Part 15 : Trying

25.5K 1.8K 58
                                    

Alih-alih menjawab ucapan Naufal, gadis itu justru bertanya balik. "Kenapa lo nanya gitu?"

"Karena gue butuh kepastian." Naufal menatap mata hitam gadis itu lekat-lekat. "Biar gue tau kalau gue harus stay atau pergi dari lo."

Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Gue pikir kita temen, Fal."

"Jadi, lo baik sama gue hanya karena temen? Bukan karena ada perasaan yang lebih gitu?"

Adella hanya bisa menggeleng pasrah sebagai jawaban karena memang dirinya tidak memiliki perasaan apapun pada Naufal.

Naufal mengusap wajah dengan tangannya secara kasar, lalu menghembuskan napasnya. "Lo tau yang gue pengen itu bukan cuma sekedar temen."

"Tapi, Fal," sergah Adella cepat.

"Gue cape perjuangin lo terus, Cal," ucap laki-laki itu.

Mendengar ucapan Naufal barusan, Adella langsung menoleh ke arahnya. "Gue gak pernah nyuruh lo berjuang buat gue."

"Ya, emang gue yang salah," balas Naufal. "Salah karena milih lo sebagai cewe yang harus gue perjuangin."

"Tapi, kita masih bisa deket, Fal."

"Kalau yang lo maksud deket itu sebagai temen, untuk sekarang, gue gak bisa." Naufal menghela napasnya sebelum melanjutkan ucapannya barusan. "Mungkin nanti bisa, kalau patah hati gue udah sembuh."

Adella terdiam seakan bungkam dan tak tahu harus menjawab apa. Tak lama, suara khas milik Naufal kembali mengeluarkan suaranya. "Gue pulang dulu, ya. Makasih udah temenin gue ngobrol malam ini."

Gadis itu menganggukkan kepalanya seraya berkata, "Ya, samasama."

Laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya begitupun dengan Adella. Lalu, Adella mengantarkan Naufal hingga ke depan pintu. Saat di depan pintu, tiba-tiba saja Naufal membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke arah gadis itu.

"Good night, Cal." Naufal mengusap puncak kepala Adella pelan. "Have a nice dream."

"Thanks, you too," balas Adella.

Setelah Adella membalas ucapannya, ia berjalan ke arah mobil miliknya yang terletak di pekarangan rumah gadis itu. Lalu, ia mulai melajukan mobilnya dengan perasaan kecewa yang sudah tak bisa ditahannya. Laki-laki itu terus saja memukul stir mobilnya jika mengingat ucapan Adella barusan yang hanya menggangapnya tak lebih dari teman.

**

Begitu Naufal terbangun dari tidurnya, ia bertekad pada dirinya sendiri untuk melupakan semua perasaan yang dimilikinya pada Adella dan mencoba untuk move on pada gadis lain. Ia tak mau dianggap seperti laki-laki yang lemah hanya karena seorang gadis. Lagipula, masih banyak gadis lain yang mau dengannya. Jadi, ia tak mau terlalu fokus untuk berjuang pada satu gadis, terlebih jika gadis yang diperjuangkan tak memiliki perasaan yang sama.

Setelah dirinya merasa telah siap untuk berangkat ke sekolah, langsung saja ia melajukan mobilnya menuju rumah seseorang. Tak membutuhkan waktu lama bagi dirinya untuk bisa sampai di rumah gadis itu mengingat jarak yang cukup dekat.

Baru saja Naufal akan menekan bel rumah, gadis itu telah lebih dulu keluar. Ia pun langsung saja menyapa gadis yang kini sudah berada di hadapannya. "Pagi, Ninda."

Bukannya menyapa balik, gadis itu justru mengerutkan dahinya pertanda ia sedang kebingungan. "Loh? Lo ngapain di sini?"

"Mau jemput lo lah," jawab Naufal. "Gue emang sengaja gak kasih tau lo dulu, biar kejutan aja gitu."

Best PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang