bisa berandai-andai. Tapi, ia yakin suatu saat nanti Adella pasti bisa menjadi miliknya jika ia ada kemauan untuk terus berusaha.

Saat dirinya sedang asyik memikirkan Adella, ponsel hitam yang letaknya tak jauh dari laki-laki itu berdering menandakan adanya telepon masuk. Dengan sangat terpaksa, ia mengambil ponselnya untuk mengetahui siapa penelepon yang telah menyadarkan lamunannya.

"Ini cewe maunya apaan, sih? Kalau aja dia bukan cewe, gue tonjok juga nih orang," gumam Naufal setelah mengetahui siapa yang telah meneleponnya.

"Kenapa, sih?" tanya Naufal to the point.

"Kenapa? Kamu masih nanya kenapa? Where's your brain, Naufal Baskara? Kita baru jadian, kamu udah gak ngabarin aku seharian," gerutu Viola kesal dari seberang sana.

"Baru sehari jadian aja, lo udah marah-marah gak jelas gini. Gimana seminggu dari sekarang? Gue bukan cewe yang selalu pegang handphone, jadi gue gak bisa kabarin lo di setiap detiknya."

"Lo gak salah marah balik sama gue, seriously, Fal? Gue tau lo gak selalu pegang handphone, tapi status gue sekarang itu pacar lo. Tolong hargain kehadiran gue di sini, gue cuma minta lo kasih kabar supaya gue tau kalau lo baik-baik aja dan gak lagi sama cewe lain," balas Viola dengan suara yang mulai parau.

Menyadari suara gadis itu yang mulai parau dari seberang sana, Naufal langsung menghembuskan napasnya kasar. "Please, jangan nangis Vio. Aku usahain buat selalu kasih kabar ya, sayang. Maaf kalau tadi aku malah marah balik, sekarang kamu mau aku ngapain biar bisa bikin kamu seneng lagi?"

"Iya gak akan nangis lagi kok. Iya iya dimaafin, jadi makin sayang deh sama Naufal." Viola terdiam sesaat seakan dirinya sedang berpikir. Lalu, ia berbicara lagi. "Gimana kalau malem ini kita jalan?"

"Kalau besok sepulang sekolah, gimana sayang? Soalnya aku baru aja pulang, kan tadi abis nemenin Papa main golf."

"Aku maunya sekarang, sayang. Katanya mau bikin aku seneng, gimana sih?"

Sebelum membalas ucapan pacarnya itu, Naufal mendesah pelan. "Yaudah, iya sekarang. Aku mandi dulu, abis itu baru jemput kamu."

Viola tersenyum lebar dari seberang sana setelah mendengar laki-laki itu yang lebih memilih untuk mengalah dan mengikuti permintaannya. "Nah gitu dong, makasih sayang."

"Yaudah, aku mandi dulu."

Setelah Viola memutuskan sambungan teleponnya, Naufal segera bergegas untuk mandi. Mau tak mau, laki-laki itu harus menggagalkan niatnya yang ingin menghabiskan waktu bersama Nino dan Sarah hanya karena seorang kekasih.

Sebenarnya, ia bisa saja menolak ajakan gadis itu dan mengajaknya di hari esok. Namun, hal itu tak mungkin karena Naufal sudah janji akan menjemput Adella yang berarti ia juga harus mengantar pulang gadis itu.

Best PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang