"Baikalah."

Lintang memulai ritual memasukkan guardian dalam ruang jiwanya. Saat ini ada delapan ruangan jiwa yang kosong. Setelah garuda, diatasnya ada Angra maiyu, setelah itu bercabang di bagian atas kanan dan kiri masilah kosong. 

"Baiklah akan kumasukan ke ruang bagian Kiri atau Netchazk."

Ritual telah selesai dan Lintang bermaksud untuk keluar dari tempat itu.

"Baiklah aku rasa mau tidak mau aku harus bertarung dengan orang itu. Meski tidak ada peluang untuk menang, tapi aku melihat ada lubang dimensi di atas gua ini. Aku harus berusaha kabur dan masuk ke sana."

Lintang menggunakan Garuda form dan mengubah wujud dari pedangnnya. Dia segera menebaskan pedang itu ke arah pintu masuk untuk keluar dari tempat itu.

Sementara itu di pintu masuk Seteh terlihat dimakan oleh kemarahannya karena tipuan yang di lakukan oleh Lintang. Beberapa prajurit terus memeriksa pintu yang terbuat dari emas, untuk mencari cara masuk ke ruangan yang terkunci itu. 

"Arghhh ...."

Tiba-tiba beberapa prajurit milik Seth jatuh terkapar karena tebasan yang datang entah dari mana. Bersamaan dengan itu, bagaikan kilat Lintang terbang dan berusaha kabur dari gua itu.

"Brengsek!" 

Seth meluap-luap segera mengeluarkan sayap energinya dan terbang mengejar Lintang.

"Apa-apaan pria itu, bagaimana mungkin dia terbang secepat itu?" Lintang melihat Seth yang terbang dan hampir menyusulnya.

"Hei anak nakal, kau kira kau bisa kabur dariku. Akan kupotong tubuhmu menjadi berkeping-keping dan kuberikan kepada anjing."

"Memangnya aku akan membiarkanya."

Lintang menebaskan pedangnya ke arah Seth, Seth yang tidak tinggal diam menebaskan aura bewarna hitam ke arahLlintang. Kedua tebasan yang berbenturan itu, membuat dinding dalam gua  menjadi tidak stabil dan berjatuhan. Seth yang di penuhi kemarahan menebas membabi buta untuk menyingkirkan kepingan batu yang jatuh ke arahnya.

"Bocah brengsek!"

Lintang berhasil keluar dari gua, tetapi tepat di belakangnya Seth telah bersiap-siap melakukan sesuatu untuk menghalangi Lintang.

"Black Crosh Slash."

Seth mengayunkan pedangnya membentuk salib, dari ayunanya tercipata energi intens yang langsung mengejar Lintang.

"Aku harus berhasil arghhh ...."

-Crack- Tebasan itu mengenai punggung Lintang, tetapi Lintang yang tidak menyerah berusaha terbang dan behasil menembus dinding itu.

**********


Frisca Versalia, itu adalah namaku. Aku terlahir dengan penuh bakat, setidaknya itu yang orang lain pikirkan tentangku. Banyak sekali yang memuji kecantikanku, seperti rambut biruku cerahku yang aku dapat dari mendiang ibuku. Bukan hanya itu, mereka juga memuji tentang betapa kuatnya diriku. Seventhsanctum adalah tempatku menimba ilmu, awalnya aku tidak berpikir untuk menjadi seorang Guardian Fighter. Tetapi mungkin ini lebih baik, daripada menjadi tuan putri bangsawan yang hanya tau berpesta. 

"Hei Frisca apa yang sedang kau pikirkan."

"Ah tidak ada."

Mereka adalah temanku  dan Evelyn Abigail dan Nailea Gil.

"Kau pasti bohong, kau tahu biasanya orang jenius itu beripikir dua kali lebih keras dari orang biasa."Ujar Lea sembari tersenyum.

"Apaan sih kalian, aku juga sama seperti kalian tahu." Aku berusaha merendah.

"Apanya yang sama, beruntung banget bisa masuk kelas jenius dan bisa bertemu dengan kak Frans dan juga Drako." Kata Evelyn

"Jangan lupa juga, Frisca juga punya sahabat cowok ganteng yang namanya Hope." Kata Lea menimpali.

"Iya juga ... ya, Hope itu selain ganteng, baiknya juga bikin cewek-cewek meleleh." Ujar Evelyn sambil menggoyang-goyangkan kepalanya.

"Kalian ini, di pikiran kalian ini selalu aja makanan dan cowok yang dibahas." 

"Eh ... apa kau tidak tertarik kepada Hope?" Evelyn dan Lea menatapku lekat.

"Tidak, aku dan dia itu hanya teman masa kecil. Tidak lebih." Kataku meyakinkan.

"Yakin nih, kalau gitu boleh dong hope buat gw?" tanya Lea.

"Kalau kalian jadian aku pasti sangat bersyukur."

Tiba-tiba suara perempuan di kelas itu senyap dan hanya terdnegar suara laki-laki yang mengobrol.

"Frisa." Seorang berambut putih dengan mata abu-abu yang kontras menghampiriku.

"Hope, kenapa kau kemari?" tanyaku.

"Begini," Hope mengeluarkan sebuah kotak makan siang dan menyrahkannya padaku. "Kau berangkat terlalu pagi, jadi waktu aku kerumahmu ibumu memintaku membawakan bekal ini untukmu."

"Ah, ibu itu benar-benar ...."

Beberapa tahun semenjak duduk di sekolah menegah, gosip tentang aku berpacaran dengan hope telah menyebar di sekolah. Mungkin ini karena aku dan dia telah menolak banyak sekali orang yang menyatakan cinta pada kami.

"Frisca ... Frisca ...." Hope melambaikan tangannya di depanku.

"Eh, ada apa?"

"Gimana nanti, bisa pulang bareng ... kan?"

"Ah, nanti aku akan pulang bersama dengan teman-temanku."

"Begitu ya ... kalau begitu sampai jumpa besok." Meski terlihat kecewa Hope tetap tersenyum dan meningalkanku pergi.

"Eh ... apa ini, kau menolak hope. Sebenarnya pria macam apa yang menjadi ti pemu." Tanya Lea heran

"Mungkin ada satu pria tapi ...."

"Tapi apa?" tanya mereka serempak.

Lintang, nama itu selalu terukir dalam hatiku. Tidak seperti Hope, dia adalah orang yang sangat spesial di dalam hatiku. Akan tetapi saat mengetahui dia tidak memiliki bakat, semua orang menjauhinya termasuk juga denganku. Akhirnya hal itu terjadi, orang tuanya meningalkan dan dia dilaporkan menghilang. Semenjak saat itu aku bertekad untuk menjadi kuat untuk menolong orang-orang yang lemah. Semua latihan ini, semua tekad dan keinginanku menjadi seorang petarung. Hanyalah untuk menebus rasa bersalahku kepada Lintang. Akupun memotong rambutku menjadi pendek walaupun orang tuaku melarangku. Sekarang ini aku tidak ingin dikendalikan oleh orang lain dan mengulangi kesalahan yang sama seperti dahulu.


Tibalah hari untuk masuk ke kelas atas. Kami yang masuk ke kelas jenius sekali lagi diuji untuk mengetahui seberapa besar kemampuan kami. Semua orang di perbolehkan untuk menantang kami, baik itu orang luar sekalipun. Jika mereka menang, mereka akan di tempatkan di kelas jenius dan menggeser posisi kami. Penantang demi penantang jatuh, lalu tibalah giliran seorang anak dengan memakai jubah panjang yang menutupi seluruh tubuhnya. Dan saat dia membuka jubah itu, aku terkejut dengan apa yang aku lihat.

"Tidak mungkin, Lintang ...."

Guardian (Sefiroth Tree)Where stories live. Discover now