Bab 8

541 57 11
                                    

Riska menelan ludah dengan susah payah. Dirapikannya duduknya sebentar tanpa menengok ke arah Dwira yang kini duduk di hadapannya.

"Aku dengar kamu dikasih hukuman bikin tugas karena terlambat ya," ujar Dwira memulai pembicaraan sambil menatap cewek di depannya. "Eh? Iya, nih." Ceringai Riska mengangkat kepalanya. "Sini aku bantuin biar cepat selesainya," tawar Dwira tulus. Cepat-cepat Riska menarik bukunya saat Dwira akan melihat-lihat soalnya. "E-enggak usah," tolak Riska cepat.

Dwira surut, dia kembali duduk dan tidak jadi duduk di samping karena cewek itu karena ia menahannya. "Oh, iya. Makan dulu ya, aku udah bawain kamu nasi goreng nih," kata Dwira kemudian membuka bungkus nasi goreng yang masih hangat isinya. Riska termangu, cowok ini begitu baik padanya hingga membuat Riska ingin pergi dan melarikan diri dari Dwira. Ditatapnya Dwira yang memasang senyum dibibirnya dan menggeser nasi goreng tersebut ke depan Riska. "Kamu makan, ya," katanya menatap Riska lembut.

Riska terlihat ragu. Dilihat Dwira yang masih setia menungguinya agar menyuap makanan tersebut dengan senyuman yang terhias di bibirnya. Cowok itu memiliki mata dan senyum yang memikat. Harusnya teman-temannya tidak pergi tadi, sekarang Riska malah kaku hanya berdua dengan Dwira saja. Diambilnya sendok tersebut ragu-ragu. "Kamu mau ikut makan ngga?" tawar Riska akhirnya.

Dwira langsung menggeleng. "Aku udah makan kok, kamu aja. Cepetan makannya, abis itu baru lanjut bikin tugasnya," ujar Dwira. Riska hanya mengangguk singkat. Tanpa banyak bicara, ia melahap nasi goreng yang dibeli Dwira tersebut sedikit demi sedikit sambil mengerjakan tugas. Dwira tak banyak bicara, ia hanya memperhatikan Riska menulis dan sesekali mengingatkan gadis itu jika angka dan jawaban yang dibuatnya keliru.

"Ntar pulang sekolah bareng aku, yuk. Kita jalan-jalan," ajak Dwira. Seketika Riska berhenti menulis, otaknya sedang mencerna kata-kata Dwira. Jalan-jalan? Berarti itu akan membuatnya memiliki kemungkinan bertemu Waldy di jam yang sama. Karena waktu pulang sekolah mereka hampir berbarengan. Riska menerka-nerka apa yang akan terjadi jika ia pergi, dan apa jawaban yang seharusnya ia berikan sebagai penolakan.

"Ka?" Dwira melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Riska, gadis itu melamun. "Eh, iya?" sahutnya reflek dan menatap Dwira yang melihatnya dengan kening berkerut. "Oh, itu. Bo-boleh, kok," jawab Riska sembarangan, dan sekarang ia menyesali kata-katanya.

Dwira tersenyum senang. "Ya udah, lanjutin gih, sedikit lagi." Ia menyemangati Riska agar menyelesaikan tugasnya yang tinggal beberapa nomor lagi. "Iya," jawab Riska ringkas kemudian kembali menunduk menatap bukunya dan melanjutkan menulis.

Duh, gue musti gimana, nih.

Riska mengutuki dirinya yang menerima ajakan dari Dwira barusan. Sekarang otaknya tidak dapat memberi ide cemerlang untuk menolak lagi. Ia menulis dengan fikiran bercabang sehingga tulisannya menjadi tak karuan, besar dan kecil bersamaan dalam satu baris.

Bel berdering nyaring di seantero sekolah. Para peserta dan penonton lomba sekolah sudah usai sejak 15 menit lalu. Jantung Riska berdetak lebih kencang saat mendengar bel begitu cepat menyuruhnya untuk pulang meski tugasnya sudah selesai. "Yuk, aku temenin ke ruang guru," ajak Dwira bangkit dan membantu membereskan buku-buku di meja Riska. "I-iya, makasih," sahut Riska dengan tangan gemetar mengambil tasnya dan menyampirkannya di bahu kananya.

Tiba-tiba Kya datang dengan napas tersengal di ujung pintu. Dwira dan Riska yang melihat itu menatap bingung dirinya.

"Ka cepetan beresin barang-barang lo. Nyokap lo bilang disuruh cepat pulang karna adik lo nangis terus," kata Kya mengambil bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. "Hp lo dipakai buat apa sih, ditelpon orang tua ngga bisa-bisa terus," lanjutnya galak yang membuat Riska semakin bingung.

"Dwira sorry ya, gue bawa Riska cabut dulu. Ini urusan mendadak," pamit Kya terburu-buru dan menyeret pergelengan tangan Riska untuk segera pergi. "Sorry, ya. Nanti gue telpon," seru Riska yang berlari mengikuti Kya.

Pluviophile [Tersedia Di Fizzo]Where stories live. Discover now