Part 16 : Give Up

Start from the beginning
                                    

Arvino Gardana : Vino udah pernah liat kamu kok, apalagi aslinya, cantik banget.

Adella Callista : Kak Arvin bohongnya paling bisa, deh.

Arvino Gardana : Astaga, gak percayaan banget sih hahaha. Oh iya, Vino ganggu kamu, gak?

Adella Callista : Abis Kak Arvin kalo ngomong suka bercanda. Nggak kok, kak. Santai aja hehe.

Arvino Gardana : Ya ampun Vino serius, kamu cantik pake banget. Okay, deh. Lagi ngapain, Del?

Adella Callista : Iya deh iya. Makasih pujiannya, Kak Arvin. Lagi tiduran aja, kalo kakak?

Arvino Gardana : Samasama, Adel. Lagi kumpul aja sama temen-temen.

Arvino Gardana : Cape, ya? Kalo cape istirahat dulu aja.

Adella Callista : Oh iya-iya.

Adella Callista : Gak apa-apa nih, Kak?

Arvino Gardana : Iya gak apa-apa kok, Del.

Adella Callista : Yaudah aku istirahat dulu ya, Kak.

Arvino Gardana : Iya, cantik. Nanti malem Vino chat lagi, ya:)

Setelah membaca pesan terakhir yang dikirim oleh Vino, gadis itu tersenyum simpul karena sedikit tak menyangka sekaligus senang bahwa Vino--kakak kelasnya yang terkenal itu baru saja berbalas pesan dengannya di Line.

Bahkan saat ini, Adella tengah sibuk memandang profile picture milik Arvin. Dalam profile picturenya, Vino sedang mengeluarkan asap vape dari mulutnya. Walaupun di situ wajah Vino terhalangi oleh asap vape, namun Vino justru terlihat keren di foto itu bagi Adella.

Begitu dirinya sudah puas memandangi profile picture milik Arvin, gadis itu memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya setelah beraktifitas hampir seharian penuh.

**

Setelah mengantar Aninda ke rumahnya, Naufal tak langsung pulang melainkan mampir ke markas FNE untuk sekedar mengobrol hingga malam hari bersama teman satu komunitasnya.

"Fal, lo masih butuh cewe, gak?" tanya Yoga--salah satu anggota komunitas FNE dari salah satu SMA swasta yang terletak di Jalan Burangrang.

"Lo kaya baru kenal gue kemarin aja, Ga," jawab Naufal disertai tawanya. "Ya, butuh lah. Cantik, gak?"

"Cantik banget, Fal. Lo liat aja, nih." Yoga memberikan ponselnya pada Naufal karena ingin memperlihatkan foto dari gadis yang dimaksudnya.

Naufal mengambil ponsel milik Yoga dan melihat gadis yang dimaksud oleh temannya itu. "Cantik, Ga. Kirimin dong ke gue kontak linenya."

"Siap, Fal," sahut Yoga.

"Apaan, Ga?" tanya Dean yang baru saja muncul dengan rokok ditangan kanannya.

"Biasalah, gue ngasih cewe ke Naufal."

Dean mengernyitkan dahinya. "Bukannya lo lagi deketin Aninda, Fal?"

"Ya elah, Dean. Gak musim kali ngedeketin cuma ke satu cewe," balas Naufal diiringi tawanya.

Ryan menyenggol lengan Dean. "Lo kaya gak tau brengseknya Naufal aja."

Tiba-tiba Zaldi--salah satu anggota komunitas FNE yang bersekolah di salah satu SMA Negeri yang terletak di Jalan Belitung ikut menghampiri Naufal seraya berkata, "Fal, gue juga punya cewe cantik. Lo mau, gak?"

"Mana coba gue mau liat fotonya."

Zaldi memperlihatkan foto gadis itu pada Naufal melalui ponselnya. "Cantik, kan?"

Naufal pun melihat gadis yang dimaksud oleh Zaldi. "Cantik, Di. Kirimin kontak linenya ke gue."

"Semua aja lo ambil, Fal," celetuk Revy yang telah berada di samping Yoga. "Gue pikir pas lo bilang suka sama Adel, lo bakal perjuangin dia dan gak akan jadi playboy lagi."

Naufal menoleh ke arah Revy, lalu berkata, "Dia aja gak suka sama gue, buat apa gue perjuangin? Kaya gak ada cewe lain aja."

"Emang lo udah pernah nembak?" tanya Rio.

Sebelum membalas ucapan Rio, Naufal menghembuskan napasnya terlebih dulu. "Udah. Dia cuma nganggap gue temen."

"Seorang Naufal Baskara dianggap temen doang sama cewe? Goblok kali tuh cewe," ucap Farel yang baru saja datang dari kamar mandi dan langsung menimpali pembicaraan teman-temannya.

Begitu mendengar ucapan Farel yang terkesan menghina Adella, Naufal langsung saja tak terima. "Lo gak usah bilang dia goblok juga, anjing!"

Farel mengerutkan dahinya karena tak mengerti mengapa Naufal justru tak terima saat mendengar dirinya menghina Adella. "Kenapa lo belain dia, Fal? Yang gue omongin itu emang bener, kan?"

"Dia emang udah bikin gue sakit hati, tapi bukan berarti lo bisa ngehina dia kaya gitu! Gue gak suka ya kalo di antara kalian ada yang ngehina Callista lagi!" seru Naufal dengan suara yang lebih tinggi dari sebelumnya membuat semua yang berada di situ terdiam. Melihat semua temannya yang terus menerus terdiam, Naufal mengeluarkan suaranya lagi. "Ngomong anjing! Jangan diem aja!"

Akhirnya, Farel pun mengeluarkan suaranya. Ia berusaha untuk tidak membalas Naufal dengan amarah karena ia tak mau jika harus bertengkar dengan sahabat yang sudah seperti adiknya itu. "Sorry, Fal. Tadi, gue cuma asal ngomong aja karena gak terima lo gue digituin sama cewe."

Naufal terdiam sesaat, ia baru menyadari bahwa yang telah dilakukannya pada Farel itu salah. Oleh karena itu, ia segera menghampiri kakak kelasnya itu dan berhambur ke dalam pelukan Farel. Hal itu membuat Farel sedikit tersentak dengan perlakuan Naufal yang secara tiba-tiba. "Maafin gue juga, Rel. Harusnya gue bisa ngomong secara baik-baik bukan pake emosi kaya tadi. Gue cuma lagi sedikit sensitif aja apalagi kalo ada yang bawa-bawa Callista."

Farel membalas pelukan Naufal dengan erat. "Gue pasti maafin lo kok, Fal. Lo udah gue anggap kaya adik gue sendiri. Dan gue juga ngerti lo kaya gitu karena baru kali ini nemu cewe yang bener-bener lo suka, tapi cewe itu justru ga suka balik sama lo."

"Thanks, Rel. Lo juga udah kaya kakak gue sendiri." Naufal menghembuskan napasnya dulu sebelum melanjutkan ucapannya barusan. "Yang lo omongin barusan itu bener banget. Lo emang yang paling ngerti gue, Rel."

"Iya lah, gue gitu."

Setelah pelukan di antara Naufal dan Farel terlepas, Ryan bertanya pada sahabatnya itu, "Lo yakin gak akan perjuangin Adel, Fal?"

Naufal menggeleng lemah. "Nggak, Yan. Gue mau nyerah aja."

**

Best PartWhere stories live. Discover now