Diki: Lontong sayur.

Diki: Teh tarik.

Diki: Cendol pake durian.

Diki: Coklat.

Riska: Semuanya! Deal!

Diki: Satu aja.

Riska: Batal.

Diki: Iyaaaa.

Riska: Horee.

Diki: Rakus.

Riska: Batal.

Diki: Iyaaaa.

Riska: Horeeeee.

Diki: Terserah lo aja.

"Lo sms siapa?"

Riska tersentak kaget. Cepat-cepat dia memasukkan handphonenya ke dalam laci mejanya. Riska menggelengkan kepala. "Ngga ada."

Rani menyipitkan mata. Rani semakin curiga ketika melihat nama pengirim pesan tersebut. Diam-diam Rani mengintip pesan Riska saat perempuan itu sibuk menunduk menatap ponselnya.

Di menit-menit terakhir jam istirahat, kelas Riska masih saja lengang. Ada Dinda yang duduk sendirian di bangkunya yang dekat dengan pintu kelas. Tika dan Delvi yang duduk di depan kelas. Serta Novel yang sedang membaca komik. Perempuan berkaca mata itu ternyata masih satu kelas dengan mereka.

"Fadila," panggil Rani mengetuk bahu Fadila.

Fadila menoleh ke belakang dan mengangkat alis.

"Kayaknya gue juga mulai separtai dengan lo,"kata Rani.

Fadila mengerutkan dahi. Dia memutar duduknya menghadap Rani. Kya di sampingnya melirik sekilas kemudian kembali membaca bukunya.

"Maksud lo apa?" tanya Fadila.

Rani memiringkan kepala menunjuk ke sampingnya. Fadila ikut menoleh ke arah Riska.

"Kenapa?" tanya Riska.

"Gue juga mulai kepo apa yang Riska kerjain di hpnya," kata Rani masih menatap fokus Fadila.

"Apanya?" tanya Riska, dia agak risih diperhatikan kedua orang itu.

"Lo juga penasaran? Iya, nih. Riska pasti nyimpen sesuatu di hpnya. Sampai-sampai pola hpnya di ganti sekarang," cibir Fadila mendelik menatap Riska.

Kya yang sedari tadi diam ikut menoleh ingin tahu. "Apa?"

"Mulai sekarang kita cari tahu,"kata Rani.

Riska melotot ketika Fadila dan Kya menatapnya bersamaan. "Kalian apa-apaan, sih." Riska beranjak dari tempat duduknya dan melesat keluar kelas.

Melihat itu Rani cepat-cepat mengambil ponsel yang Riska simpan di laci mejanya.

"Buat apa? Dia udah ganti pola kuncinya," decak Fadila.

Rani mencoba berbagai pola yang biasa Riska pakai. Tetap tidak berpengaruh.

"Apa gue bilang," kata Fadila lagi kemudian berbalik dan duduk ke posisi awalnya.

Kya yang masih kurang mengerti dengan pembicaraan mereka tadi mengangkat bahu dan ikut berbalik membiarkan Rani sibuk dengan ponsel Riska.

Rani menghela napas. Walaupun Rani sudah melihat nama pengirim pesan di handphone Riska, dia masih saja penasaran. Mungkin saja Diki yang lain, bukan Diki yang itu. Tapi jelas-jelas Rani melihat sosok laki-laki itu di depan rumah Riska. Rasanya mustahil jika ada Diki yang lain yang Riska SMS.

Pluviophile [Tersedia Di Fizzo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang