Rencana Frisca

Mulai dari awal
                                    

"Ini ...," Hope merasakan dingin mulai menghinggapi tubuhnya. "Jadi itu rencanya mereka."

Tubuh Hope mulai membeku. Mengetahu hal itu dia segera menaikkan energinya dan membaut panas tubuhnya bertambah.

"Energiku ...,"

"Akhirnya kau sadar juga pria polos. Aku memiliki kemampuan pasif menyerap energi tiap kali aku menyerang lawanku. Sekarang membekulah dan saksikan temanmu ini jatuh. Earth Soil."

Diandra meletakan tangannya di tanah dan berhadapan dengan Fran. Dari dalam tanah muncul tanda sihir yang segera mengeluarkan benda mirip tentakel dan menahan pergerakan Frans.

"Growah ...." Frans berteriak dalam wujud raksasanya dan mencoba untuk kabur dari jeratan Diandra.

"pria raksasa itu akhirnya tertangkap. Aku tidak tahu lagi apa bisa kabur dalam keadaan seperti ini." Turk memegangi perutnya yang berdarah.

"Berkonsentrasilah untuk menyembuhkan dirimu. Di sini kita dilarang untuk memakai obat penyembuh." Saran Fiona.

"Tentu saja, jika lukaku sudah tertup ... aku pasti membuat perhitungan dengan pria pohon itu." Turk membuang jaketnya jauh.

**********

"Apa yang terjadi? kenapa ada lambang sihir sebesar itu?"

Saat Frisca sedang fokus dengan lambang sihir sebuah sayatan lewat begitu dekat dengan kepala Frisca dan membuat bangunan di depan Frisca terbelah.

"Nona ... tidak memberi perhjatian kepada pria tampan di depanmu adalah sesautu yang buruk." Tucker tersenyum.

"Sepertinya aku memang tidak bisa lari." Frisca terlihat memantapkan tekadnya.

"Baiklah Nona ... aku memberikan pertunjukan indah padamu." Tucker membungkukan punggungnya.

"Skill support itu ... pasti hanya bertahan beberapa saat. Aku harus bertahan sampai skill itu selesai, lalu pergi menolong Hope."

Frisca berteriak dan melaju terbang, kemudian mebarakkan pedangnya pada Tucker. Terdengar bunyi dentingan kala Tucker menahan pedang besar milik Frisca.

"Maaf Nona ... aku tidak bisa membuat ini menjadi lebih lama," Tucker mendorong Frisca hingga dia tersunggkur ke belakang. "Bathara Slash."

Berkali-kali Tucker menebaskan pedang hitam putinya pada Frisca. Namum, Frisca sendiri telah melindungi dirinya dengan perisai bulat yang membungkus tubuhnya.

"Sampai kapan kau terus bertahan Nona?"

"Tentu saja sampai perisai ini hancur."

Mendengar kata-kata dari Frisca, Tucker melepaskan tebasannya dengan lebih cepat. Terdengar suara retakan pada bola perisai yang membungkus Frisca. 

"Silmeria Holy Slash."

Tepat pada saat perisai yang membungkus Frisca hancur, Frisca mengubah pedangnya menjadi pedang besar energi dan menebaskanya pada Tucker. Tucker melayang kebelakang untuk menghidnari tebasan Frisca. Namun, karena area tebasan yang panjang, tubuh Tucker tersayat dan mengeluarkan darah.

"Aku berhasil." Nampak beberapa sayatan juga telah mendarat di tubuh Frisca.

"Ini benar-benar sia-sia Nona ... benar-benar sia-sia." Tubuh Tucker mulai beregenerasi. 


"Bagaimana bisa ...," Frisca terbelalak karena luka yang dia berikan perlahan menghilang.   Arghh sial!"

Frisca terbang dengan cepat dan meyangakan pedangnya pada Tucker. Namun, bagai kilat Tucker menghilang dan berada di belakang Frisca.

"Aku sama sekali tidak suka memukul perempuan. Maksudku ... itu tidak indah," ujar Tucker yang telah menempatkan pedangnya pada leher Frisca.

"Persetan denganmu!" Frisca segera menhempaskan pedangnya ke belakang dan kabur dari Tucker.

"Kau yang memaksaku melakukan ini ... Nona." Tucker bergerak secepat kilat dan berada di depan Frisca yang mencoba kabur.

Frisca terhenyak dan mengepakkan sayapnya kebelakang. Namun, Tucker dengan segera memukulkan gagang pedangnya tepat pada wajah Frisca. Frisca segera meluncur ke bawh dan jatuh menimpa sebuah rumah. 

"Sial, anak itu pasti memiliki suatu rahasia." Frisca membasuh hidungnya yang berdarah dengan tangan kirnya.

Tucker masih terus mengawasi Frisca dari atas. Tiba-tiba rumah tempat Frisca jatuh hancur. 

"Apa yang terjadi."

Satu demi satu rumah telah hancur karena Frisca. Dengan pedang besarnya dia melayang dan membuat jalan dengan melubangi rumah demi rumah.

"Cih, benar-benar tidak indah."

Tucker terus mengikuti Frisca dan sesekali menebaskan pedang energinya pada bangunan yang roboh itu. Namun, batu yang berterbangan dan juga debu yang melayang di udara membuat Tucker kesulitan untuk mengenai Frisca. 

"Sepertinya aku kehilangan jejaknya." Tucker terus memeriksa satu demi satu bangunan yang roboh.

*********

"Aku berhasil menggunakan bangunan itu untuk kabur," Frisca terbang diantara selokan yang menyengat. "Bayangan itu ... sepertinya memiliki kemampuan untuk berhuibungan dengan yang asli. Dari yagn aku lihat sepertinya dia menerima buff dari support di timnya. Ini terlihat dari peningkatan kecepatan dan juga lukanya yang sembuh dengan cepat. Tidak ada cara lain, aku harus mengambil ikat kepala dari support itu terlebih dahulu."

Frisca telah hidup di Andalusia selama tujuh belas tahun. Dia menghapal setiap sudut dari kota Andalusia ini. Memang sejak dulu, Frisca adalah murid jenius yang mampu menghapal sesuatu hanya dengan satu kali melihat.

"Disinilah tempatnya," Frisca menolehkan kepalanya ke atas. "Aku memang masih memiliki cukup banyak mana dan ki untuk bertarung. Namun, jika aku gagal maka semua ini akan sia sia dan aku pasti akan tertangkap. Ini adalah judi." Frisca memantapkan hatinya dengan menggenggam pedangnya lebih erat.

Tidak menyadari Frisca ada di bawah mereka, Tucker dan William masih terus menyaksikan Diandra dan Reinn yang bertarung di depan mereka. -Kretak- Terdengar bunyi retakan dari bawah. Frisca melubangi tanah dengan menggunakan pedang besarnya. Tucker dan William terhenyak karena kemunculan Frisca yang tiba-tiba.

"Original skill, Holy Ray." 

Dari pedang Frisca muncul bulatan energi putih yang meledak menjadi cahaya yang menyilaukan.

"William!" Tucker berteriak.

Cahaya itu mulai pudar. Tucker dan William bertukar pandang.

"Hosh ... hosh ... akhirnya aku berhasil." Frisca terbang menjauh menuju ke arah Hope dengan ikat kepala ditangannya..

Guardian (Sefiroth Tree)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang