Part 8 : Mood Booster

32.1K 2.1K 90
                                    

Setelah Naufal pergi dari hadapannya, Adella melangkah masuk ke dalam kelasnya. Baru saja gadis itu menyimpan tas di tempat duduknya, ketiga teman Adella langsung menanyakan apa yang terjadi di antara dirinya dan Naufal. Hingga laki-laki itu rela berdiam diri di depan kelas 11 IPA 2 hanya untuk menunggu Adella datang.

"Naufal mau ngapain, Del?" tanya Vira heboh yang dibalas dengan sebuah anggukan dari Luna dan Evita.

"Minta maaf," jawab Adella singkat.

Luna mengernyit heran. "Hah? Minta maaf buat apa? Gue gak ngerti."

Evita mengangguk seakan menyetujui ucapan Luna. "Iya, gue juga gak ngerti, Del."

Vira berdeham membuat ketiganya menoleh ke arah gadis itu. "Gini deh, biarin Adel cerita semuanya dulu sampe beres. Terus kalau Adel udah beres cerita, baru deh nanya-nanya. Gimana? Pinter kan, gue?"

"Nah, boleh juga ide lo, Vir."

"Tumben lo pinter, Vir," timpal Luna.

"Sialan lo! Dasar Luna Maya," cibir Vira.

Luna mengerucutkan bibirnya. Baru saja Luna akan membalas ucapan Vira, Adella sudah lebih dulu berbicara. "Kalian mau dengerin cerita gue atau nggak, sih?"

"Mau lah," jawab ketiganya kompak.

"Yaudah jangan berisik, biar gue aja yang ngomong."

Adella menghela napas dan mengeluarkannya secara perlahan dari mulut. Lalu, gadis itu menceritakan semua kejadiannya mulai dari Naufal yang mengajaknya ke acara Destroyer hingga Adella yang diantar pulang oleh kakak kelasnya. Selagi Adella sedang bercerita, ketiga temannya benar-benar fokus memperhatikan seakan tak ingin melewatkan satu katapun yang keluar dari mulut Adella.

Begitu ia selesai menceritakan semuanya, ketiga teman Adella langsung saja menyerbu gadis itu dengan berbagai pertanyaan yang sedari tadi telah muncul dibenak ketiganya.

"Jadi, kemarin Naufal ninggalin lo gara-gara lagi ngobrol sama cewe lain? What the hell, udah gue bilang kan, Naufal itu playboy," kata Vira dengan kedua tangannya yang dilipat di dada.

Luna mengangguk membenarkan. "Selain playboy, ternyata dia brengsek banget. Terus lo gak marah sama Naufal gara-gara dia udah ninggalin lo, Del?"

"Jangan lupain juga, kalau dia udah bohongin lo," timpal Evita.

"Buat apa gue marah? Gue bukan siapa-siapanya, jadi gue pikir gak ada gunanya juga marah," jawab Adella sambil memainkan bolpoin yang berada di tangannya.

Luna mengernyitkan dahinya setelah mendengar jawaban Adella yang terkesan santai itu. "Emang sih lo bukan siapa-siapanya Naufal, tapi kan dia yang ngajak lo ke sana, Del. Gue yakin perasaan kesel pasti ada, kan?"

Adella yang tadinya sedang memainkan bolpoin langsung menoleh ke arah Luna. "Iya, kesel karena gue ditinggal sendiri. Lo tau lah gue gak kenal sama siapa-siapa di sana dan kesannya jadi kaya orang bego yang kebelet pengen dateng ke acara komunitas, lebih parahnya pas gue liat Gio, dari situ gue bener-bener pengen pulang. Kalian harus tau kalau gue kesel bukan gara-gara dia deket sama cewe lain, you know I don't like him."

Vira menatap Adella, lalu manggut-manggut. "Gue juga pasti kesel, sih. Bedanya, kalau gue udah langsung marah-marah sama Naufal apalagi waktu dia ngasih alasan yang gak masuk akal."

Setelah mendengar ucapan Vira, Evita terkekeh pelan. "Dan gue yakin ekspresi Naufal pasti kaget banget karena Adel tau kalau dia bohong."

"Emang ekspresi dia ngakak banget sih," jawab Adella sambil tertawa pelan begitu pikirannya mengingat ekspresi Naufal tadi. "Tapi, Vir, kalau gue marah kesannya kaya cemburu."

Best PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang