Part 38 : Unexpected

Start from the beginning
                                    

"Sekarang yuk Fal gantung-gantungin fotonya? Gue udah ngantuk banget nih," kata Revy.

Naufal mengangguk singkat seraya berkata, "Yaudah, di depan tv aja ngerjainnya."

Kini mereka telah berada di depan televisi, terduduk di atas karpet yang sengaja diletakkan di sana oleh sang pemilik kamar. Tidak mau membuang waktu yang hampir pagi itu, mereka segera menggantung foto-foto tersebut pada tali rami dengan perantara jepit yang biasa digunakan untuk jemuran.

"Terus ini mau ditempel di mana, Fal?" tanya Ryan sembari mengambil sebuah jepit yang akan kembali digunakan untuk menggantung foto tersebut.

"Gue kan rencananya bakal bikin candle light dinner di taman belakang." Naufal terdiam sebentar, memberi waktu bagi otaknya untuk berpikir. "Jadi, kayanya ini bakal gue tempel di sana juga."

"Terus mau ditempel sekarang atau gimana?" Giliran Revy yang bertanya mengingat semua foto telah berhasil digantung pada tali rami sesuai dengan keinginan Naufal.

"Nanti lagi aja, gue tau lo semua udah ngantuk."

"Oh yaudah," jawab Revy sambil ber-oh ria. "Jadi, gue boleh tidur nih?"

"Yoi." Pandangannya kini beralih menatap ke arah Dean dan Ryan. "Lo berdua juga tidur sana."

Menyadari Naufal yang masih terdiam di tempatnya membuat Dean bertanya, "Lo gak akan tidur juga?"

"Nanti gue nyusul."

Berbeda dengan ketiga temannya yang telah berada di posisi paling nyaman untuk mengistirahatkan tubuhnya, Naufal justru sedang sibuk mencari sesuatu yang dapat dijadikan oleh laki-laki itu sebagai media untuk menggambar di meja belajarnya. Beberapa menit kemudian, ia mendapatkan sebuah kanvas yang masih baru dan masih terbungkus rapi. Hal itu membuatnya berpikir untuk menggambar sketsa wajah Adella di kanvas tersebut.

Walaupun sebenarnya, kanvas akan lebih tepat dijadikan sebagai media untuk melukis bukan menggambar. Namun, hal itu tidak menjadi masalah bagi Naufal karena menurutnya menggambar sama saja dengan melukis. Hanya dalam melukis, gambar tersebut lebih dikembangkan lagi untuk mendapat kesan tertentu.

Naufal menarik sebuah kursi yang berada di depan meja belajar untuk dirinya duduk. Tangannya mengambil pensil 2B yang tergeletak di samping kuas. Sebelum mulai membuat sketsa wajah gadis itu, Naufal merogoh ponsel yang berada di saku celananya. Laki-laki itu membuka fitur galeri dan mencari salah satu foto Adella yang akan dijadikannya sebagai contoh gambar untuk dituangkan ke dalam kanvas berukuran A4 itu.

"Lagi ngapain, Fal?" tanya Ryan yang belum memejamkan kedua matanya, tidak seperti dua temannya yang lain.

"Ngegambar," balas laki-laki itu tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari apa yang sedang dikerjakannya.

"Serius lo ngegambar lagi? Ngegambar apaan?" Mata Ryan sedikit melebar dari sebelumnya.

"Muka Callista. Lo kok belum tidur, sih?"

"Ada juga gue yang nanya gitu sama lo. Lo gak akan tidur?"

"Kayaknya hari ini gue bakalan begadang, Yan."

"Lo kan bisa lanjutin nanti lagi, Fal. Sekarang lo tidur aja dulu."

"Berisik lo ah, gue jadi gak konsen," gerutu Naufal dengan kesal.

"Iya deh, yaudah gue tidur duluan."

Beberapa menit kemudian, Ryan sudah tidak lagi bersuara hingga suasana kamar menjadi lebih sepi karena hanya dirinya lah yang masih membuka matanya. Rasa kantuk pun mulai menjalar pada dirinya terlihat dari laki-laki itu yang sudah menguap beberapa kali. Namun, ia berusaha untuk mengabaikan rasa kantuknya dan tetap mengerjakan sketsa wajah Adella yang sudah hampir selesai itu.

Best PartWhere stories live. Discover now