Dwira masih melongo dengan kejadian beberapa detik lalu. Kenapa sepertinya mereka seperti dikejar hantu sungguhan. Alis Dwira bertaut bingung, tanpa ambil pusing dia langsung saja keluar kelas dengan wajah datar.

*

"Hampir aja mampus." Kya mengurut dada lega. Sekarang ia tersadar di dinding kelas sebelah dengan Riska di sampingnya yang menatap bingung menunggu jawaban. "Hah!" Ia menghembuskan napas kasar sambil mengibaskan tangan di depan wajah Riska.

"Untung aja gue datang tepat waktu." Kya lega aksi kebohongannya demi menyelamatkan Riska telah berhasil dan sekarang gadis itu sudah bersamanya.

"Lo sengaja?" tanya Riska masih belum mengerti. Kya berdecak kesal. "Iya, bego. Kapan lo pintarnya sih," kesal Kya menjitak kepala Riska membuat gadis itu cemberut. "Sakit.." ia meringis pelan. "Tapi makasih ya, untung lo cepet, kalau ngga gue udah pergi diajak sama dia. Gue tadi refleks aja bilang iya, abis itu kaku dah gue ngga bisa ngelak," curhat Riska bersila di lantai.

"Iya, gue tahu, kok. Lo emang bego banget, pake gaya-gaya ala sinetron lagi, kamera zoom segala." Kya ikut duduk bersila melepas penat sejenak. Dia menopang wajahnya dengan siku yang diletakkan di atas pahanya dan menahan pipinya sebelah kiri, ia menatap Riska kasihan. Ini cuma permainan Rani, tapi temannya satu ini malah jadi korbannya.

Ponsel Kya berdering tanda pesan masuk. Dibacanya pesan tersebut, dari Rani.

Lo dimana?

_Rani.

Kelas tetangga.

_Kya.

Setelahnya Kya menyimpan ponselnya dan melihat Riska sedang mengetikkan sesuatu di ponselnya. "Apaan, tuh?" tanyanya kepo. Dia mengintip sedikit dan melihat nama pemilik nomor yang sedang berkirim pesan dengan Riska.

Riska membiarkan Kya membaca pesannya, membuat temannya itu mencolek lengannya dengan ejekan. "Gaya lo, udah mulai baperan," celetuk Kya. Riska hanya mengedikkan bahu sebagai balasan. Selang beberapa detik dia berhenti mengetikkan pesan dan wajahnya terlihat murung.

"Waldy tahu tentang gue dan Dwira," lirihnya yang berhasil membuat jantung Kya melonjak kaget.

*

Rani berjalan menyusuri koridor sendirian. Dia baru saja kembali dari kelas IPS, kelas Mega, teman SDnya yang dulu terpisah di SMP. Dia sengaja ke sana untuk melarikan diri sebentar dari amarahnya tadi. Sebenarnya pikirannya masih belum tenang, mengingat kata-kata Fadila di koridor tadi membuat otaknya kembali mengirim sinyal kebencian di hatinya. Temannya satu itu telah mengacaukan semuanya hanya karena perasaan.

Rani menghembuskan napasnya pelan untuk mengusir ingatan menyebalkan itu dari otaknya. Dia masuk ke dalam kelas yang sudah bersih dari tas murid-murid lainnya. Hanya tinggal tasnya dan Fadila di sana. Berarti gadis itu belum kembali ke sini. Diliriknya sebentar ke samping bangkunya. Tas Riska sudah tidak ada, ia yakin Riska sudah pulang bersama Dwira mengingat mereka hanya berdua di dalam kelas. Bisa dipastikan Riska tidak dapat menolak ajakan cowok tersebut.

Dia mengirim pesan pada Kya. Menanyakan dimana cewek itu sekarang.

Kelas tetangga.

_Kya.

Rani langsung menyimpan ponselnya dan meyampirkan tasnya berjalan keluar kelas. Diujung pintu, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Fadila yang akan masuk ke dalam kelas. Rani hanya diam membalas tatapan tersebut. Fadila membuang muka dan mempercepat langkahnya masuk ke dalam kelas.

Pluviophile [Tersedia Di Fizzo]Where stories live. Discover now