Part 33 : The Feeling

Start from the beginning
                                    

"Apaan sih lo! Udah gak apa-apa dari gue aja."

"Nggak, Yan. Udah pokoknya gue transfer sekarang."

"Susah kalo ngomong sama batu," gerutu Ryan. "Tapi kalo gue ke sananya jam-jam pulang sekolah gak apa-apa, kan? Soalnya kalo jam segini toko-toko belum ada yang buka."

"Gak apa-apa, lo mau bantu aja gue udah seneng banget."

"Pasti gue bantu lah, lo kan temen gue, Bro. Yaudah gue matiin ya teleponnya? Jangan kangen loh."

"Najis lo, nyet!"

Begitu sambungan telepon telah terputus, ia membuka aplikasi mobile bankingnya dan melakukan transfer---jasa pegiriman uang baik antar bank yang sama ataupun kepada bank yang berbeda pada ATM---alat elektronik untuk melakukan transaksi perbankan milik Ryan. Setelah proses transaksi berupa transfer berhasil dilakukan, ia meletakkan ponsel hitam tersebut di meja dan kembali melanjutkan aktivitasnya yang tadi sempat terpotong yaitu, menghisap sebatang rokoknya.

**

Setiap perkataan yang terlontar dari mulut Naufal terus menerus terngiang di dalam otaknya. Ia mendengar semua yang telah diucapkan oleh Naufal. Tidak ada satu pun yang terlewat, termasuk saat laki-laki itu mencium keningnya. Itu karena dirinya belum benar-benar tertidur. Bahkan, ia hampir saja membuka kedua matanya akibat perlakuan Naufal yang terbilang sangat mengejutkan itu.

Adella semakin tidak bisa terlelap ke dalam tidurnya. Hal itu karena pikirannya sudah dipenuhi oleh semua tentang laki-laki yang bernama lengkap Naufal Baskara. Meski begitu, ia masih membiarkan matanya terpejam karena tidak mau membuat Naufal curiga. Saat Adella mendengar suara pintu yang menghubungkan kamarnya dengan balkon dibuka oleh seseorang---sudah pasti Naufal, baru lah ia membuka kedua matanya. Karena ia yakin bahwa laki-laki itu sudah tidak lagi berada di dekatnya.

Kedua matanya sedang memandang sosok Naufal yang sedang berada di balkon kamarnya. Tak pernah sedikitpun terbesit di otaknya bahwa laki-laki playboy seperti Naufal akan memperjuangkan dirinya hingga sejauh ini. Karena terlalu sibuk melamunkan Naufal hingga ia tak sadar jika sosok yang sedang dilamunkan kini telah berada dihadapannya.

"Kok udah bangun lagi, sih?" tanya Naufal sekaligus menyadarkan lamunan gadis itu.

"Lah? Bukannya lo tadi lagi di balkon?"

"Makanya jangan ngelamun terus." Naufal terkekeh pelan seraya mengacak-acak rambut gadis yang sedang terbaring di tempat tidurnya itu. "Kok udah bangun?"

"Gak bisa tidur," jawab gadis itu.

"Kenapa?" Naufal menautkan sebelah alisnya.

"Nggak tau." Tentu saja Adella berbohong karena tidak mungkin ia memberikan alasan yang sebenarnya.

Laki-laki itu duduk di samping Adella, lalu ia mengambil bantal yang kemudian disimpan di pahanya. Kedua lengannya menepuk bantal tersebut seraya berkata, "Tidurnya di sini aja."

"Yang ada gue makin gak bisa tidur."

"Coba dulu, kalo tetep gak bisa coba lagi," ujar Naufal sambil tertawa pelan.

Gadis itu terdiam sesaat seakan memberikan sedikit waktu bagi otaknya untuk berpikir. Tak lama dari itu, ia mengangguk dan menyandarkan kepalanya pada bantal yang kini telah berada di paha Naufal. Lalu, Naufal mengusap-usap puncak kepala Adella dengan lembut dan dilakukan secara berulang.

"Mau sekalian gue kasih dongeng, gak?"

Adella menautkan sebelah alisnya. "Emang lo bisa ngedongeng?"

Best PartWhere stories live. Discover now