Part 28 : With You

25.5K 1.8K 113
                                    

Gadis itu keluar dari ruang UKS dengan rasa kesedihan yang begitu mendalam. Hanya sekitar lima menit berada di dalam ruangan itu, namun mampu merubah segalanya bagi Adella. Sebelumnya, ia tidak pernah merasakan sakit hati yang separah ini, termasuk dengan Gio sekali pun.

Mungkin karena dengan Vino, ia bagaikan gadis paling beruntung karena selalu diperlakukan dengan spesial. Mungkin juga karena dengan Vino, ia harus putus di saat keadaan hubungannya sedang tidak ada masalah apapun. Terlalu banyak berbagai kemungkinan yang muncul di benaknya saat ini.

Baru saja ia menutup pintu ruang UKS, seseorang menarik lengannya. Hal itu membuat tubuh Adella berputar ke belakang dan menghadap kepada seseorang yang tadi telah menarik lengannya. Dan orang itu adalah laki-laki yang tadi menghajar Vino hingga babak belur. Belum sempat Adella mengeluarkan sepatah kata pun, tiba-tiba Naufal merengkuh tubuh gadis itu ke dalam dekapannya.

"Kalo lo emang pengen nangis, nangis aja gak usah di tahan-tahan," ucap Naufal karena sadar gadis itu belum meneteskan air matanya sedikitpun sejak ia memeluknya.

Tak lama dari ucapan Naufal itu, Adella mulai menangis dan sedikit demi sedikit membasahi seragam yang dikenakan oleh Naufal. Lalu, laki-laki itu mengelus-elus rambut dan punggung Adella dengan lembut. Naufal membiarkan keheningan menyelimuti keduanya karena ia tahu yang gadis itu butuhkan hanya lah seseorang untuk bersandar bukan berbicara.

Setelah tangis Adella mulai reda, ia melepaskan pelukan yang berlangsung selama beberapa menit itu. Lalu, ia mendongakkan kepalanya agar bisa menatap mata Naufal mengingat laki-laki itu lebih tinggi.

Adella mengukir senyum manis di wajahnya. "Makasih, Fal."

"Kaya baru kenal kemarin aja pake bilang makasih segala." Naufal menghapus sisa air mata yang masih tertinggal di wajah Adella dengan menggunakan kedua tangannya. "Udah jangan nangis lagi, nanti cantiknya ilang."

Gadis itu memukul lengan Naufal pelan. "Apaan sih, Fal. Gue kan emang udah jelek."

"Kalo yang gini jelek, yang cantiknya kaya gimana coba? Udah diem pokoknya lo cantik," ujar Naufal. "Mau Naufal anterin ke kelas?"

Sebenarnya, Adella malas untuk kembali ke dalam kelas karena pikirannya sedang kacau. Ia sangat yakin otaknya tidak akan bisa mencerna materi apa pun karena terlalu malas bekerja akibat perasaannya yang sedang tidak baik. Yang dibutuhkannya saat ini adalah hiburan bukan pelajaran, tapi ia tak bisa berbuat banyak selain menerimanya. Karena tak ada hal lain yang bisa dilakukan, terlebih bel pulang baru akan berbunyi sekitar 3 jam lagi.

Melihat gadis itu yang tidak kunjung membalas ucapannya membuat Naufal sadar jika yang Adella inginkan bukan lah kembali ke dalam kelas. Kebetulan sebuah ide terlintas di otaknya.

"Kalo kita ke Lembang, mau?" tanya Naufal lagi.

"Hah? Kok jadi ke Lembang?"

"Gue tau lo gak mau balik ke kelas, jadi kalo ke Lembang aja gimana?"

"Maksud lo kita bolos gitu?" tanya Adella berusaha meyakinkan ucapan Naufal.

Naufal mengangguk semangat, lalu ia menoleh ke arah gadis yang kini telah berada di sampingnya itu. "Sekali-kali bolos gak apa-apa lah, gak akan bikin lo jadi bego juga," ujarnya. "Gimana mau, gak? Penawaran terakhir nih."

"Kalo ketauan guru gimana?"

"Masalah ginian, gue jagonya. Lo gak usah khawatir," ujar Naufal dengan bangga. Lalu, ia menarik lengan gadis itu dan membawanya menuju gerbang sekolah.

Begitu sampai di gerbang sekolah, di sana terdapat dua orang satpam yang sedang berjaga. Namun, dengan mudahnya Naufal memberikan beberapa lembar uang pada dua orang satpam itu untuk membukakan pintu gerbang agar mereka berdua bisa keluar dari sekolah.

Best PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang