Bab 37

227 12 0
                                    

"Bolehkah aku berbohong padamu, kalau aku tidak pernah memikirkanmu. Agar kau juga tidak memikirkanku. Karena setiap kali kau memikirkanku; aku juga akan memikirkanmu."

*

Sekolah sudah berlangsung selama satu bulan lamanya. Minggu pertama adalah ketika Riska bertemu dengan Diki. Kedua, ketika dia berboncengan dengan Diki dan menghabiskan uang jajan laki-laki itu. Ketiga, saat Riska harus melihat dua laki-laki bernama Dwira dan Diki bertengkar yang baru Riska ketahui bersaudara, sama statusnya dengan Dwira dan Waldy. Minggu terakhir adalah waktunya Riska menjauhi Diki karena sebuah kenyataan. Saat-saat di mana Riska diam-diam memikirkan Diki. Saat-saat Riska merindukan Diki. Meskipun mereka tak sejauh yang orang pikirkan, namun berada di antara diam itu rasanya melebihi jarak antara kutub Utara dan Selatan yang tidak pernah mampu bertemu. Begitu dingin.

Mungkin Riska sudah berjanji untuk mengenyahkan perasaannya jauh-jauh dan tidak ingin bertemu dengan laki-laki itu. Namun jauh di dalam lubuk hatinya Diki terus bergentayangan di benaknya. Kadang-kadang Riska juga melupakan janjinya, dia menjadi lebih pendiam selama satu minggu yang lalu. Mengkait-kaitkan perubahannya dengan perasaannya yang merindukan Diki. Riska merindukan Diki.

Jika tidak bertemu Diki dia rindu, jika bertemu Diki hatinya sakit. Tak pernah sebelumnya dia merasakan hal seperti ini. Merindukan laki-laki itu terus menerus sepanjang waktu. Apa yang Riska lihat dari Diki? Tidak ada yang Riska harapkan, hanya saja rasa nyaman yang dihadirkan Diki selalu meniupkan aroma tubuh Diki di sekitarnya. Riska bisa mencium bau parfum Diki, seolah-olah laki-laki itu sedang mengendarai motor dan Riska bisa menikmati atomanya sepuas hati di belakang Diki.

Tapi belakangan ini Riska hanya mencium aroma bunga mawar setiap pagi. Setiap hari di mobil Rani. Lalu mengeluh dalam hati tentang bau parfum Rani yang menjadi tidak padu di dalam mobilnya. Atau Riska akan menyemprotkan parfumnya ke bantal dan menikmati wanginya terus menerus setiap malam. Ah, Riska tahu dia begitu bodoh melakukan hal seperti itu. Hanya dengan meninggalkan sepercik parfum di jacket Diki tidak mungkin bisa mengurangi rasa rindunya yang bergejolak lagi, dan lagi.

Riska memeluk selimutnya erat, lalu menenggelamkan wajahnya pada bantalnya. Tercium lagi aroma parfumnya. Tidak ada yang berubah, hanya hati yang terasa berat yang dia dapatkan.

Riska tahu dia begitu egois membiarkan laki-laki itu datang ke rumahnya setiap dua hari sekali tanpa hasil. Lalu Diki akan pulang dengan berat hati karena Riska tidak memberinya kesempatan untuk bertemu. Padahal tanpa sepengetahuan Mama dan Diki, Riska diam-diam juga menguping pembicaraan mereka. Desahan napas Diki seolah laki-laki itu berada di sampingnya dan Dia bisa merasakan hangat pada pipinya. Suara barinton Diki, ah, begitu Riska rindukan.

Tidak apa dengan cara begini. Mendengar Diki menyebut nama Riska saja sudah membuat hatinya melambung. Berjarak seperti ini lebih baik untuk mereka dari pada bertatap mata yang akan mampu merusak fungsi lidah dan menusuk hati dengan panah. Semua akan berjalan baik-baik saja ketika mereka saling melupakan satu sama lain. Toh, ini belum ada apa-apanya. Ini baru permulaan, tentu saja memori itu akan cepat dihapus oleh waktu.

Namun Riska salah. Dengan menjauhi Diki tidak membuatnya merasa baik-baik saja. Melakukan hal-hal kecil saja mengingatkannya pada Diki, seperti mendengar suara motor yang menepi selalu membuatnya menoleh ke belakang. Lalu dia akan berangan-angan kalau itu adalah Diki. Lalu Riska akan berangan-angan Diki mengajaknya menaiki motor laki-laki itu dan mengantar Riska ke sekolah. Lalu Riska akan berangan-angan dia sedang menikmati angin dan aroma tubuh Diki yang memabukkan.

Suara pintu dibuka membuat Riska tersentak dari lamunannya. Bunyi telapak kaki yang yang beradu dengan lantai semakin mendekat ke ranjang Riska. Lalu seseorang duduk di tepi ranjang dan Riska bisa merasakan usapan lembut dari tangan dingin Mama di kepalanya.

Pluviophile [Tersedia Di Fizzo]Where stories live. Discover now