Surat dari Istana

1.9K 148 3
                                    

Ruangan hangat, makanan mewah dan semua kebutuhan yang akan segera di layani oleh pembantuku. Seperti itulah hidupku. Jika kalian berpikir itu kehidupan yang indah, maka kalian salah. Istana ini tidak lebih adalah kurungan untukku. Aku sebenarnya ingin melihat dunia luar dan menunggu seorang pangeran untuk menjemputku menaiki kuda putih. Bersama-sama kemudian kita berdua mengelilingi dunia. Aku ingin melihat keindahan itu, bunga-bunga yang tertiup angin di gunung yang tinggi, atau burung-burung yang terbang di langit yang biru. Aku ingin merasakan semua, terpaan ombak yang mengenai kakiku dan juga hembusan angin sepoi-sepoi yang melewati wajahku. Akan tetapi, semua itu hanyalah sebuah mimpi. Sebagai anak dari seorang raja aku memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Aku harus terus belajar untuk menangani kerajaan ini dengan baik. Kadang kala aku iri dengan anak-anak seusiaku yang bergaul dengan teman seumuran mereka. Sementara aku, di usiaku yang sudah enam belas tahun ini, aku harus mengikuti acara perjodohan. Aku lelah dan ingin menyerah, sampai aku bertemu dengan pria berambut violet-putih di hutan. Dia menyelamatkanku dari Guardian beast yang ingin menyerangku. Akan tetapi dia benar-benar acuh kepadaku. Ya, dialah orang pertama yang membuat aku merasa diperlakukan seperti orang biasa.

Hari ini aku berdebat dengan ayahku. Aku mengatakan keinginanku untuk masuk bersekolah. Akan tetapi, ayahku dengan tegas menolaknya. Dia berkata, "Tidak ada kebutuhan untuk aku bertarung di garis depan." Padahal aku memiliki guardian yang cukup baik untuk di gunakan dalam pertarungan. Setalah itu aku membuat rencana tidak berbicara dengan ayahku selama satu mionggu dan akhirnya rencanaku berhasil. Kesokan ahrinya ayahku datang dan mengizinkan aku untuk bersekolah dengan beberapa syarat. Meskipun syaratnya cukup banyak, tapi aku cukup senang akhirnya aku bisa merasakan apa yang anak biasa lakukan.

**********

Akademi Seventhsanctum, Ruang Perawatan.

"Ayolah buka mulutmu, Lin ... tang." Lily memegang mangkuk dan sendok yang berisi bubur hangat.

"Aku bisa memakan bubur itu sendiri!" Lintang mencoba menolak ketika Lily mendekatkan sendok penuh bubur ke mulutnya.

"Tapi ... kau sedang dalam keadaan kurang sehat, bukan?"

"Aku tidak apa-apa, bisakah kau pergi senior. Bukankah kau punya banyak pekerjaan yang harus kau urus bersama kak Dendi? jadi, berhentilah menggangguku ... senior!" Lintang terlihat kesal

 "Eh ... apa ini, jangan-jangan kau cemburu ya? tenang saja, aku dan Dendi hanya berteman kok." Lily tersenyum.

"Sudahlah aku tidak lapar, cepat pergi!" tanpa sadar tangan Lintang menepis mangkok yang di pegang Lily dan menyebabkan seluruh bubur tumpah ke tanah.

Lily terdiam sesaat kemudian berlari pergi.

"Sepertinya aku keterlaluan." Lintang menepuk wajahnya dengan kedua tangan.

Bebebrapa saat kemudian tiba-tiba Lily muncul dengan pakaian perawat sambil membawa semangkuk bubur yang baru.

"Kau itu ... apa yang kau lakukan."

"Aku berpikir bahwa aku telah menyuapimu dengan cara yang salah. Mungkin kau lebih suka melihat kakak-kakak berpakaian perawat menyuapimu."

"Darimana kau dapat pikiran seperti itu?"

"Sekarang buka mulutmu ada pesawat mau masuk. A ... aak."

Lintang akhirnya meyerah dan membiarkan Lily menyuapinya.

"Lintang ...," Suara terdengar nyaring bersamaan dengan sosok Frisca yang membelah korden tempat penutup ruangan Lintang. "K-k ... kalian sedang apa berduan pagi-pagi begini. Jadi ini maksud Kak Lily dengan menyuruhku pergi dan beristirahat?"

Guardian (Sefiroth Tree)Where stories live. Discover now