My Beautiful Girl : 01

48.3K 1.1K 10
                                    

Vote please...

Halo, terima kasih banyak telah mampir ke lapak saya. Jujur saja, bab 1 sampai 10, adalah bab yang paling membosankan.

Tapi, jujur lagi nih ya, kalau kalian baca bab berikutnya, konfliknya mulai ada, titik masalahnya mulai timbul. So, terus baca ya.

.


KILAS BALIK

Hari ini suasana kafetaria kampus seperti hari-hari kemarin, bising dengan hawa panas yang mulai terasa. Banyak sekali mahasiswa yang sedang berceloteh tentang dosen yang telat masuk, tugas yang menumpuk, skripsi yang tak beres-beres dan lainnya.

Hingga membuat seorang mahasiswi tingkat akhir memutuskan untuk menyumbat kedua daun telinganya, dengan earphone. Memutarkan lagu-lagu yang langsung disambut oleh gendang telinganya. Tanpa kehadiran kedua sahabatnya, semuanya terasa membosankan.

Bibirnya bergumam pelan sembari memejamkan kedua matanya, bila sudah begini dia merasa tenang, dan stres yang selama ini ia pendam berangsur menghilang.

Mahasiswi tingkat akhir itu bernama, Alessa Clara Bima. Dia lebih menyukai teman-temannya tidak mengetahui nama akhirnya. Dia membencinya. Bukan karena dia membenci adanya nama pria di identitasnya, ia hanya tidak menyukai nama tersebut, itu mengingatkannya pada sesuatu yang melukai hatinya. Oke, what ever...

Alessa sudah beberapa bulan yang lalu resmi memasuki semester tahun keempat, dalam mengambil jurusan administrasi di kampus yang cukup terkenal, di Jakarta.

Dua kata untuknya, adalah Alessa bukan mahasiswa tercantik-but, ya, she's pretty, dan second one tidak ada yang mencolok dari dirinya. Gaya berbusananya sangat biasa saja, jens - t-shirt putih, jens - t-shirt hitam, and sometimes, hoodie maroon atau oranye.

Karena, bagaimapun dia masih beradaptasi dengan biaya tinggal di kota yang super mahal. Walau sudah hampir 4 tahun tinggal, di Jakarta. Alessa kadang selalu terkejut dengan mahalnya harga makanan yang dia beli di kafetaria.

Perlahan Alessa membuka matanya, mencoba fokus kembali pada tugas, dengan gerakan lambat ia membuka matanya. Dan, betapa terkejutnya ia saat seseorang telah duduk di sebrang kursinya, duduk dihadapannya dengan mimik muka yang, ugh... Alessa benci mengatakanya tapi, tampan. Namun tanpa sadar ia mengerutkan hidungnya, melihat mahasiswa tersebut yang kini menyeringai lebar ke arahnya.

Si otak udang. Tidak! Udang pun lebih pintar darinya. Batin Alessa, mencemooh.

Mahasiswa pria tersebut tengah menopang dagu dengan kedua tangannya, memandang kearahnya dengan mimik wajah manis yang tentu dibuat-buat, membuat Alessa semakin merengut jijik.

Alessa tahu permainan yang sering pria didepannya mainkan.

"Hay, nona cantik." sapa mahasiswa tersebut, semakin melebarkan senyum mautnya.

Alessa membalas senyuman pria tersebut dengan dengusan kasar yang cukup keras, alih-alih balas tersenyum malu karena disapa olehnya. Karena apa, ia membencinya setengah mati.

Seketika suasana kafetaria menjadi hening, semua orang kini menatap ke arah bangku yang sedang di duduki Alessa dan pria itu. Semua orang tahu, bila mahasiswa yang duduk tepat di depan Alessa, yang tengah tersenyum maut kepada seorang perempuan. Dan, kini perempuan itu adalah Alessa.

Itu tandanya tak lama lagi, perempuan yang mendapat senyuman tersebut akan berakhir di ranjang bersama dengannya.

Aku harus pergi, gumam Alessa di dalam hati.

Bisikkan mulai terdengar memenuhi kafetaria, tentang taruhan yang akan segera dimulai. Alessa tahu mereka bertaruh tentang dirinya, yang akan berakhir di ranjang pria itu, atau tidak? Jawabanya, never biatch. Ingin sekali Alessa berteriak kepada semua orang yang ada di kafetaria.

My Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang