Bab 15

320 37 2
                                    

"Lo harus ikut karna lo bakalan rugi walau cuma buat cuci mata doang," tegas Tesa saat ia tiba di kamar Rani dan langsung menghampiri gadis itu dengan gosip seputar barang fashion terbaru di pajangan toko di Mall.

Rani berdecak malas. "Harus ada traktiran," tegas Rani kemudian berdiri dari ranjang dan berjalan menuju lemari untuk memilih-milih baju untuk dipakai. Mungkin dia harus pergi untuk menghilangkan bosan sendirian hari minggu ini di rumah.

"Kok gue ngerasa jadi Emak lo beliin makan terus kalau gue ajak keluar," kata Tesa pasrah. Dia memilih untuk melihat-lihat buku pelajaran Rani yang tergeletak di atas ranjangnya. "Apa enaknya jadi anak IPA?" tanyanya membolak-balik buku biologi Rani.

"IPA itu belajar tentang alam, dan kita menyatu dengan alam," sahut Rani sambil mencocokan beberapa baju di depan cermin.

"Dengan alam?"

"Kehidupan dapat dilihat dengan ilmu alam. Tentang peredaran matahari, pergantian malam, bagaimana waktu berjalan sesuai dengan perputaran bumi, sampai lo bisa kencan malam minggu," gurau Rani di akhir penjelasannya. Dia sudah di depan meja rias dan sedang menata rambutnya.

Tesa berdecak malas sambil memutar bola matanya. "Terus?"

"Gimana makanan yang lo masak bisa jadi enak karena ada tambahan bumbu-bumbu khusus yang sudah diracik sesuai dengan ilmu kimia. Terus lo makan nasi putih doang kenapa bisa jadi manis saat makan sama pacar. Karena IPA itu punya perasaan manis."

Tesa terbahak kemudian merapikan semua buku-buku Rani dan menaruhnya di rak buku. "Gue jadi makin tertarik belajar IPA," tebaknya asal. "Harusnya gue masuk SMA ya dari dulu," lanjutnya kemudian berjalan mendekati Rani yang sedang memasang lipbalmnya yang berwarna pink pudar.

"Ngapain juga ngukur-ngukur kasur dan bersihin kamar orang," ledek Rani.

"Itu salah satunya kenapa gue ngga ngikutin kakak gue yang pintar membual," sahut Tesa tak mau kalah. Ia menyisir rambutnya.

"Pakai nih, ntar gue malu lo bau ketek," kata Rani berdiri dan menggeser kotak parfumnya ke arah Tesa. Dia mengambil tas tangannya di atas meja belajarnya dan bersiap pergi.

Rasanya Tesa ingin mencincang manusia yang satu ini jika saja bukan kakak sepupunya. Dia menyemprotkan sedikit parfum berbau feminim milik Rani dan menyimpannya kembali di atas meja rias Rani kemudian mengikutinya yang duluan keluar kamar.

Rani dan Tesa mengelilingi Mall dengan ice cream yang sudah 3 bungkus mereka habiskan. Dan ini ice cream yang ke 4. Mereka sudah meneteng masing-masing tas belanjaan di tangan mereka.

"Gue duluan, gue duluan.." teriak Rani histeris saat melihat gardigan biru langit polos berjambul-jambul halus hitam di bagian tepi gardigan tersebut. Mereka berebut masuk ke dalam untuk mendapatkan target berkilau.

Rani dan Tesa hampir memiliki selera yang sama soal fashion, walau lebih terlihat glamour untuk penampilannya dan Rani selalu berpakaian simple dan lebih santai. Mereka dilahirkan dan hidup di rumah yang sama sampai keduanya di kelas 2 SMP saat kedua keluara tersebut memilih berpisah rumah dari nenek mereka. Sejak saat itu mereka berpisah dan jarang bertemu karena Tesa harus pindah ke luar kota. Sampai Tesa kembali dan bersekolah di tanah kelahirannya dan kembali bertemu dengan Rani. Mereka berbeda satu tahun, namun mereka sudah akrab memanggil nama saja satu sama lain, Rani pun tidak masalah dengan itu. Dia merasa lebih dekat meski kesan adik-kakak sangat jauh dari mereka.

"Lo curang!" kesal Tesa melihat Rani sudah membawa gardigan tersebut ke meja kasir dan membayarnya. Rani menjulurkan lidahnya meledek.

"Gue yang dulu lihat gardigan itu," bela Tesa tetap kekeuh jika ia yang awal menemukan pemandangan menarik itu dari balik etalase toko.

Pluviophile [Tersedia Di Fizzo]Where stories live. Discover now