Part 12 : Naufal's Girlfriend?

31.2K 1.9K 196
                                    

Naufal tak menyangka dengan kehadiran gadis yang berstatus sebagai kekasihnya itu di sini. Hal tersebut karena Viola tidak bersekolah di sini dan memang gadis itu berbeda sekolah dengan Naufal. Walaupun jarak di antara sekolah Viola dan Naufal tidak terlalu jauh, namun tetap saja itu  membuat Naufal sedikit heran dengan kehadiran Viola yang secara mendadak itu.

Naufal yang tadi berada di samping Adella, kini berjalan menghampiri Viola. "Vio ngapain ke sini?"

"Gak usah mengalihkan, Fal. Kenapa kamu bohong sama aku?"

Laki-laki itu memegang pundak Viola dengan kedua tangannya. "Aku gak maksud bohong, Vio. Nanti aku jelasin semuanya, ya?"

"Gak usah, aku juga udah tau semuanya kok." Buru-buru Viola melepaskan kedua tangan Naufal yang berada di pundaknya. Lalu, ia menoleh ke arah Adella. "Tuh, kamu urusin aja dia. Aku mau balik lagi ke sekolah."

Naufal menghela napasnya. "Pokoknya pulang sekolah aku jemput sekalian jelasin semuanya."

Alih-alih menjawab, Viola justru menghiraukan ucapan Naufal. Lalu, ia menghampiri gadis yang tadi berangkat ke sekolah bersama kekasihnya. "Jadi cewe gak usah kegatelan, bisa?"

Belum sempat Adella membalas perkataan gadis yang mungkin berstatus sebagai kekasih Naufal. Laki-laki itu sudah lebih dulu berbicara. "Jaga mulut lo, Vio! Lo gak bisa nyalahin Callista gitu aja karena lo gak tau apa-apa. Dan yang salah di sini itu gue, kenapa gak lo salahin gue aja?"

Viola tersenyum sinis. "Great! Bahkan, lo lebih belain dia daripada pacar lo sendiri."

"Terserah," jawab Naufal pada Viola. Lalu, ia menarik lengan Adella bermaksud untuk mengajak gadis itu menjauh dari Viola. "Cal, ayo, kita ke kelas. Gak usah dengerin omongan dia."

Belum sempat Adella menyetujui ataupun membalas ucapan Naufal, laki-laki itu sudah membawanya masuk ke dalam sekolah dan meninggalkan Viola yang masih terdiam di tempatnya. Ketika Naufal dan Adella sedang berjalan di koridor, keduanya seakan tenggelam dalam pikiran masing-masing karena satu sama lain tak ada yang berani untuk memulai pembicaraan.

Berhubung kelas Adella lebih dekat daripada kelas Naufal membuat gadis itu sampai lebih dulu. Sebelum Adella melangkahkan kakinya ke dalam kelas, Naufal sudah lebih dulu menahan lengan gadis itu bermaksud untuk membicarakan kejadian tadi.

Adella membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke arah laki-laki itu secara sempurna. "Kenapa, Fal?"

"Lo gak marah sama gue, Cal?

"Marah gara-gara lo bohong masalah Viola?" tanya Adella to the point.

Mendengar pertanyaan Adella yang sangat to the point membuat laki-laki itu salah tingkah dan menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. "Lo nanya gitu kesannya gue kaya tukang bohong."

Sebelum membalas ucapan Naufal, gadis itu tertawa pelan. "Loh? Bukannya iya, kan?"

"Ya..iya sih," jawab Naufal disertai cengiran lebarnya.

Adella berdeham sebelum memulai bicara. "Gue gak akan marah sama lo karena gue gak ada hak buat marah. Mau lo bohong atau nggak pun itu sama sekali bukan urusan gue, ya kan? Cuma gue jadi tau aja kalau lo pinter bohong."

Naufal mengernyit dahinya. "Kenapa sih lo selalu punya jawaban yang gak sesuai sama ekspektasi gue? Gue kira lo bakal marah abis-abisan sama gue."

Adella hanya mengedikkan bahunya seraya berkata, "Kalo gue sayang sama lo, mungkin gue bakal marah karena ngerasa dibohongin. Tapi kenyataannya kan gak gitu, that's why gue gak marah sama lo."

Ucapan yang baru saja diucapkan oleh Adella seakan menegaskan bahwa gadis itu tidak memiliki perasaan apapun pada Naufal. Saat itu juga, hatinya sedikit mencelos karena baru kali ini ada gadis yang tidak membalas perasaannya. Bahkan, gadis itu berani untuk mengutarakannya di hadapan Naufal walau secara tidak langsung. Namun, ia tak mau terlihat lemah di hadapan Adella terlebih hanya karena sebuah perasaan yang tak terbalas.

Best PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang